Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggunaan Multimedia Oleh Guru Tak Bisa Ditunda

Kompas.com - 23/07/2008, 13:05 WIB

YOGYAKARTA, RABU - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Romi Satria Wahono mengatakan bahwa penggunaan multimedia oleh guru dalam proses belajar sangat efektif dalam meningkatkan daya tangkap anak didik karena mencakup prinsip audiovisual.

Dengan multimedia pembelajaran, anak didik tidak hanya mendengar tapi juga melihat. Inisiatif harus ada pada guru. Oleh karena itu, ketrampilan guru membuat dan menggunakan multimedia pembelajaran jangan ditunda lagi. "Pakai multimedia, daya serapnya lebih tinggi sekitar 30-80 persen," ujar Romi di depan para guru yang mengikuti Lomba Guru Inovatif yang diselenggarakan Microsoft Indonesia di Yogyakarta, Rabu (23/7).

Berdasarkan penelitian, jika guru hanya menggunakan metode 'memperdengarkan' saja, maka anak didik hanya dapat mengungkapkan kembali 70 persen apa yang didengarnya setelah tiga jam dan 10 persen saja setelah tiga hari. Dengan hanya menggunkan metode 'mempertunjukkan', anak didik hanya dapat mengungkapkan kembali 72 persen apa yang didengarnya setelah tiga jam dan 20 persen setelah tiga hari.

"Sementara, jika menggunakan kedua metode itu, anak didik dapat ungkapkan 85 persen yang diperolehnya setelah tiga jam dan 65 persen setelah tiga hari," tandas Romi.

Oleh karena itu, menurut Romi, guru harus berupaya memulai dengan menggunakan software yang mudah digunakan, seperti Microsoft Power Point atau Open Office Impress dan berusaha menguasai animasi dan efeknya.

Meski dengan software yang mudah, keunggulan multimedia pembelajaran tentu saja harus diimbangi dengan kreativitas guru dalam mengemas materi di dalam multimedia pembelajaran.

Dosen Teknologi Informasi Universitas Negeri Jakarta Ahmad Ridwan mengatakan bahwa untuk memperoleh hasl yang maksimal, guru juga tak boleh sembarangan membuat multimedia pembelajaran. Ada pertimbangan mengenai aspek-aspek psikologis pembelajaran.

"Contohnya, guru harus mengetahui psikologi screening. Daya baca orang di screening lebih lambat 20-30 persen daripada baca koran. Ini hasil penelitian, jadi tulisan di screen harus dibuat seefektif mungkin," ujar Ridwan.

Selain itu, para guru harus mempertimbangkan penempatan setiap materi dalam satu layar. Materi-materi penting harus ditempatkan di bagian kiri atas dan diteruskan dengan materi-materi penjelas makin ke bawah. Jika ada flash yang mendukung materi terpenting dapat ditempatkan di sebelah kanan atas. "Materi yang penting ke materi yang tidak penting letaknya seperti arah jarum jam," tambah Ridwan.

Guru juga harus memperhatikan efektivitas penggunaan kata, misalnya dengan menggunakan pointer-pointer. Tampilan juga mempengaruhi. Keterampilan komunikasi visual diperlukan di sini, seperti kreatif dalam warna dan upaya memfokuskan sesuatu. "Focusing materi mendorong mereka untuk mencari sendiri, seperti untuk belajar dan mencari sound dan flash yang menarik," tandas Ridwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com