KOMPAS.com - Agnes sengaja memilih batik sebagai material utama produknya. Dia ingin batik dipakai dan dihargai kaum muda.
"Remaja selalu melihat batik sebagai kain yang hanya pantas dipakai orangtua, hanya untuk acara resmi, seperti acara undangan. Pandangan itu yang ingin saya ubah," tutur Agnes.
Melalui produknya, ia berharap batik bisa menjadi bagian keseharian kaum muda. Dia berharap kaum muda bisa mencintai batik.
Langkahnya dimulai dengan membuat jaket batik. Meski bertentangan dengan selera pasar, jaket yang cara pemasarannya hanya dipamerkan kepada kawan-kawan di kampus itu mendapat respons positif. Banyak temannya yang kemudian memesan jaket dengan capuchon dan kedua sisinya bisa dipakai bergantian itu.
Tes pasar ini dinilai Agnes cukup berhasil. Dia melihat ada peluang untuk mengkampanyekan batik kepada kaum muda.
Otaknya kembali berputar saat melihat limbah kain batik pembuatan jaket yang relatif banyak. Tak ingin limbah itu terbuang sia-sia, Agnes menyulapnya menjadi sepatu dan sandal batik.
"Saya memilih sepatu dan sandal karena kebutuhan batiknya sedikit," katanya.
Posisinya di Bandung juga menguntungkan, karena Agnes dengan mudah bisa mendapatkan penjahit yang sudah ahli. "Kualitas jahitannya bagus," katanya.
Dengan modal batik, penjahit andal, dan ilmu di bangku kuliah, Agnes mulai memproduksi sepatu dan sandal batik. Ia menciptakan desain sepatu dan sandal sesuai model yang sedang in agar produknya digemari anak muda.
Apabila saat itu sandal-sepatu Gladiator sedang musim, Kulkith tak ketinggalan. Jika sedang musim sandal dan sepatu flat, Agnes juga membuat model serupa, termasuk sepatu boot ala Dr Marten.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.