Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/09/2012, 14:59 WIB

KOMPAS.com - Epilepsi termasuk dalam penyakit yang menjadi masalah pediatrik dan lebih sering terjadi pada usia dini. Kendati penyakit ini sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu, tetapi tidak semua metode pengobatan bisa menyembuhkan epilepsi.

Orangtua perlu mewaspadai terjadinya kejang berulang tanpa penyebab yang jelas. Biasanya kejang terjadi meski anak tidak demam atau tidak terjatuh.

Pola serangan epilepsi dimulai dari bayi berumur satu tahun hingga lima tahun. Kejadian serangan epilepsi pada anak-anak paling tinggi terjadi pada usia tiga tahun ke bawah. Setelah lima tahun kemudian menurun.

Menurut dokter spesialis anak dr.Dwi Putro Sp.A(K), salah satu alasan mudahnya timbul kejang pada usia dini dipengaruhi oleh dua faktor, yakni meningkatnya faktor eksitasi dan menurunnya faktor inhibisi neurotransmiter otak.

Selain itu, bayi memiliki sinaps elektrik yang lebih banyak dibandingkan dengan anak berusia lebih besar.

Penyebab epilepsi lainnya adalah karena kelainan bawaan otak, infeksi pada kehamilan, kurang nutrisi saat kehamilan, berat lahir kurang, dan trauma otak.

Gangguan pada otak tersebut membuat koneksi saraf menjadi abnormal dan kerja sel-sel saraf terganggu.

Mayoritas anak dengan epilepsi akan bebas kejang dalam satu tahun pertama pengobatan, tetapi sekitar sepertiga tetap mengalami kejang.

"Apabila epilepsi tidak terkontrol dalam jangka waktu dua tahun, pengobatan alternatif harus dipertimbangkan seperti pembedahan, diet ketogenik, dan implan stimulasi," kata Dwi, dalam disertasinya untuk promosi doktor yang meneliti tentang epilepsi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rabu (19/9/2012).

Mendeteksi secara dini risiko epilepsi yang tidak bisa disembuhkan tersebut, menurut Dwi akan membantu dokter menentukan tata laksana yang tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com