Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Merger Smart dan Fren Tersendat

Kompas.com - 09/12/2010, 14:43 WIB

Namun, jika ketiga perusahaan tersebut menjadi pemegang mayoritas saham di Fren, hal itu malah bagus bagi kedua perusahaan. "Tidak akan jadi masalah karena malah jadi ada hubungan imbal balik," jelas Edwin.

Fren butuh suntikan modal untuk menopang eksistensinya. Kondisi perusahaan yang didirikan Hary Tanoesoedibyo ini sedang berdarah-darah. Laporan keuangan Fren di akhir kuartal III-2010 mencatat, perusahaan ini hanya memiliki kas Rp 17,55 miliar. Pada periode ini Fren hanya mendapat fulus dari aktivitas operasional Rp 306,69 miliar, turun daripada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 450,98 miliar.

Sementara pembayaran ke pemasok melonjak dari Rp 379,79 miliar di kuartal III-2009 menjadi Rp 742,82 miliar untuk tahun ini. Untuk kegiatan operasional, kantong Fren minus Rp 690,15 miliar, melorot tajam dibandingkan kuartal III-2009 yang mencatat rugi sebesar Rp 12,69 miliar.

Di saat bisnis terpuruk, utang Fren juga kian menumpuk. Nilai utang obligasi, utang jangka pendek, dan sewa Fren mencapai Rp 3,37 triliun. Imbasnya, beban bunga pinjaman yang kudu dibayar Fren mencapai Rp 378,43 miliar. Alhasil, rugi bersih Fren melesat dari Rp 439,95 miliar menjadi Rp 1,05 triliun. (Kontan/Anna Suci Perwitasari, Kun Wahyu Winasis)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com