Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2012, 15:28 WIB

KOMPAS.com - Orangtua kerap melakukan kebiasaan yang diwariskan dari generasi sebelumnya, dalam merawat bayi. Padahal belum tentu semua kebiasaan itu baik atau tepat untuk bayi.

Dalam talkshow “Mitos-Mitos Seputar Perawatan dan Tumbuh Kembang Bayi”, diadakan Brawijaya Women & Children Hospital bersama Tabloid Nakita, dr Attila Dewanti, SpA(K) menjelaskan fakta dari mitos yang paling banyak beredar di masyarakat dan dilakukan para orangtua berikut ini:

1. Pakai gurita.

Banyak orangtua yang memakaikan gurita pada bayi karena menganggap cara ini bisa mencegah bayi mengalami perut kembung. Faktanya, organ dalam tubuh justru akan kekurangan oksigen jika bayi memakai gurita. Ruangan untuk pertumbuhan organ juga akan terhambat. Dinding perut bayi masih lemah, volume organ tubuhnya tidak sesuai dengan rongga dada dan rongga perut yang ada karena sampai usia lima bulan dalam kandingan, organ ini terus tumbuh sementara tempatnya sangat terbatas.

2. Potong kuku.

Ada mitos soal potong kuku bayi, yakni kuku tidak boleh dipotong sebelum 40 hari. Padahal, jika kuku bayi tidak dipotong selama 40 hari, kuku panjangnya bisa melukai wajah bahkan kornea mata. Mitos ini muncul lebih karena kekhawatiran ibu akan melukai kulit jari tangan atau kaki saat memotong kuku. Sebaiknya gunting kuku bayi dengan peralatan khusus yang aman.

3. Bedong kaki.
Banyak orangtua membedong kaki bayi dengan anggapan cara ini bisa mencegah kaki pengkor. Faktanya, bedong menghambat perkembangan motorik bayi karena tangan dan kakinya tidak mendapatkan kesempatan bergerak. Menurut dr Attila, bedong sebaiknya hanya dilakukan setelah bayi dimandikan atau kala cuaca dingin. Tujuan bedong lebih untuk menjaga bayi dari udara dingin. Pemakaiannya pun sebaiknya longgar bukan dengan "dibungkus" ketat dan kencang.

Bedong juga tak ada kaitannya dengan pembentukan kaki. Semua bayi terutama bayi baru lahir memiliki kaki yang bengkok. Dengan semakin kuatnya tulang annak dan besarnya keinginan untuk berjalan, kaki anak akan normal dengan sendirinya. Orangtua perlu memahami perkembangan fisiologis kaki agar tak terjebak dalam mitos ini.

4. Aktivitas setelah 40 hari.
Anda dan bayi tak perlu mengurung diri selama 40 hari dari kegiatan di luar rumah. Anggapan bahwa bayi tidak boleh keluar rumah selama 40 hari kurang tepat. Yang tepat adalah bayi tidak pergi ke tempat keramaian yang terlalu banyak orang karena berpotensi terkena kuman penyakit. Misalnya pergi ke mal atau perhelatan. Kekebalan bayi masih sangat rentan saat usianya dibawah 40 hari.

5. Mandi air dingin.

Kebiasaan memandikan bayi dengan air dingin karena menganggap cara ini bisa membuat bayi kuat, adalah hal yang kurang tepat. Bayi rentan terhadap suhu dingin. Air dingin dapat membuat pembakaran dan metabolisme tubuh bayi meningkat, sehingga makanan dalam tubuh bisa terkuras untuk mengatur suhu tubuh. Akhirnya bayi kehabisan tenaga dan mudah sakit. Sebaiknya mandikan bayi dengan air hangat, angkat sebelum kedinginan dan pastikan bayi selalu dalam keadaan hangat setelah mandi.

"Mandi dengan air dingin amannya untuk anak di atas satu tahun," jelas dr Attila.

6. Cukur rambut.

Mitos yang juga dilakukan banyak orangtua adalah mencukur rambut bayi sampai habis agar tumbuh lebat dan hitam. Padahal tebal tipisnya rambut sangat dipengaruhi faktor genetik. Bila dicukur habis, rambut baru yang tumbuh biasanya agak kasar dibandingkan aslinya jadi terkesan lebih tebal.

7. Kopi atasi kejang.
Ada juga yang menjalani mitos dengan memberikan bayi kopi saat kejang. Padahal kopi mengandung kafein yang bisa membahayakannya, karena dapat memicu denyut jantung lebih cepat. Akibatnya bayi sering deg-deg-an.

8. Cabe rawit untuk lesung pipit.
Ada juga kebiasaan lain seperti colek pipi bayi dengan cabe rawit jika ingin berlesnug pipit. Lesung pipit terjadi karena adanya gerakan susunan otot di bagian wajah terutama pipi. Pada orang tertentu susunan otot tersebut membentuk lekukan sehingga terjadilah lesung pipit ketika otot bergerak.

9. Baby walker agar lebih cepat berjalan.
Ada mitos yang membuat orangtua mengandalkan baby walker yang dianggap mampu mempercepat kemampuan bayi berjalan. Faktanya, bayi yang menghabiskan waktu aktif di dalam baby walker hanya akan belajar duduk, gerak ke sana kemari tanpa tegak. Justru kemampuannya berjalan lebih lambat dibandingkan bayi yang tidak menggunakan baby walker.

Selama bayi duduk di baby walker yang memiliki bentuk menyamping dengan ruang kaki sempit, justru ruang gerak dan visualisasinya terbatas, dan ini berdampak pada perkembangan kordinasi otot tubuhnya.

10. Membuang ASI sebelum menyusui.
Kebiasaan yang kerap dilakukan ibu, yakni memeras ASI dan membuangnya sebelum menyusui adalah juga mitos yang tak perlu diikuti. Para ibu kerap melakukan ini karena nasehat orangtua, yang mengatakan ASI tersebut basi. Padahal tidak pernah ada ASI basi. Kadang ASI yang keluar memang terlihat kekuningan terkesan tak segar. Justru ASI seperti ini berkualitas baik.

11. Sarung tangan dan kaki.
Para orangtua juga kerap memakaikan sarung tangan dan sarung kaki, setiap saat. Sebenarnya sarung tangan dan kaki hanya dipakaikan dalam keadaan dingin, atau ketika bayi ditinggal sebentar untuk menghindari bayi terluka karena kuku tangannya. Pemakaian sarung terlalu sering justru mengurangi indera perasa dan motorik pada bayi.

12. Mandi sore.
Jangan memandikan bayi yang belum berusia 40 hari saat sore. Ini jelas mitos yang tak benar. Karena bayi butuh mandi dua kali sehari. Perhatikan saja waktunya dan pastikan bayi tidak kedinginan.

13. Makan pisang campur nasi.

Kebiasaan yang juga kurang tepat adalah memberi makan bayi berusia seminggu dengan nasi dicampur pisang agar tak kelaparan. Usus bayi di usia ini belum punya enzim yang mampu mencerna karbohidrat dan serat tumbuhan. Dampaknya bayi akan sembelit. Bayi mengonsumsi makanan pendamping ASI setelah enam bulan. Itu pun makanan padat pertamanya adalah bubur susu dan makanan padat kedua bubur tim.

14. Hidung mancung.
Kebiasaan yang dilakukan berlandaskan mitos adalah menarik hidung bayi agar mancung. Padahal tidak ada hubungannya menarik hidung dengan mancung atau tidaknya. Mancung tidaknya hidung ditentukan bentuk tulang hidung yang sifatnya bawaan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com