Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
GERAKAN MASSA

Media Sosial, Bentuk Perlawanan Publik untuk Perubahan

Kompas.com - 06/02/2012, 03:38 WIB

Media sosial seperti Facebook dan Twitter telah menjadi perangkat penting bagi gerakan sosial. Medium ini dianggap mempunyai efektivitas besar untuk menjaring dukungan massa bagi gugatan kepada sistem ataupun tuntutan atas perubahan.

Aksi dukungan kepada dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi periode lalu, Bibit Samad Rianto-Chandra M Hamzah, dan ”koin keadilan” bagi Prita Mulyasari merepresentasikan dua gugatan terhadap sistem, yaitu rasa tidak puas dan tersumbatnya saluran publik. Saat Bibit-Chandra ditahan polisi pada Oktober 2009, publik merespons dengan menggalang 1,3 juta dukungan melalui Facebook. Dukungan itu menjadi representasi perlawanan publik terhadap ketidakadilan praktik hukum.

Solidaritas publik juga ditunjukkan pada gerakan pengumpulan uang receh bagi Prita Mulyasari yang digugat karena dituduh mencemarkan nama baik RS Omni. Curahan hati Prita seputar layanan kesehatan RS Omni melalui surat elektronik menuai denda Rp 204 juta. Jalan panjang Prita mencari keadilan menyebar lewat Facebook dan segera menarik simpati masyarakat. Publik merepresentasikan nuraninya yang ditohok oleh ketidakadilan hukum dengan wujud aksi solidaritas. Aksi itu berhasil mengumpulkan uang Rp 810 juta. Simbolisasi uang receh yang digunakan untuk membantu Prita menjadi bagian dari bahasa perjuangan rakyat jelata menghadapi pihak yang berkuasa.

Selain ketidakpuasan publik, kedua gerakan sosial tersebut menjadi metafora gugatan terhadap tidak lancarnya saluran aspirasi masyarakat. Publik lebih percaya pada media sosial untuk menyalurkan suaranya dibandingkan dengan lembaga perwakilan seperti DPR atau DPRD yang dinilai lemah dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Bukannya menyuarakan aspirasi masyarakat dan mengawasi kinerja pemerintah, lembaga ini lebih sering terlibat skandal korupsi bersama-sama dengan aparat birokrasi.

Dalam konteks masyarakat saat kanal aspirasi disumbat dan pengabaian ketidakpuasan publik terus-menerus terjadi, sama artinya dengan memicu gerakan massa yang kerap kali merupa- kan pilihan tak terelakkan.

(Andreas Yoga/ Litbang Kompas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com