Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
TEKNOLOGI INFORMASI

Komputasi Awan Masih di Awang-awang

Kompas.com - 04/07/2011, 03:22 WIB

Pada 7 Maret 2011, IBM mengumumkan investasi 38 miliar dollar AS (sekitar Rp 380 triliun) untuk membangun pusat data yang dinamai IBM Asia Pacific Cloud Computing Data Centre di Singapura (IBM, 2011). Fujitsu menyusul dengan investasi 1,1 miliar dollar AS, sekaligus melakukan pelatihan kepada 5.000 spesialis teknologi komputasi awan hingga akhir 2012. Tujuannya, mengembangkan infrastruktur komputasi awan Fujitsu ”Infastructure as a Service” (Fujitsu, 2011).

Jika Google mengoperasikan sistem Cloud Chrome OS, Intel juga berlari melalui visi Intel’s Cloud 2015 melalui Intel Cloud Builder (Intel, 2010). Sementara itu, Microsoft mengaku, secara keseluruhan (all in) sudah berada di awan (Harms & Yamartino, 2010). Microsoft melangkah dengan layanan komersial SaaS dengan Office 365 dan platform komputasi awan yang disebut Windows Azure Platform.

Secara praktis, komputasi awan memberikan keuntungan karena sifat dasarnya menggunakan pusat data yang besar sehingga bisa menyebarkan sumber daya komputasi dengan biaya jauh lebih murah daripada menggunakan pusat data yang lebih kecil. Selain itu, permintaan penyatuan (pooling) dalam suatu pusat data yang luas juga memungkinkan peningkatan pemanfaatan sumber daya, terutama dalam awan publik (public cloud).

Penyedia sewa aplikasi yang multisewa dapat menghemat biaya tenaga kerja dan perawatan aplikasi. Komputasi awan juga menjanjikan penawaran yang elastis dan ketangkasan yang memungkinkan berkembangnya solusi dan aplikasi baru (Intel, 2010).

Komputasi awan secara bertahap memiliki dua bentuk. Pertama, bentuk awan publik yang dikembangkan oleh perusahaan internet, telekomunikasi, penyedia layanan hosting, dan sebagainya. Kedua, awan pribadi atau awan perusahaan (private cloud or enterprise cloud) yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan menggunakan firewall untuk pengguna internal organisasi (Intel, 2010).

Pemberitaan media

Kebanyakan media, menurut Irwansyah, masih fokus pada komputasi awan sebagai obyek, bukan pada manusia sebagai pengguna komputasi awan yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi.

Dari penelaahan pemberitaan media, baik cetak maupun online pada November 2010-Februari 2011, tergambar, sebagian besar artikel masih memfokuskan pokok bahasan pada PaaS. ”Padahal, perlu keseimbangan dalam pemberitaan mengenai layanan lain agar masyarakat memahami dengan baik layanan-layanan komputasi awan,” kata Irwansyah.

Hasil penelitian menunjukkan, mayoritas artikel di media-media nasional masih mengacu pada lapisan ahli. Dari lead hingga kata-kata yang digunakan sampai sumber berita, sebagian besar berada pada lapisan ahli. Padahal, artikel ditulis oleh media yang pangsa pasarnya umum, bukan tersegmentasi pada ahli atau pakar TIK.

Dominasi ini kontras dibandingkan pemberitaan di lapisan pengguna. Ketimpangan ini merepresentasikan ketidaksesuaian dengan konsep budaya teknologi yang dicetuskan oleh Arnold Pacey, pengarang Technology in World Civilization (1991) dan The Culture of Technology (1983). Pacey mengatakan, pemberitaan harus menyelaraskan lapisan pakar dengan lapisan pengguna.

Fokus pendekatan teknologi juga lebih ke obyek dibandingkan pendekatan ke manusia. Ini tentu akan menyurutkan minat pembaca/publik untuk berusaha memahami lebih lanjut tentang teknologi komputasi awan. Misalnya, kata-kata idiom yang tidak dijelaskan artinya sehingga tidak dipahami oleh masyarakat awam.

Jadi, informasi mengenai teknologi komputasi awan dalam pemberitaan media massa, baik cetak maupun online, masih belum mengikuti asas cover both sides. Dari sisi bahasan, masih memfokuskan diri pada teknologi sebagai obyek ataupun informasi mengenai layanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com