Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang dengan Iran Mimpi Buruk bagi Israel

Kompas.com - 04/04/2012, 13:10 WIB

TEL AVIV, KOMPAS.com - Dalam sebuah pernyataan yang tidak begitu diperhatikan, Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengatakan bahwa perang dengan Iran bisa menjadi "mimpi buruk", dan menyeret negara-negara lain di kawasan itu, seperti dilansir Huffington Post, Selasa (3/4/2012).

Pernyataan itu dilontarkan Lieberman pada surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, ketika dia berkunjung ke China beberapa waktu lalu.

"Jika, semoga tidak terjadi, pecah perang dengan Iran, itu akan menjadi mimpi buruk. Dan kita semua akan terlibat di dalamnya, termasuk negara-negara Teluk dan Arab Saudi. Tidak ada tidak tergores," kata Liebarman, dalam wawancara dengan harian Yedioth Ahronoth, pada 18 Maret lalu.

Perlu diketahui, Liebarman adalah ketua Partai Yisrael Beiteinu yang bergaris ultra-nasionalis.

"Kita harus melakukan apapun untuk mendesak masyarakat internasional agar ikut bertanggung jawab dan bertindak untuk menghentikan Iran."

Kepada Yedioth Ahronoth, Lieberman menegaskan Israel terbuka pada semua opsi yang ada. Namun, katanya, Israel dan masyarakat internasional perlu memiliki satu suara dalam membujuk Iran untuk menghentikan program nuklirnya.

"Perlu saya jelaskan, cara yang tepat untuk mencegah (perang) adalah dunia internasional yang bersatu," tegas Liebarman.

Di Israel sendiri pernyataan Liebarman tidak menjadi berita besar karena Yedioth Ahronoth tidak menjadikannya berita utama. Pernyataan itupun luput dari pernyataan media-media lain.

Pernyataan Lieberman itu bertentangan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Ehud Barak. Keduanya jarang berbicara dengan konsekuensi buruk dari perang dengan Iran.

Dalam sebuah pernyataan, Barak mengecilkan dampak buruk perang melawan Iran. Katanya, serangan Israel tidak akan berkepanjangan, juga tidak akan menimbulkan banyak korban jiwa.

"Situasi (perang) itu tidak akan menewaskan 500.000 orang, ataupun 5.000 orang, bahkan 500 orang," kata Barak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com