Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Merger Smart dan Fren Tersendat

Kompas.com - 09/12/2010, 14:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Proses merger antara PT Mobile-8 Tbk, pemilik merek Fren, dan PT Smart Telecom tersendat. Fren gagal mendapat persetujuan pemegang saham untuk mengambil alih Smart. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung pada Rabu (8/12/2010) gagal terlaksana karena pemegang saham yang hadir tidak kuorum. "RUPSLB tidak jadi terlaksana karena tidak kuorum," kata Sekretaris Perusahaan Fren Chris Taufik, kemarin.

Akibat pembatalan RUPSLB tersebut, rencana Fren untuk menerbitkan saham baru alias rights issue juga terancam molor. Dalam rencana awalnya, perusahaan telekomunikasi itu akan merilis saham baru sebanyak 74,072 miliar saham.

Namun, Chris memastikan Fren tetap menggelar rights issue. Untuk itu, Fren akan kembali menggelar RUPSLB dalam waktu 10 hari mendatang. "Ini sesuai peraturan Bapepam-LK, tapi kami belum putuskan waktu pastinya," lanjut dia.

Jika RUPSLB kedua benasib sama seperti yang pertama, pengelola Fren berniat meminta ketetapan tentang kuorum dari Bapepam-LK. Maklumlah, Fren terpepet kebutuhan dana. Menurut Chris, dana hasil rights issue akan digunakan untuk mengakuisisi Smart Telecom.

Perusahaan "halo-halo" ini pun telah menetapkan harga rights issue di harga Rp 50 per saham. Melalui hajatan tersebut, Fren akan mendapat dana segar senilai Rp 3,70 triliun. Dana sekitar Rp 3 triliun dialokasikan Fren untuk mengakuisisi 57 persen saham Smart Telecom.

Sinarmas pembeli siaga

Dalam rights issue Fren, yang menjadi pembeli siaga atau standby buyer adalah pemegang saham mayoritas Smart Telecom. Mereka adalah PT Bali Media Telekomunikasi, PT Wahana Inti Nusantara, serta PT Global Nusa Data. Ketiga perusahaan tersebut merupakan anak usaha dari Grup Sinarmas.

Menurut Chris, jika saham baru yang ditawarkan Fren tidak diambil pemegang saham lama, maka sisa saham akan langsung diambil ketiga pembeli siaga. "Tapi setahu saya tidak ada komposisi atau penjatahan siapa yang akan mengambil paling banyak," ajar Chris. Artinya, porsi ketiga standby buyer akan sama.

Hingga 22 November 2010, saham terbesar Fren dikuasai oleh Jerash Investment sebanyak 17,48 persen, Upwood Investment Limited 12,46 persen, e-Trading Securities 10,65 persen, dan Corporate United Investment yang menguasai 6,03 persen, serta sisanya publik.

Kepala Riset Bhakti Investama Edwin Sebayang menilai prospek rights issue Fren untuk diambil oleh pemegang saham lama masih besar. "Prospek perusahaan telekomunikasi ini masih cukup bagus," ungkap dia. Jadi, tiga pembeli siaga tidak perlu mengambil sisa saham baru tersebut.

Namun, jika ketiga perusahaan tersebut menjadi pemegang mayoritas saham di Fren, hal itu malah bagus bagi kedua perusahaan. "Tidak akan jadi masalah karena malah jadi ada hubungan imbal balik," jelas Edwin.

Fren butuh suntikan modal untuk menopang eksistensinya. Kondisi perusahaan yang didirikan Hary Tanoesoedibyo ini sedang berdarah-darah. Laporan keuangan Fren di akhir kuartal III-2010 mencatat, perusahaan ini hanya memiliki kas Rp 17,55 miliar. Pada periode ini Fren hanya mendapat fulus dari aktivitas operasional Rp 306,69 miliar, turun daripada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 450,98 miliar.

Sementara pembayaran ke pemasok melonjak dari Rp 379,79 miliar di kuartal III-2009 menjadi Rp 742,82 miliar untuk tahun ini. Untuk kegiatan operasional, kantong Fren minus Rp 690,15 miliar, melorot tajam dibandingkan kuartal III-2009 yang mencatat rugi sebesar Rp 12,69 miliar.

Di saat bisnis terpuruk, utang Fren juga kian menumpuk. Nilai utang obligasi, utang jangka pendek, dan sewa Fren mencapai Rp 3,37 triliun. Imbasnya, beban bunga pinjaman yang kudu dibayar Fren mencapai Rp 378,43 miliar. Alhasil, rugi bersih Fren melesat dari Rp 439,95 miliar menjadi Rp 1,05 triliun. (Kontan/Anna Suci Perwitasari, Kun Wahyu Winasis)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com