Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Board Game", Dunia Lain Permainan Papan

Kompas.com - 03/08/2012, 16:05 WIB

KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO Sesi permainan papan dilangsungkan di Goethe Institut Bandung pada Sabtu (14/7) untuk memperkenalkan beragamnya jenis permainan ini di pasaran kepada masyarakat. Permainanpapan merupakan medium rekreasi yang tidak mengenal usia yang mendorong para pemain untuk berinteraksi lebih dekat dibandingkan dengan permainan jenis lainnya. Hanya saja, keberadaannya masih kurang populer karena kurangnya pemahaman dari masyarakat.
KOMPAS.com - Menikmati ketegangan tidak selamanya harus membutuhkan televisi layar datar, gambar definisi tinggi, suara yang menggelegar, atau bahkan sambungan listrik.

Yang dibutuhkan hanya sebidang meja dan permainan papan atau ”board game” di atasnya. Dari sana, dunia lain tengah menyambut para pemain.

Sang pemandu permainan, Andre Musli Dubari, membagikan kartu peran kepada sembilan orang yang duduk di meja yang sama.

Dia menerangkan permainan papan berjudul ”The Resistance” yang mengisahkan gerakan pemberontak yang berencana menggulingkan sebuah kerajaan dengan cara menyabotase beberapa markas kunci.

Sayangnya, pihak kerajaan sempat menyusupkan mata-mata ke kelompok itu dengan tujuan menggagalkan upaya mereka.

Sepuluh kartu dibagikan kepada pemain yang duduk menghadap meja, termasuk dia sendiri. Sebanyak enam orang menjadi anggota gerakan perlawanan dan empat orang menjadi mata-mata.

Tidak satu pun yang mengetahui peran apa yang diambil pemain lainnya. Kemudian, Andre meminta semua pemain menutup matanya. Kebetulan, saya mendapatkan kartu peran berwarna biru yang berarti anggota gerakan perlawanan.

”Bagi yang menerima peran sebagai mata-mata, silakan membuka matanya,” kata Andre, sementara mata enam pemain lainnya tetap terpejam.

Begitu semua pemain membuka mata, yang pertama kali dirasakan adalah tegang dan bingung. Saya harus curiga dengan sembilan orang yang berbagi meja. Pasalnya, ada empat mata-mata yang berupaya menggagalkan misi gerakan perlawanan.

Permainan dilakukan dengan sistem voting. Pemimpin misi membagikan kartu misi kepada sebagian pemain dan mereka akan memberikan voting apakah misi tersebut berjalan sukses atau gagal. Sekali ada suara gagal, berarti mata-mata berhasil menjalankan tugasnya. Permainan berakhir jika kelompok perlawanan berhasil menjalankan tiga misi atau mata-mata berhasil menggagalkan tiga misi.

Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menang sebagai kelompok perlawanan dalam permainan ini adalah mengandalkan kemampuan deduksi, melihat suara yang diberikan oleh pemain yang sedang menjalankan misi. Dari sana bisa terlihat siapa anggota yang berkhianat. Sebaliknya, agar berhasil mata-mata harus mampu mengelabui pemain agar bisa terpilih sebagai anggota misi dan bisa tiga kali menggagalkan upaya kelompok perlawanan.

Sepanjang permainan sulit membedakan siapa kawan dan siapa lawan. Semua berupaya mencari mata-mata dan sebagian lagi mengecoh dengan mengarahkan kecurigaan kepada pemain lain. Saat permainan berakhir, kelompok perlawanan harus kalah karena ternyata mata-mata sukses menggagalkan tiga misi. Kartu peran pun dibuka pada akhir permainan dan sang pemandu ternyata adalah satu di antara mata-mata.

Semuanya tertawa, tanpa melihat siapa yang menang ataupun kalah. Ada yang mengulas jalannya permainan, ada pula yang mengenai upaya pemain yang belakangan diketahui sebagai mata-mata berhasil menepis kecurigaan pemain lain. Dalam 30 menit, tiba-tiba 10 orang yang duduk satu meja tertawa bersama bagai sahabat akrab.

Manfaat

Begitu permainan rampung, Andre menjelaskan bahwa permainan ini mengajak pemainnya mampu berpikir deduktif untuk mencari mata-mata agar misi tidak digagalkan. Yang lebih menantang lagi, para pemain harus berpikir jernih, sementara mata-mata yang menyaru di antara mereka berupaya mengalihkan kecurigaan kepada pemain lain.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com