Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Fractal, Teknologi Mewariskan "Ruh" Batik

Kompas.com - 09/08/2008, 05:06 WIB

PELAN tapi pasti, batik fractal terus melaju untuk mengangkat kekuatan batik sebagai warisan Indonesia yang pantas diabadikan. Penerapan teori fractal untuk mengembangkan software batik ini mendapat apresiasi sebagai pemenang Indonesia ICT Award 2008 untuk kategori e-tourism and e-culture yang diumumkan Jumat (8/8).

Software buatan sekelompok anak muda dari Bandung yang menamakan dirinya Pixel People Project itu diberi nama jBatik. Dengan software tersebut, ribuan motif batik dapat dibuat dalam sekejap dengan pola dasar yang sama dengan batik-batik khas Indonesia.

Hal tersebut dapat dilakukan karena mereka telah menerjemahkan berbagai motif batik nusantara ke dalam rumus matematika fractal. Ide tersebut muncul saat mereka menyadari bahwa desain batik pada dasarnya hasil perulangan bentuk tertentu yang sesuai dengan teori fractal dalam matematika.   

"Ide ini tercetus secara tidak sengaja. Waktu itu saya meminta teman saya menggambar bunga dengan menggunakan rumus matematika fractal. Setelah jadi, saya pikir kok mirip sekali hasilnya dengan motif batik," tutur Nancy Margried, salah satu pendiri Pixel People Project. Kemudian, ia meminta rekannya mencontoh motif batik umum dan menggambarnya dengan cara fractal.

"Hasilnya seperti batik, tapi kesannya memang lebih kontemporer," katanya. Nancy yang lulusan Unpad pun memutuskan untuk meneliti lebih jauh mengenai batik dari sudut pandang matematika bersama lulusan Matematika ITB, Yun Hariadi, Muhammad Lukman, dan Dani Ramdani S.Kom. Pengembangan ide batik fraktal diteruskan dengan pengembangan software dibantu Kementrian Riset dan Teknologi melalui IGOS Center Bandung bersama Ir. Eko Mursito Budi MT.

Cara Membuat

Sebelum membuat batik, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengukur DNA batik tersebut. Mereka mengukur keteraturan motif dan ciri khas batik dengan menggunakan alat yang disebut Dimensi Fractal. Hasil pengukuran tersebut selanjutnya disebut DNA batik.  

"Ambil contoh motif parang rusak dari Yogyakarta. Pertama-tama, motif batik tersebut ditransformasikan dalam rumus matematika fractal dengan bahasa L System. Rumus tersebut kemudian dimodifikasi dengan mengubah parameter-parameternya sehingga menghasilkan rumus yang lebih kompleks dan rumit," jelas Nancy. Selanjutnya, rumus tersebut diolah dengan program jBatik, sebuah aplikasi yang dibangun dengan basis open source software.

Rumus ini akan menghasilkan gambar motif batik yang berbeda dari motif asli. Desainer dapat terus mengubah parameter rumusnya sehingga gambar yang dihasilkan sesuai dengan estetika desainer. Setelah desainer mendapatkan motif yang diharapkan, motif tersebut kemudian diberikan kepada pembatik tradisional untuk dicanting di atas kain.

Menurut Nancy, proses pembatikan masih menggunakan proses tradisional, yaitu dengan cap atau canting, dan menggunakan malam (semacam tinta untuk menulis batik) serta proses pewarnaan dengan pencelupan sehingga kualitas dan nilainya tak kalah dengan batik tradisional.  

Ia mengatakan setiap batik di Indonesia memiliki ciri khasnya sendiri. Ia mencontohkan batik Pekalongan. Menurutnya, ciri batik dari daerah tersebut penuh dengan motif. Ini merupakan akibat dari pengaruh masuknya pedagang China, Arab, dan Belanda ke daerah Pekalongan, katanya.  

Lalu, bagaimana motif batik Solo dan Yogyakarta? Motif batik Solo dan Yogya mencederung teratur dan menoton. Hal ini melambangkan keteraturan yang bersumber dari wilayah keraton, tuturnya. Motif batik pesisir daerah pesisir menurutnya lebih bebas. Namun, motif batik Madura cukup teratur.   

Hingga Milan

Salah seorang anggota Pixel Project, Lucky, mengikuti 10th Generative Art International Conference yang diselenggarakan oleh Politecnico Air di Milano, Desember 2007 lalu. Pengunjung dan peserta konferensi tersebut adalah seniman komputasi, desainer, arsitek, ilmuan matematika, dan lainnya.  

"Respon peserta di sana cukup baik. Dengan keberangkatan kami ke Milan, Indonesia sudah masuk dalam pemetaan perkembangan seni, sains dan teknologi terkini di dunia internasional," tutur Nancy.  

Sedangkan di dalam negeri, Nancy mengakui, respon yang diperolehnya sangat beragam, mulai dari yang positif sampai negatif. "Tetapi perbedaan ini membuat kami tambah semangat untuk menciptakan karya baru dan mengeksplorasi potensi batik," tuturnya.  

"Harga batik fraktal berkisar dari Rp. 500.000 Rp. 2.000.000 per potong. Semuanya tergantung desain dan bahan. Sampai saat ini, kami belum membuat desain terumit karena biaya pembuatan yang sangat mahal," akunya. Itu juga karena mereka melayani pemesanan batik satu persatu. Salah satu pelanggan setianya adalah Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman. 

Saat ini, Pixel Project telah menghasilkan 15 desain utama yang dapat dikembangkan menjadi ribuan varian desain. Ke depan, motif batik apapun dapat dibuat rumus matematikanya ibarat kode DNA. Dengan bantuan teknologi, metode batik fractal tak hanya mewariskan seni dan fisik batik, melainkan ibarat mewariskan ":ruh" batik itu sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com