Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Banjir Serbu Jakarta

Fasilitas untuk Pengungsi Korban Banjir Belum Maksimal

Kompas.com - 17/01/2013, 09:51 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com Sistem pelayanan terhadap warga korban banjir tampaknya harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Pasalnya, banyak nada sumbang terlontar dari para korban banjir, mulai dari pembagian bantuan yang tak merata, hingga kurangnya fasilitas.

Salah satu contoh terjadi di Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Berdasarkan data kecamatan, setidaknya terdapat 4.200 jiwa yang mengungsi dari rumahnya. Para pengungsi tersebut menempati 16 posko pengungsian yang disediakan. Namun, tak semua warga mendapatkan fasilitas yang memadai di posko pengungsian.

Keterbatasan lokasi penampungan membuat sebagian warga memilih mengungsi di pinggir-pinggir Jalan Jatinegara Barat dengan hanya bermodal barang-barang dan uang seadanya. "Kalau malam tidurnya ya di sini aja (emperan toko). Poskonya semua enggak ada yang muat," ujar Wiwi Sawiyah (30), warga RT 04 RW 03, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, ditemui Kompas.com, Rabu malam.

Kondisi memprihatinkan memang tampak saat menengok posko pengungsian yang ada. Di salah satu posko di Kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, pengungsi menempati dua lantai ruangan gedung tersebut dengan bermodal tikar atau karpet tipis. Tiap-tiap lantai memiliki luas sekitar 20 x 10 meter persegi. Pengungsi pun terpaksa tidur saling berhimpitan dengan fasilitas seadanya. Belum lagi udara di dalam ruangan yang demikian pengap dan lembab.

Beberapa pengungsi tidur tak berbaju. Tampak anak-anak balita juga harus berbagi tempat dengan para pengungsi lain dengan fasilitas seadanya. Kondisi udara tersebut berdampak buruk bagi kesehatan warga.

Soal bantuan makanan, hal itu juga menjadi salah satu kekecewaan para pengungsi. Selain jumlah makanan tak sesuai jumlah pengungsi, pembagiannya pun tidak merata. Akibatnya, banyak pengungsi, terlebih mereka yang tercecer dari posko pengungsian, lolos dari pembagian jatah makanan. Jika demikian, lagi-lagi warga mengandalkan uang pribadinya.

"Saya sejak mengungsi sampai (Rabu) malam ini belum dapat makanan. Orang-orang lain mah pada dapat. Akhirnya, ya beli sendiri, bakso kek, ketoprak kek. Mau minta sama siapa, Mas?" keluh Wiwi.

Di Kampung Melayu memang terdapat sebuah tenda dapur umum untuk melayani konsumsi ribuan pengungsi. Namun, tenda yang dipasang di seberang Kantor Sudinkes Jaktim tersebut hanya "aksesori" semata. Tak tampak ada aktivitas signifikan di dalam dapur umum tersebut. Hanya ada beberapa bapak dan pemuda yang menjadikan salah satu meja menjadi area bincang-bincang.

Kurangnya pelayanan terhadap korban banjir di Kampung Melayu juga dibenarkan oleh salah seorang petugas tenaga kesehatan dari Puskesmas Jatinegara, Bidan Ida. Menurutnya, salah satu fasilitas penting yang dilupakan di posko pengungsian adalah toilet umum.

Bayangkan saja, dari 4.200 pengungsi, hanya ada satu toilet umum yang berada di Kantor Sudinkes Jaktim. Sisanya, warga memilih toilet bangunan sekitar atau bahkan semak-semak tepi jalan. "Dari ribuan orang, cuma satu toilet di dalam kantor. Seharusnya kan toilet umum ada berderet, banyak," ujarnya.

Tak cuma itu, ketersediaan air bersih di posko pengungsian pun sangat terbatas. Meski telah ada pemurni air atau water purifier yang disediakan, para pengungsi tetap saja banyak yang tak bisa mengakses air bersih.  

Satu-satunya fasilitas yang diacungi jempol oleh pengungsi adalah layanan kesehatan di posko pengungsian. Di Kampung Melayu, ada satu posko kesehatan yang terdiri dari empat tenaga medis dari puskesmas setempat. Para pengungsi merasa layanan kesehatan adalah yang paling memuaskan ketimbang fasilitas lainnya.

"Obat-obatnya lumayan lengkap, sudah gitu tanggap banget. Misalnya ada yang kenapa-kenapa langsung ditangani serius. Kadang kalau parah, langsung dibawa ambulans ke rumah sakit," ujar Cici Kurniasih, warga RT 04 RW 03, korban banjir lainnya.

Camat Jatinegara Syofian mengakui sejumlah kekurangan dalam pelayanan tersebut. Namun, hal itu dianggap wajar karena terjadi di kondisi darurat sehingga semua fasilitas dan bentuk bantuan bersifat spontanitas.

Oleh sebab itu, ia meminta warga memaklumi segala keterbatasan petugas yang bekerja di lapangan. "Ya namanya musibah begini, kalau diberikan bantuan makanan ada yang enggak kebagian harap dimaklumi. Memang demikian jumlah bantuan yang ada," ujarnya.

Hingga Kamis pagi, wilayah permukiman di Kampung Pulo terpantau masih tergenang luapan Sungai Ciliwung setinggi empat meter. Meski sebagian besar warga telah mengungsi, masih banyak warga yang bertahan di lantai dua rumah mereka. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com