Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laba Berlimpah, Bos Apple Ingin Lebih Sering Bagikan Dividen

Kompas.com - 27/02/2012, 12:02 WIB

KOMPAS.com - CEO Apple Tim Cook percaya bahwa perusahaan paling berharga di dunia yang dipimpinnya memiliki uang lebih banyak dari dana operasional yang dibutuhkan.

Tantangan Cook berikutnya adalah mengetahui apakah Apple harus berhenti menimbun uang dan menarik uang sebanyak 98 miliar dollar AS di bank untuk membayar dividen pemegang saham tahun ini.

Selama sesi tanya-jawab dalam rapat pemegang saham tahunan, Kamis (23/2/2012), ada indikasi Cook dan dewan komisaris sepertinya akan mengambil keputusan tersebut.

Cook mengatakan, dewan dan manajemen benar-benar memikirkan hal ini matang-matang. "Ini bukan kasus di mana 100 persen orang akan setuju dengan apa yang akan kita lakukan," ujar Cook.

Pertanyaan tentang bagaimana menangani persediaan kas di Apple merupakan satu hal yang sensitif, karena pada saat Steve Jobs memimpin Apple, ia menolak untuk mengembalikan dividen di setiap kuartalnya. Apple telah berhenti memberi dividen kepada pemegang saham sejak tahun 1995, ketika perusahaan itu berada dalam krisis untuk mempertahankan setiap sen uang perusahaan.

Krisis Apple diselamatkan oleh Microsoft, yang memberi bantuan dana sebesar 150 juta dolar AS pada 1997. Microsoft menyelamatkan Apple yang kala itu dipimpin oleh Jobs sebagai CEO.

Dihantui oleh kenangan masa suram Apple, Jobs berupaya mengumpulkan uang dan kekayaan perusahaan semakin meningkat selama satu dekade terakhir hidup Jobs.

Sejak Tim Cook menjabat sebagai CEO sejak Agustus 2011, menggantikan Jobs yang akhirnya meninggal dunia pada 5 Oktober lalu, nampaknya Cook ingin mengembalikan sebagian dari uang para pemegang saham.

Dalam rapat pemegang saham, Cook menyatakan kemauan kerasnya untuk memberikan dividen. "Terus terang, uang yang ada benar-benar berlebih dari yang kita butuhkan untuk menjalankan perusahaan," ujar Cook.

Salah seorang pemegang saham Apple, Asif Khan dari Sugar Land, Texas, bersikeras mendesak Cook untuk tidak memberi dividen setiap tiga bulan. Khan menyarankan, akan lebih masuk akal jika Apple membayar dividen satu kali dalam setahun, yang diberikan pada akhir tahun 2012 ini sebelum berakhirnya ketentuan yang membatasi tingkat pajak federal atas dividen menjadi 15 persen.

Jika Apple mengambil keputusan untuk memberi dividen setiap kuartalnya, Khan khawatir beberapa investor akan menyalahartikan bahwa Apple kehilangan kepercayaan pada kemampuannya untuk terus mendorong harga sahamnya lebih tinggi sebagai perusahaan yang memiliki produk terdepan macam iPhone dan iPad.

Selama tahun 2011 lalu, saham Apple telah naik 50 persen menjadi sekitar 160 miliar dollar AS yang turut meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Apple sekarang memiliki nilai pasar sebesar 480 miliar dollar AS. Angka ini melebihi nilai gabungan Microsoft dan Google

Saat momentum rapat pemegang saham, saham Apple naik 3,35 dollar ditutup pada 516,39 dollar per lembar. Kenaikan ini dipicu oleh pertanyaan dalam rapat pemegang saham, tentang apakah Apple berencana memberikan dividen setiap kuartalnya?

Meskipun sebagian besar keuntungan yang dirah Apple dihasilkan dari kerja keras Jobs, saham dan keuntungan yang diraup Apple saat ini tetap berada di bawah kendali Cook. Bagaimanapun, Cook terbilang senior di Apple karena telah bekerja sebagai eksekutif Apple sejak 1998.

Namun, 40 menit sebelum para pemegang saham melakukan rapat di markas Apple di Cupertino, California, kantor tersebut didatangi para pengunjuk rasa yang membawa serta spanduk. Mereka menuntut agar Apple mengambil langkah tegas memastikan para pekerjanya di Foxconn Taiwan dan China untuk dibayar lebih tinggi dan diperlakukan lebih manusiawi.

"Stop iSweatshop," demikian apresiasi pengunjuk rasa. Sweatshop merupakan julukan dari para aktivis untuk pabrik-pabrik yang mereka anggap sangat memeras keringat pekerjanya. Pengunjuk rasa lain menyatakan "iWant an ethical phone."

Namun, dalam rapat pemegang saham itu sama sekali tidak ada pertanyaan seputar kondisi pabrik Apple di luar negeri.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com