Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WikiLeaks dan SBY

Kompas.com - 15/03/2011, 03:08 WIB

Hikmahanto Juwana

Tanggal 11 Maret, koran The Age dan The Sydney Morning Herald akhirnya memublikasikan kawat-kawat diplomatik Kedutaan Besar AS di Indonesia yang didapat oleh WikiLeaks secara ilegal.

Menurut kedua media, WikiLeaks telah memberikannya kepada mereka secara eksklusif. Kehebohan pun muncul. Istana membantah kebenaran informasi yang dibocorkan. Duta Besar AS untuk Indonesia dipanggil Kementerian Luar Negeri. Dubes Scott Marciel pun menyampaikan penyesalan atas apa yang terjadi pada Presiden SBY dan rakyat Indonesia. Menjadi pertanyaan apakah akan ada penayangan kembali bocoran kawat diplomatik Kedubes AS oleh media Australia? Ini mengingat WikiLeaks mengatakan, ada 3.059 kawat dari Kedubes AS di Jakarta di tangan mereka.

Dimensi

Pembocoran kawat Kedubes AS di Jakarta oleh dua media di Australia punya implikasi pada dua dimensi, yakni dimensi internasional dan dimensi nasional di Indonesia. Dalam dimensi internasional, pembocoran kawat Kedubes AS di Jakarta masih sesuai dengan tujuan utama WikiLeaks: menghancurkan kredibilitas AS di mata dunia. Dalam dimensi kedua yang tidak dialami oleh negara lain sebelum Indonesia, secara nasional penayangan kawat Kedubes AS berpotensi mengguncang stabilitas pemerintah dan tekad pemerintah memerangi korupsi.

Dimensi nasional terjadi karena ada dua alasan. Pertama, publik Indonesia memiliki sensitivitas dan kecurigaan sangat tinggi terhadap para penyelenggara negara terkait isu korupsi. Kedua, berpotensi mengganggu proses normalisasi kekisruhan di tingkat elite, yang beberapa waktu lalu memuncak.

Bocoran yang diungkap dua media Australia sebenarnya tak akan berpengaruh secara signifikan di tingkat internasional. Ini mengingat publik internasional telah dewasa dalam menanggapi bocoran WikiLeaks. Tentu tak demikian dalam dimensi nasional. Kekhawatiran para elite atas bocoran WikiLeaks sebagai legitimasi publik atas rumor-rumor tidak bertanggung jawab jadi bayang-bayang.

Dalam konteks ini Pemerintah AS melalui Dubes Marciel bisa memahami kondisi Indonesia dan akhirnya mengambil tindakan yang belum pernah dilakukan (unprecedented) pada negara lain terkait bocoran kawatnya. Mereka menyampaikan penyesalan meski didahului dengan pernyataan bahwa AS tidak membenarkan (confirm) atau menolak (deny) kabel-kabel para diplomatnya yang bocor, apalagi kasus tertentu. Klarifikasi dan permintaan maaf untuk kasus tertentu bagi Pemerintah AS berarti membenarkan informasi dari kawat yang bocor tersebut. Implikasinya, Pemerintah AS harus meminta maaf kepada semua negara yang kondisi dan pejabatnya dilaporkan secara negatif oleh para diplomatnya ke Washington.

Antisipatif

Meski telah melakukan sejumlah langkah sebagai pengendalian atas kerusakan (damage control) yang diakibatkan dari penayangan bocoran kawat oleh dua media Australia, seharusnya pemerintah melakukan langkah antisipatif. Hal ini mengingat sejak Desember 2010 telah terdengar kabar WikiLeaks memiliki bocoran kawat rahasia dari Perwakilan AS di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com