Media sosial semacam microblog
Komite Olimpiade Australia (AOC) memergoki sejumlah atlet loncat indah sibuk memencet-mencet tombol telepon seluler mereka ketika berlangsung Piala Dunia Loncat Indah di London. Rupanya, mereka menulis pesan di Twitter. Melihat ini, Direktur Media dan Komunikasi AOC Mike Tancred mengeluarkan aturan baru: melarang atlet ber-Twitter pada saat berlangsung kompetisi. Dikhawatirkan, atlet kehilangan konsentrasi karena sibuk dengan ponselnya.
”Masalahnya, hal ini terlihat saat uji coba perlombaan di London, atlet sibuk menulis di Twitter,” tulis Tancred dalam buletin Olimpiade London AOC, seperti dikutip AFP. Seorang atlet menulis di Twitter: ”Saya anak baru. Saya tidak akan Twitter-an lagi di babak selanjutnya. Ini selingan.”
Aturan AOC ini berkebalikan dengan aturan Komite Olimpiade Internasional (IOC), yang membolehkan atlet berkomunikasi lewat media sosial seperti Facebook, You Tube, dan Twitter selama hajatan olimpiade. Hal ini semacam kampaye untuk menarik perhatian lebih banyak remaja pada olimpiade.
Menurut Tancred, beberapa cabang olahraga di Australia, seperti balap sepeda, memiliki aturan khusus soal penggunaan media sosial ini selama latihan dan pertandingan. Atlet-atlet Australia diminta untuk menggunakannya secara bertanggung jawab dan pada saat berada di kamar. ”Penggunaannya juga sesuai dengan spirit olimpiade,” imbuh Tancred.
Baru sebatas kegiatan ber-Twitter, komite sudah kalang kabut. Sejumlah pemain sepak bola pernah tersandung perkara karena ”bermain-main” di Twitter. Kasus terakhir dialami Federico Macheda, striker Manchester United yang kini dipinjamkan ke Queens Park Rangers. Ia dituduh berlaku tidak pantas karena menulis di Twitter mengenai antihomo (homofobia). Selain Macheda, ada striker Newcastle, Nile Ranger, dan pemain klub League 1, Walsall, Manny Smith. Ketiga pemain itu berkesempatan untuk membela diri, Rabu besok.
Sebelum ini, gelandang West Ham, Ravel Morrison, tersangkut perkara sama. Ia menyebut seseorang ”fu***'” di Twitter untuk menanggapi kicauan akun lain yang menjulukinya ”black f***'”. Ia pun dihukum denda 7.000 poundsterling atau sekitar Rp 101 juta oleh FA.
Twitter dan media sosial lain memang seru.