Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang Perlu Dimiliki 'Entrepreneur' Muda

Kompas.com - 27/09/2010, 08:18 WIB

KOMPAS.com — Bukan hanya jumlah wirausahawan yang masih sedikit, motivasi berwirausaha juga masih minim di Indonesia. Padahal, kata ekonom Aviliani, jika wirausaha Indonesia tidak tangguh, maka masyarakat ekonomi ASEAN akan masuk dan menguasai lini ini pada 2015.

"Peningkatan daya tahan perlu dilakukan untuk wirausaha Indonesia. Selain itu juga menginspirasi lebih banyak lagi orang untuk berwirausaha," kata Aviliani, saat peluncuran kompetisi wirausaha dalam program acara realitas Diplomat Success Challange di Jakarta, Kamis (23/9/2010).

Pentingnya inovasi
Menurut Aviliani, untuk memiliki daya tahan yang tangguh dan berdaya saing tinggi, wirausahawan perlu berinovasi. Inovasi tak berhenti saat kali pertama membangun bisnis. Untuk memenangkan persaingan, inovasi perlu dilakukan terus-menerus.

"Wirausaha bukan sekadar bermodalkan pintar jualan. Bisnis restoran tak akan berkembang jika tak dibarengi inovasi. Berinovasi dengan kemasan yang berbeda, orang akan datang. Di sinilah pentingnya inovasi," Aviliani mencontohkan.

Tanpa inovasi, usaha akan berjalan di tempat.

Daya tahan tinggi
Aviliani menegaskan, mentalitas wirausaha perlu dibangun sejak dini. Kemampuan bertahan saat kondisi sedang jatuh menunjukkan mentalitas pebisnis. Dengan mental yang kuat, pebisnis takkan begitu saja menutup usahanya saat sedikit merugi atau mengalami masa krisis.

Wirausahawan harus tahan banting dalam berbagai situasi yang dihadapi. Tak boleh menjadi pebisnis yang hanya senang saat keuntungan melimpah, lalu menjadi lemah saat kerugian melanda bisnisnya.

Kemampuan manajemen diri
Bagaimana bisa mengatur orang lain jika tak bisa mengatur diri sendiri? Kemampuan manajemen diri perlu teruji. Inilah prinsip yang harus dipegang teguh entrepreneur jika ingin sukses dengan usahanya.

"Usaha menjadi tidak tangguh karena utang terlalu banyak untuk kepentingan konsumsi pribadi. Inilah sebabnya pengusaha sukses orangnya itu-itu saja," kata Aviliani menggambarkan ketidakmampuan wirausahawan pemula mengatur dirinya.

Bagaimana tolok ukurnya? Pebisnis yang tidak tangguh dan tak mampu mengatur dirinya akan menghabiskan 50 persen pinjaman kredit untuk konsumsi diri dan 50 persen untuk usaha. Ini jelas salah kaprah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com