Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TSUNAMI HIKAYAT SMONG PENJAGA HAYAT

Kompas.com - 26/05/2012, 06:49 WIB

Gemuruh airmengejar. ”Kamiyang digunungselamat. Tapi, lebihbanyak yangmati, termasuk yang naik  biluk (perahu besar),”ujar Rukiah dengan mata berkaca-kaca. Salah satu korbantewas adalahibunya, Sarinuh.

Dariatas bukit,Rukiahmenyaksikan desanyamusnah digulungombak. Rumah-rumah kayu hanyut bersama dengan perahu, batang pohon, dan mayat. ”Setelahair surut,banyak mayattersangkut di pohon,”ujar Rukiah. ”Lebih satu bulan kami tinggal di hutan, makan pisang hutan dan umbi talas.”

Kisah mayat-mayat yang tersangkut didahan-dahan pohon tinggi sangat populer di Simeulue. Masyarakat di sepanjang pantai barat Simeulue selalumenceritakan kisahitu jikasedang membahas smong. DiDusun Alafan,Desa Langi, Simeulue Barat, warga menceritakan mayat-mayat yang tersangkut di dahan pohon durian.

”Dari ceritaorang tuadulu,  smong tahun 1907berarti airnyalebih tinggi karena ada orangtersangkut di batang durian. Saattsunami 2004, airnaik 8 meter,tidak sampaimelewatipohon durian,”kataKepala DesaLangi,Hasranudin (45).

Menurut Hasranudin,warga yangtewas dihantam smong kebanyakan karena kegirangan menangkapikan-ikan yang menggeleparsaatair lautsurutmen- dadak. Saat itu, mereka belum mengenal bahaya smong.

Menurut Rukiah, korban  smong 1907 itudikubur disampingMasjid Salurdi tepi laut. Sebuahmakam tanpa nisan terlihat dibelah pagar Masjid Salur. Masjid yang didirikan oleh ulama Banurullah utusanKerajaanAceh itujugakehi- langan satu sendibatu umpak yang hanyut dibawa tsunami.Tujuh sendi lainnya ditemukan 60 meter dari masjid ke arah bukit.

SelainMasjid Salur,jejaktsunami 1907jugabisa dilihatdaritemuanbatu koraldi DesaNaibos.Batu koralitu disebut batu  alaih,artinya batu yang berasal dari laut. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI), Herry Yogaswaradan EkoYulianto, dalambuku  Smong: PengetahuanLokalPulau Simeulue (2008), menyebutkan,batu koraldengantinggi 1meterituberasal dari terumbu karang  Co e l e n t e ra t a  yang hidup di laut pada kedalaman 30 meter. ”Kemungkinan besar batu ini terbawa tsunami tahun 1907 karena ada lapisan tipis pasirtsunami di bawahkoral tersebut,”tulis Herry dan Eko.

Rukiah barangkali saksi terakhir smong 1907.Kondisi fisikRukiahyang sehat, kuat berjalan, dan penglihatannya yang masih awas, bahkan di malam hari, awalnya membersitkan keraguan tentang umur Rukiah. Namun, kemampuan

Rukiah mengisahkan rinci kejadian, termasuk bagaimana ibunya meninggal karena tsunami, meyakinkan kami. Rukiah yang palingtidak sekarang telahberumur111 tahundiberkahikekuatan fisik ataupun ingatan. ”Dia tidak pernah sakit. Bahkan, sekarang dia yang merawat kakak kami, Asana, yang sudah pikun dan sakit-sakitan,”kata Kamaludin (45), anak tiri Rukiah.

Asana adalah anak sulung Rukiah, kini berusialebih dari80tahun. Iasebaya denganKumendan (83),pemilikkedai kopidi sampingMasjid Salur.Kumen dan juga masihbisa mendeskripsikan kejadian smong 1 9 0 7.

”Setelahgempaair lautsurut,kuala (sungai) jugakering, ikanjanang menggelepar di batu-batu,”ujar Kumendan, yang mengaku mengetahui cerita itu dari ayahnya, Nyak Tanda. Menurut Kumen dan,ayahnya berumurtujuh tahunsaat smong 1907 terjadi. Nyak Tanda telah meninggal12 tahunsilam.”Me n u r u t ayah saya, kejadian smong hari Jumat. Orang-orang yang lari ke bukit selamat,” k a t a ny a .

Nyak Tanda seumuran dengan Rukiah dan sepantaran dengan Iskandar, paman Camat Teupah Barat,Karim. ”Paman Iskandarjuga seringcerita soal smong,” kata Karim. Iskandar baru saja meninggal pada Februari 2012.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com