Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
JAJAK PENDAPAT

"E-book": Antara Ancaman dan Asa

Kompas.com - 29/06/2012, 02:25 WIB

Tingkat kemampuan membaca dan menulis buku semakin lemah jika orangtua abai dalam menumbuhkan kebiasaan membaca buku. Hasil jajak pendapat Litbang Kompas menjumpai fakta bahwa kebiasaan membaca buku masyarakat umumnya tumbuh atas kesadaran sendiri. Hanya satu dari empat responden yang mengaku adanya peran orangtua dalam menularkan kebiasaan membaca buku.

Isi saat senggang

Gejala penurunan kebiasaan membaca buku, khususnya buku non-pelajaran, terekam pula dalam jajak pendapat ini. Cukup memprihatinkan karena mayoritas responden menyatakan semakin jarang membaca dan membeli buku dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun menjadi suatu keprihatinan, gejala penurunan minat membaca buku (cetak) tersebut tidak mengagetkan.

Pada dasarnya kebiasaan membaca buku di masyarakat memang belum cukup kuat. Membaca buku lebih berfungsi untuk mengisi waktu luang. Sebagian besar responden (58,3 persen) mengakui hal itu. Adapun yang membaca karena untuk menambah pengetahuan atau wawasan hanya 14,7 persen; untuk keperluan studi 13,8 persen; dan terkait pekerjaan (9,1 persen). Tampak di sini bahwa secara umum responden tidak punya kegiatan ”ritual” membaca buku.

Ada banyak alasan mengapa responden tidak punya kebiasaan membaca secara rutin. Selain soal sulitnya mengatur atau membagi waktu (37 persen), terdapat juga faktor masalah kelemahan fisik, seperti rasa lelah dan tak kuat membaca lama. Lebih dari separuh responden (58,7 persen) mengaku menghabiskan waktu kurang dari satu jam setiap kali membaca buku. Sedikit sekali yang bisa bertahan membaca hingga lebih dari dua jam.

Alasan lain, mereka lebih tertarik menonton televisi atau mengonsumsi media lainnya, seperti internet. Alasan ini seolah semakin mengukuhkan pendapat bahwa masyarakat Indonesia cenderung lebih senang ”menonton” atau ”mengobrol”.

Hal menarik lain dari temuan jajak pendapat adalah adanya kecenderungan pada responden yang lebih menyukai buku-buku keagamaan atau kerohanian (27,5 persen) dan novel (17,5 persen), yang umumnya memang dibaca saat senggang, istirahat, atau menjelang tidur. Artinya, kebiasaan membaca buku lebih terkait kebutuhan untuk mengendurkan ketegangan hidup, mencari hal-hal yang menenteramkan atau menghibur.

Konvergensi media

Hasil jajak pendapat ini juga merekam hasil menarik terkait fenomena perubahan pilihan media untuk membaca buku. Buku kini tak sekadar diakses sebagai benda berwujud kertas. Bagi sejumlah responden yang tidak lagi rutin membaca buku cetakan, berselancar di dunia maya menjadi alternatif. ”Electronic book” atau e-book menjadi salah satu pilihan bacaan di dunia maya. Satu dari empat responden menyatakan pernah membaca e-book secara online lewat internet.

Mereka yang pernah membaca e-book ternyata sebagian besar berusia muda, kurang dari 40 tahun. Namun, sejumlah responden yang berusia 60 tahun ke atas pun tak lantas gagap teknologi. Mereka juga mengaku tak asing dengan e-book.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com