Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Memiliki Tenaga Ahli, Sirine Tsunami di Cilacap Tak Berbunyi

Kompas.com - 03/09/2009, 12:11 WIB

CILACAP, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Cilacap masih belum mengetahui penyebab tak berfungsinya tiga unit pendeteksi tsunami yang dipasang di sekitar pesisir Kabupaten Cilacap. Kepala Sub Bidang Mitigasi Bencana BPBD Cilacap Nakum Wibowo mengaku, selama ini ketiga unit pendeteksi tsunami itu baru sebatas dipasang karena belum ada tenaga ahli yang dapat mengoperasikannya.  "Makanya kami tidak tahu, mengapa alat itu tidak berfungsi," ucapnya, Kamis (3/9).

Dari ketiga alat yang dipasang di Pantai Widarapayung, Pantai Teluk Penyu, dan Tegalkamulyan, baru satu alat yang diujicobakan yakni alat yang dipasang di Pantai Widarapayung. Padahal ketiga alat itu dipasang sejak tahun 2008 lalu.

Ujicoba alat pendeteksi tsunami di Pantai Widarapayung itu, menurut Nakum, sudah dijalankan sampai dua kali. Ujicoba pertama, katanya, alat itu tak berfungsi. Baru pada ujicoba kedua, alat itu berfungsi.  Namun karena tak ada tenaga ahli, alat-alat itu hingga saat ini hanya sebatas dipantau kelengkapannya, tapi belum pernah lagi diperiksa dan diujicoba kembali fungsinya. "Agak rumit alat pendeteksi tsunami ini sehingga butuh tenaga ahli," katanya.

Sementara dua unit radio transmisi yang berfungsi untuk menginformasikan ancaman bencana tsunami yang ditempatkan di Kantor BPBD Cilacap, juga tak ada yang mengoperasikan. Berdasarkan pengamatan Kompas, hanya satu unit radio yang beroperasi, sementara satu unit lagi tak dioperasikan.

Untuk mengoperasikan radio itu pun, menurut Nakum, pihaknya masih belum memiliki tenaga yang ahli. "Cuma beberapa kali saja kami coba gunakan radio ini untuk mengontak badan penanggulangan bencana di Bantul, Yogyakarta," katanya.

Nakum mengaku, pihaknya sebenarnya sudah meminta tenaga ahli dari German Indonesia Tsunami Early Warning System sebagai lembaga donatur pengadaan alat deteksi tsunami itu untuk memberikan pelatihan mengoperasikan alat pendeteksi tsunami. Namun hingga saat ini permintaan itu belum dapat dipenuhi. "Waktu kami mengajukan permintaan itu, kebetulan tenaga ahlinya sedang sibuk sehingga tak bisa memenuhi permintaan kami," katanya.

Lebih lanjut Nakum mengatakan, pihaknya tak lagi mengajukan usulan pelatihan lagi karena tenaga ahli German Indonesia Tsunami Early Warning System pun hanya ada dua orang. "Settahu kami tenaga ahli dari lembaga itu hanya dua orang, sementara yang mereka tangani sampai sepanjang pesisir selatan Jawa. Makanya kami pun memaklumi," jelasnya.

Untuk mengoperasikan ketiga alat pendeteksi tsunami sekaligus radio transmisinya, menurut Nakum, dibutuhkan tenaga ahli sampai enam orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com