Ny Marbun terus mengomel ketika antre di loket Pulo Gadung, Halte Terintegrasi Bus Transjakarta Harmoni, Senin (14/1). Hampir sejam guru sebuah sekolah di Jakarta Barat itu berdiri berdesakan dengan penumpang lain untuk jurusan sama, Harmoni-Pulo Gadung.
”Saya menyesal telah memilih naik busway (bus transjakarta). Hari biasanya saya naik kereta. Akan tetapi, hari ini pengin mencoba naik bus transjakarta yang katanya murah. Ternyata begini,” kata Ny Marbun, warga Kota Bekasi.
Peristiwa yang dialaminya membuat Ny Marbun kapok untuk naik bus transjakarta kalau kondisinya seperti itu. Ny Marbun harus mengeluarkan biaya Rp 8.500 per tiket kereta api. Sementara dengan bus transjakarta cukup Rp 3.500 per tiket. ”Coba kalau Jokowi (Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo) melihat dan merasakan antrean ini, pasti dia akan marah,” kata seorang ibu lainnya yang lebih dulu antre dari Ny Marbun.
Antrean panjang bus transjakarta disebabkan armada itu harus antre masuk halte dan menurunkan penumpang. ”Sekitar 20 menit antre untuk menurunkan penumpang. Belum lagi harus berputar menaikkan penumpang,” kata pengemudi Koridor II, Harmoni-Polu Gadung, Awantuan.
Bukan hanya waktu tunggu yang sangat lama dan membuat calon penumpang marah, fasilitas bus tranjakarta pun banyak yang memprihatinkan.
Kompas
Bus yang amburadul itu semakin membuat penumpang tak nyaman karena pendingin udara hanya kipas angin. Petunjuk lokasi bus yang dipajang di atas sopir tidak lagi berfungsi. Pergerakan bus menimbulkan suara tak nyaman layaknya bus umum yang bobrok.
Kondisi armada bus dan sarana pendukung, seperti halte dan jembatan untuk bus transjakarta, tidak memiliki standar yang sama. Jika bus dari Kuningan Timur ke Harmoni begitu bobrok, bus-bus baru asal China yang beroperasi di Koridor I begitu memanjakan penumpang.