Bertamu ke Rumah Dostoevsky

KOMPAS.com —Setelah melintasi sergapan udara dingin dan memasuki lobi hotel Radisson Sonya di kota Saint Petersburg, Rusia, akhir Mei 2010, kita akan bertemu dengan rak kayu berisi tumpukan kertas dan buku-buku. Itulah cara orang Rusia menghormati sastrawan besar Fyodor Mikaelovich Dostoevsky, yang menghabiskan hidupnya di kota itu.

Selain foto-foto Dostoevsky (sering juga diucapkan Dostoyevsky), dalam rak itu terdapat karya-karyanya, semisal Crime and Punisment dan The Brothers Karamazov dalam dua versi: Rusia dan Inggris. Perpustakaan kecil ini segera menuntun kita untuk mengunjungi rumah Dosto di kawasan Kuznechny Pereulok 5/2. Rumah Dosto terletak tak jauh dari stasiun kereta bawah tanah Vladimirskaya. Bahkan, untuk mengenang nama Dostoevsky, stasiun ini pun sering pula disebut Dostoevskaya.

Bersama tiga teman seperjalanan, kami memutuskan naik taksi dari hotel. Harap diketahui, pengertian taksi di Rusia mungkin berbeda dengan kota-kota lain di dunia. Selain taksi resmi, Anda bisa menghentikan setiap kendaraan yang lewat. Jika berhenti, berarti si pengendara siap mengantarkan Anda mencapai tujuan. Persoalan tentu belum selesai. Sebagian besar orang Rusia, termasuk di kota turis seperti St Petersburg, warganya masih malas belajar bahasa Inggris. Saking fanatiknya orang Rusia pada bahasanya sendiri, peta-peta perjalanan yang tersedia di hotel pun ditulis dalam huruf-huruf Rusia.

Kami tak kehabisan akal. Seorang petugas hotel kami minta melingkari lokasi hotel dan kawasan Kuznechney, di mana Dostoevsky Memorial Museum berada. Cara ini manjur untuk melancarkan komunikasi isyarat yang kemudian kami terapkan ketika bertemu seorang sopir taksi. Ia ”cuma” minta dibayar 150 rubel, kira-kira setara Rp 45.000. Tak terlalu mahal jika dibandingkan dengan ongkos taksi di Jakarta.

”White nights”

Selama bulan Mei-Juni, kota St Petersburg selama kira-kira 51 hari menikmati white nights. Sebagian besar warga bermandi matahari di kafe-kafe sepanjang trotoar atau mengikuti festival kebudayaan yang digelar setiap tahun di lapangan kota. Inilah hari-hari di mana para malaikat menghadiahi warga kota dengan kehangatan. Kota St Petersburg selalu lebih dingin dibandingkan dengan Moskwa karena posisinya lebih dekat dengan kutub utara. Oleh karena itu, meski sepanjang waktu matahari bersinar—dan karena itu malam pun tetap benderang—suhu udara tetap berkisar 6-9 derajat celsius. Cukup dingin untuk ukuran orang-orang terbiasa hidup di bawah iklim tropis.

Kami tiba ketika rumah Dosto sedang dikunjungi banyak tamu. Jadi, harus menunggu sampai beberapa tamu berlalu ke beberapa ruang yang terdapat dalam apartemen yang diresmikan sebagai museum pada 12 November 1971 itu. Di lantai dasar museum, seorang petugas akan meminta Anda menanggalkan mantel dingin dan menggantungkannya di sebuah hanger.

”Anda harus membeli tiket 100 rubel per orang dan 50 rubel untuk fotografi,” ujar seorang petugas loket kemudian. "Oh jangan lupa, 100 rubel lagi jika Anda membawa kamera video," tambahnya.

Sekali lagi, sesungguhnya harga ini tidak terlalu mahal untuk ukuran seorang turis. Apalagi kita sedang berhadapan dengan hamparan sejarah yang siap menceritakan tentang kebesaran pemikiran Dostoevsky pada abad ke-19.

Apartemen Dostoevsky terdiri atas beberapa ruang yang di beberapa tempat dibiarkan dalam bentuk aslinya. Pada setiap ruangan disediakan secarik kertas yang menjadi panduan penggunaan ruangan tersebut semasa pengarang yang dilahirkan di Moskwa, 11 November 1821, itu hidup. Bahkan, diceritakan pula saat Dosto meninggal akibat infeksi paru-paru pada 9 Februari 1881 di apartemennya.