Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PENGADILAN WIKILEAKS

Assange Terus Berjuang Hindari Ekstradisi

Kompas.com - 13/07/2011, 04:34 WIB

LONDON, SELASA - Pendiri situs pembocor Wikileaks, Julian Assange, muncul di Pengadilan Tinggi Inggris di London, Selasa (12/7), untuk menyampaikan pembelaannya.

Assange, dengan memakai jas abu-abu, kemeja putih, dasi biru, dan berkacamata, memulai upaya bandingnya itu untuk menghadapi ancaman ekstradisi yang sampai sekarang masih terus dihadapinya.

Assange terancam diekstradisi dan diadili di pengadilan Swedia atas tuduhan pemerkosaan. Dua perempuan Swedia mengadukannya ke polisi dengan tuduhan pemerkosaan dan pelecehan seksual.

Upaya banding terus ditempuh pria, yang pada 3 Juli lalu berusia 40 tahun. Februari lalu hakim pengadilan di tingkat sebelumnya menolak argumen pembelaan Assange yang meminta tidak diekstradisi ke Swedia.

Assange menolak diekstradisi dan diadili di Swedia karena khawatir dengan keselamatan jiwanya. Selain itu, dia juga mengaku tidak yakin akan memperoleh peradilan yang adil.

Pengadilan Assange kali ini masih terus menarik perhatian publik dan banyak media massa. Namun, dia menolak menjawab pertanyaan para jurnalis yang dilontarkan bertubi-tubi.

Selain jurnalis, persidangan juga diramaikan sejumlah pendukung Assange, yang menyemangatinya agar terus berani melawan ”Kekaisaran Amerika Serikat”.

Mantan peretas komputer itu selama ini hidup dalam kondisi penjaminan yang ketat dari pengadilan. Ia diharuskan mengenakan emblem elektronik di pergelangan kakinya dan menjalani aturan jam malam.

Sejak Desember lalu Assange tinggal di mansion milik salah seorang temannya di kawasan timur Inggris.

Sidang dengar pendapat dijadwalkan berlangsung selama dua hari, Selasa dan Rabu, yang dihadiri dua hakim. Keputusan diharapkan sudah keluar pada Kamis besok.

Lebih lanjut, pengacara Assange, Gareth Peirce, menambahkan, kliennya siap menghadapi kemungkinan terburuk dan akan terus menempuh upaya banding, bahkan sampai tingkat tertinggi, Mahkamah Agung.

Kasus Assange terbilang unik mengingat tuduhan pemerkosaan oleh dua wanita Swedia muncul tak lama setelah situsnya membocorkan data dan informasi rahasia tentang kawat diplomatik rahasia Kedutaan Besar Amerika Serikat di seluruh dunia.

Situs pengungkap aib (whistle blower) tersebut juga pernah membocorkan data dan informasi rahasia Pemerintah AS, seperti dokumen rahasia militer AS dalam perang Afganistan dan Irak, yang membuat Washington marah.

Selama ini Assange merasa sangat yakin kasusnya direkayasa dan bermotif politis lantaran sepak terjang Wikileaks selama ini.

Dalam pengakuan Assange sebelumnya, ketakutan terbesarnya adalah diekstradisi ke AS. Menurut para pengacaranya, hal itu bisa berujung pada penjara Guantanamo Bay atau lebih buruk, hukuman mati.

Otoritas AS memang telah membuka penyelidikan kriminal atas Assange sejak setahun lalu walau belum sampai menjatuhkan tuduhan apa pun kepadanya. Pengacara Assange mengaku masih menunggu hasil sidang Pengadilan Tinggi London sebelum mengeluarkan pernyataan.

(AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com