Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hiperkonsumerisme, Hiperteks, Hipermedia

Kompas.com - 11/12/2011, 13:19 WIB

Oleh BRE REDANA

Apakah Anda bangga bangsa ini menempati urutan atas pengguna jasa komunikasi maya? Sebagai pengguna Facebook terbesar kedua di dunia, terbesar ketiga untuk Twitter. Pengguna telepon seluler meningkat pesat dari tahun ke tahun. Lalu, sejumlah orang terinjak-injak ketika mengantre Blackberry yang dijual separuh harga di Pacific Place, Jakarta. 

Saya sama sekali tidak bangga, bahkan prihatin. Kemajuan teknologi komunikasi telah sampai pada suatu paradoks: dia memisahkan, bukan menghubungkan. Benar, dia menghubungkan seseorang dengan mereka yang jaraknya jauh dari lingkungan fisik-sosial. Hanya saja, sebaliknya pada saat bersamaan orang itu tercerabut dari ruang sosial di mana secara fisik kita semua hadir.

Bercampur dengan semangat hiperkonsumerisme, manusia-manusia yang telah kehilangan kesadaran atas ruang dan waktu (dalam bahasa lebih filosofis mikrokosmos-makrokosmos) mengalami apa yang diistilahkan Benjamin Barber sebagai civic schizophrenia alias kegilaan warga.

Inikah yang dalam perbendaharaan lama disebut zaman edan? Pergeseran manusia dalam menghayati ruang dan waktu—yang secara eksistensial berarti bergesernya penghayatan atas makna hidup—terungkap dalam seluruh praktik kehidupan kita. Dari kehidupan pribadi sehari-hari di ruang privat sampai ke kehidupan sosial, termasuk di dalamnya dinamika politik.

Popularitas seorang pemimpin diukur lewat jajak pendapat menggunakan perangkat komunikasi masa kini yang disebut gadget. Di sana, politik menjadi bagian ”waktu luang” atau leisure dalam teori Thorstein Veblen atau free time dalam istilah Theodor Adorno.

Politik waktu luang adalah politik orang-orang iseng kelas menengah, kebanyakan waktu, kehilangan kontak dengan rakyat kecil yang banting tulang tak punya waktu luang. Realitas sosial tergantikan realitas maya dan terefleksikan dengan sempurna oleh televisi. Apa yang ada di televisi itulah realitas.

Kedermawanan presiden dan perhatiannya kepada rakyat kecil, misalnya, ditunjukkan lewat televisi dengan bagaimana ketika presiden mantu rakyat diperbolehkan ikut menikmati resepsi lewat layar lebar yang dipasang di lapangan. Perhatian presiden terhadap seni budaya ditunjukkan dengan presiden bergitar, menciptakan lagu.

Media massa kita, terutama media elektronik, menjadi penyokong utama dari apa yang kemudian diistilahkan para ahli sebagai politik pencitraan. Mereka menciptakan impresi instan, bukan pencatatan sistemis tentang kinerja.

Semua orang sadar betul mengenai hal itu sekarang. Maka, pidato di televisi, gaya rambut, model baju seragam, dan motif batik lebih penting daripada upaya sistemis menyelesaikan pekerjaan. Ini bukan hanya berlaku untuk kalangan politik. Pekerja perusahaan swasta juga dianggap sudah berprestasi jika bisa memberi impresi mengenai apa yang dikerjakan lewat presentasi dibantu program Power Point. Kinerja semu? Mungkin saja, soalnya ada buku yang topiknya lebih kurang: real CEO doesn’t use Power Point. Dia memilih memberi kacang ijo biar menu rakyat lebih bergizi.

Makna lebih jauh dari politik pencitraan adalah politik yang kehilangan kontak dengan realitas. Serupa dengan modus komunikasi zaman ini: orang terhubung dengan mereka yang jauh, tetapi terputus dengan ruang sosial secara fisik. Realitas fisik jadi kedodoran.

Untuk urusan pribadi, Anda silakan merefleksikan hubungan Anda sendiri dengan orang-orang terdekat. Menyebar wabah defisit atensi. Untuk lingkup sosial lebih luas, silakan lihat penelantaran kesejahteraan rakyat. Rakyat tambah miskin, murid-murid SD belajar di bangunan serupa kandang kambing, jembatan runtuh, dan seterusnya.

Apa yang dibanggakan?

Cukup banyak yang menyoroti konsekuensi digitalisasi kehidupan sekarang. Salah satunya, Nicholas Carr lewat buku The Shallows (2010). Anda bisa mengetahui di sana bagaimana internet mengubah cara kita berpikir, membaca, dan mengingat.

Di sana, dia membandingkan dua cara membaca. Pertama, membaca teks secara linear. Ini terjadi saat membaca buku, koran, atau majalah. Yang kedua, membaca teks secara berlapis-lapis atau diistilahkan hiperteks. Ini seperti ketika membaca lewat layar komputer, cara scrolling memungkinkan kita membaca berbagai teks secara bersamaan. Yang terakhir itulah yang ditawarkan teknologi multimedia atau lebih lanjut menjadi hipermedia.

Berbagai hasil penelitian dikutip di sana. Yang paling menonjol, ternyata penyerapan orang dalam pembacaan hiperteks jauh lebih rendah daripada pembacaan secara linear. Para dosen perguruan tinggi tempat penelitian dilakukan mengakui, para mahasiswa tidak betah berfokus pada satu hal. Perhatian dan fokus terus berpindah-pindah. Para peneliti menyimpulkan, teknologi multimedia tampaknya lebih membatasi daripada meluaskan kesanggupan seseorang mengakuisisi informasi.

Kita memiliki cognitive load—mungkin bisa diterjemahkan sebagai muatan kognitif? Kalau kebanyakan informasi yang mengalir ke sana melebihi muatan kognitif, maka seperti air, air akan tumpah. Kita tak sanggup memerangkap informasi itu atau menarik hubungan dengan informasi lain yang telah tersimpan sebelumnya di memori. Dengan kata lain, informasi hanya berseliweran, tak nyangkut di memori, apalagi membentuk pengetahuan koheren.

Maka, tidak banyak orang sekarang mampu berpikir koheren. Yang dikuasai cuma informasi sesaat. Itu yang secara cerdik diindustrikan media, menjadi komoditas laris bernama gosip. Yang disebut analisis politik sekarang sebenarnya rekonstruksi gosip. Di sini, sebenarnya media cetak harus ambil peranan. Dia diharapkan mempertahankan sivilisasi.

Yang dibangga-banggakan orang dengan multimedia sekarang—di mana orang katanya bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus (multitasking)—sebenarnya ”terampil pada tingkat superfisial”. Ingat kata-kata filsuf Roma, Seneca, sekitar 2.000 tahun lalu: berada di mana-mana berarti tidak di mana-mana.

Ketergesa-gesaan, ketergopoh- gopohan, adalah ciri masyarakat masa kini. Munculnya jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter, mengakselerasi ketergopohan itu. Mereka menekankan pada kesegeraan dengan istilah yang dikenal para penggunanya sebagai status update. Kalau perlu, barusan buang angin pun diberitahukan ke seluruh dunia. Untuk bisa selalu update, orang terus-menerus memelototi Blackberry.

Apanya yang harus dibanggakan dengan itu semua?

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Vivo T2 Pro 5G Meluncur, Punya Layar Lengkung dan Chipset Mediatek Dimensity 7200

Vivo T2 Pro 5G Meluncur, Punya Layar Lengkung dan Chipset Mediatek Dimensity 7200

Gadget
3 Cara Setting Webcam untuk Swafoto SSCASN di laptop Mac buat Daftar CPNS dan PPPK 2023

3 Cara Setting Webcam untuk Swafoto SSCASN di laptop Mac buat Daftar CPNS dan PPPK 2023

e-Business
Cara Mengaktifkan Webcam di Laptop Windows untuk Swafoto SSCASN 2023

Cara Mengaktifkan Webcam di Laptop Windows untuk Swafoto SSCASN 2023

Hardware
Cara Edit Foto Background Warna Merah untuk Syarat Daftar CPNS 2023

Cara Edit Foto Background Warna Merah untuk Syarat Daftar CPNS 2023

Internet
Pengertian Storage Device, Lengkap dengan Jenis, Tipe, Contoh, dan Fungsinya

Pengertian Storage Device, Lengkap dengan Jenis, Tipe, Contoh, dan Fungsinya

Hardware
Cara Buat Channel WhatsApp Mirip Telegram beserta Fungsi-fungsinya

Cara Buat Channel WhatsApp Mirip Telegram beserta Fungsi-fungsinya

Software
Cara Kunci Tab Private Safari di iPhone iOS 17 biar Tak Dibuka Sembarangan

Cara Kunci Tab Private Safari di iPhone iOS 17 biar Tak Dibuka Sembarangan

Software
5 Cara Aktifkan Paket Darurat Telkomsel beserta Cara Bayarnya

5 Cara Aktifkan Paket Darurat Telkomsel beserta Cara Bayarnya

e-Business
Jadwal MPL S12 Hari Ini, Sabtu 23 September: Pertandingan Penting Evos Legends

Jadwal MPL S12 Hari Ini, Sabtu 23 September: Pertandingan Penting Evos Legends

Game
Hasil MPL ID S12 Jumat, 22 September: Kemenangan untuk Onic Esports dan Geek Gam ID

Hasil MPL ID S12 Jumat, 22 September: Kemenangan untuk Onic Esports dan Geek Gam ID

Game
Bagaimana Cara Memulihkan File yang Terhapus di Windows 10? Ini Caranya

Bagaimana Cara Memulihkan File yang Terhapus di Windows 10? Ini Caranya

Software
Penyebab dan Cara Mengatasi Webcam.js Error saat Swafoto SSCASN 2023

Penyebab dan Cara Mengatasi Webcam.js Error saat Swafoto SSCASN 2023

e-Business
Cara Membuat Poster Kontak di iPhone iOS 17 biar Muncul di Halaman Telepon

Cara Membuat Poster Kontak di iPhone iOS 17 biar Muncul di Halaman Telepon

Software
X Twitter Hapus Fitur Close Friend 'Circle' Bulan Depan

X Twitter Hapus Fitur Close Friend "Circle" Bulan Depan

Software
Beli Samsung Galaxy A34 5G, Bisa Dapat Paket Gaming hingga Rp 1 Juta

Beli Samsung Galaxy A34 5G, Bisa Dapat Paket Gaming hingga Rp 1 Juta

Gadget
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com