Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Konsumtivisme

Nafsu Memiliki Telepon Pintar

Kompas.com - 27/11/2011, 13:46 WIB

KOMPAS.com — Awalnya antrean berlangsung tertib di lobi selatan Pacific Place, Jakarta Selatan, Jumat (25/11/2011). Mereka yang antre adalah orang-orang yang hendak memiliki Blackberry Bold 9790 yang lazim dikenal dengan Bellagio. Terlebih lagi ada pemberian diskon 50 persen bagi 1.000 pembeli pertama telepon pintar ini. Harga Rp 4,6 juta cukup dibayar Rp 2,3 juta.

Warga yang datang berbaris rapi mendaftarkan diri kepada petugas. Kepada yang telah terdaftar, petugas memberikan gelang merah bukti telah lolos verifikasi. Syaratnya, pembeli memiliki kartu kredit dengan nama yang sesuai dengan kartu identitasnya. Syarat ini jelas tercantum dalam iklan di media cetak.

Namun, nafsu memiliki Blackberry membuat situasi antrean berubah kacau. Ribuan orang ikut mengantre. Pengantre yang berada di belakang mendorong barisan. Sembari berteriak, mereka merangsek maju untuk bisa segera terdaftar. Sebagian warga lain memilih ke pintu masuk penjualan. Menurut media televisi, 90 orang pingsan. Ada juga yang mengalami patah tulang.

"Saya tangani empat orang yang pingsan. Seorang lagi dibawa dengan ambulans, kemungkinan tulang lengan kanannya patah karena terdorong-dorong," ujar Dedi Hidayat, salah seorang anggota tim medis dari Medic One yang berjaga sejak pukul 06.00.

"Kejadiannya sangat cepat. Antrean yang tadinya rapi menjadi kacau. Mereka berebut untuk ada di depan. Takut tidak kebagian," ucap Susanto (30), warga Pamulang yang tiba di lokasi sekitar pukul 04.45. Padahal, Susanto berkeinginan memberikan Bellagio tersebut untuk kado ulang tahun istrinya.

Susanto akhirnya membatalkan niat itu. "Gila. Orangnya banyak banget. Aku pikir dengan berangkat pukul 04.00 bisa antre di depan," ucapnya.

Bukan hanya warga Jakarta, ada juga yang datang dari Bandung. Renzi, seperti dikutip KompasTV, sudah berada di lokasi sejak pukul 00.00 hari Jumat. Renzi juga kecewa.

Antrean berlangsung sejak Kamis siang begitu iklan muncul di media cetak. Namun, gelang baru dibagikan pukul 18.00. Antrean sudah mengular sejak pukul 22.00. "Saya antre dari pukul 14.00 kemarin," kata Malvin, yang dijumpai pada hari Jumat.

Massa yang terus datang membuat situasi kian sulit dikendalikan. Polisi dan panitia berusaha keras menertibkan pengantre. Menggunakan pengeras suara, polisi meminta mereka tertib dan rapi untuk antre.

Namun, warga bergeming dan bergerombol di depan pintu masuk. Beberapa kali polisi meminta warga duduk. Selain menghindari adanya dorongan, hal itu juga memudahkan panitia dan polisi mengevakuasi warga yang pingsan atau lemas.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com