Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Canon EOS 650D, DSLR Berbekal Layar Sentuh Putar

Kompas.com - 30/01/2013, 13:05 WIB
Oik Yusuf

Penulis

oik yusuf/ kompas.com

 

KOMPAS.com —Apa jadinya kalau interface layar sentuh diterapkan pada kamera jenis DSLR? Itulah yang coba diterapkan Canon pada EOS 650D, model teranyar dari seri kamera populer pabrikan asal Jepang ini.

EOS 650D melanjutkan tongkat estafet dari pendahulunya, EOS 600D, yang dirilis pada 2011 lalu. Kedua kamera ini tampak sangat mirip, tetapi sebenarnya Canon menerapkan sejumlah perubahan yang cukup berarti di balik penampilan EOS 650D yang ibarat pinang dibelah dua dengan saudaranya itu.

Sebagai kamera baru, EOS 650D tidak menggantikan EOS 600D yang masih dijual di pasaran hingga saat ini. Sebaliknya, ia berada dalam posisi "terjepit" di antara EOS 600D dan EOS 60D yang posisinya setingkat lebih tinggi dalam hierarki kamera Canon.

EOS_650D_CAMERA_PICS-11 EOS 650D memiliki layar LCD yang bisa diputar-putar dan mendukung input touchscreen.

Tentu saja, sebagai salah satu model teranyar, EOS 650D dibekali serangkaian teknologi digital imaging terbaru dari pembuatnya, termasuk layar fleksibel yang mendukung input touchscreen, koreksi lensa otomatis, "hybrid" auto-focus, hingga mode HDR terintegrasi.

Nah, apakah sekelumit kemampuan baru itu mampu memberikan kelebihan tersendiri dan membuat EOS 650D tampil menonjol di antara kamera-kamera lain? Ikuti pembahasan KompasTekno berikut ini.

Desain

Dilihat sekilas, EOS 650D memang tampak sangat mirip dengan EOS 600D. Baik dari sisi depan, belakang, maupun bawah, termasuk ukuran fisik, semuanya nyaris sama.

EOS_650D_CAMERA_PICS-8 Perbandingan EOS 650D (tengah) dengan EOS 600D (kiri) dan EOS 60D dari sisi depan, belakang, dan atas.

Ketika diperhatikan, baru tampak beberapa perbedaan kecil di antara kedua kamera ini.

Mungkin yang paling mudah terlihat adalah tidak adanya tombol "display" di bagian atas EOS 650D. Pada pendahulunya, tombol ini digunakan untuk menghidup-matikan layar LCD fleksibel ketika pengguna membidik melalui Viewfinder.

EOS_650D_CAMERA_PICS-3 EOS 650D tak lagi memiliki tombol "display". Mode dial pada kamera ini disesaki sejumlah mode tambahan, termasuk high dynamic range (HDR). Di bagian atas pop-up flash juga bisa dilihat sepasang lubang mikrofon stereo.

EOS 650D tidak memerlukan tombol itu karena sudah dilengkapi dengan sensor jarak yang akan otomatis mematikan layar jika mendeteksi pengguna mendekatkan wajah ke kamera, seperti pada EOS 550D.

Ini adalah hal penting pada EOS 650D karena pengguna bisa saja memberikan input touchscreen secara tidak sengaja apabila layar LCD masih dalam keadaan aktif ketika membidik lewat viewfinder, misalnya karena tersentuh pipi atau hidung.

EOS_650D_CAMERA_PICS-7
EOS_650D_CAMERA_PICS-6
Bagian kiri EOS 650D memuat konektor A/V out, HDMI, remote, dan mic-input yang tersembunyi di balik dua penutup karet.

Perbedaan lain mencakup bentuk beberapa tombol yang sedikit berbeda, tetapi peletakan dan fungsi masing-masingnya tetap sama seperti sebelumnya.

Pengguna yang pernah memakai model sebelumnya dalam seri ini (EOS 600D, 550D, 500D, dan lainnya) pasti akan langsung merasa familiar dengan EOS 650D.

EOS_650D_CAMERA_PICS-20
Unit pop-up flashpada EOS 650D memiliki guide number 13 m (ISO 100) dengan cakupan 28 mm (ekuivalen 35 mm). Pop-up flash ini juga bisa digunakan sebagai wireless trigger hingga 2 grup flash eksternal.

Perbandingan antara EOS 650D dan EOS 60D jauh lebih kentara. Tubuh kamera EOS 60D lebih besar dengan handgrip yang lebih besar pula, serta dilengkapi dengan beberapa fitur yang absen dari EOS 650D, seperti layar LCD kedua di bagian atas dan command wheel kedua di bagian belakang.

EOS_650D_CAMERA_PICS-14 Seperti pada kamera-kamera sebelumnya dalam seri ini, slot memory card SD dan kompartemen baterai EOS 650D masing-masing terletak di sisi kanan dan bawah handgrip.

EOS 650D datang dalam kotak kemasan ala kamera Canon dengan warna putih dihiasi gambar kamera yang bersangkutan. Di dalamnya terdapat sejumlah aksesori pelengkap seperti strap, dokumentasi-dokumentasi tertulis, brosur, satu baterai, unit charger, kabel data USB, kabel audio/video output, body cap, serta unit lensa EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM apabila dibeli sebagai kit.

Lensa EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM

EOS 650 diperkenalkan bersamaan dengan dua lensa baru yang menggunakan motor autofokus tipe STM atau Stepping Motor, yaitu EF 40mm F2.8 STM dan EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM yang tersedia sebagai pilihan kit untuk kamera ini. Adapun lensa pancake EF 40mm F2.8 STM dijual terpisah.

EOS_650D_CAMERA_PICS-23
EOS_650D_CAMERA_PICS-22 Lensa EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM (kanan) tampak lebih pendek dibanding pendahulunya, EF-S 18-135mm IS, dan memiliki diameter rear element yang lebih kecil.

Dengan motor STM yang tertanam di dua lensa ini, Canon menjanjikan operasi autofokus yang tidak hanya sunyi, tapi juga cepat, bisa di-override secara instan, tanpa harus menggeser switch ke posisi manual (full-time manual focus), serta Continuous AF di video yang dapat berfungsi maksimal apabila digunakan bersama EOS 650D.

Mengapa harus EOS 650D? Kamera ini menggunakan sensor autofokus jenis "hybrid" yang menggabungkan mekanisme deteksi fokus contrast detect yang biasa dipakai di kamera mirrorless dengan mekanisme phase detect yang umum dipakai di DSLR.

Alhasil, dalam mode live view atau video, EOS 650D diklaim bisa melakukan autofokus yang cepat dan kontinu asalkan, itu tadi, dipasangkan dengan lensa yang memiliki motor STM.

EOS_650D_CAMERA_PICS-19 Canon menambahkan kunci
zoom pada EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM untuk mencegah "zoom creep", atau kondisi ketika lensa memanjang (zoom in) sendiri ketika menghadap ke bawah karena bobot elemen-elemen kaca dalam tabung lensa.

Berhasilkah Canon mewujudkan janjinya? Soal autofokus yang sunyi, lensa EF 40mm F2.8 STM dan EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM ternyata memiliki implementasi motor fokus yang berbeda walaupun sama-sama mengusung embel-embel "STM".

Walaupun mampu menghasilkan gambar yang sangat tajam bahkan di bukaan terbesar sekalipun, lensa pancake Canon memiliki performa AF yang relatif lamban dan masih mengeluarkan bunyi saat beroperasi, walaupun tak terlalu berisik seperti lensa dengan motor konvensional.

EOS_650D_CAMERA_PICS-9 Lensa EF 40mm F2.8 STM tampak manis dan ringkas di EOS 650D, tapi autofokusnya sedikit bersuara dan agak lamban.

Sebaliknya, lensa EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM benar-benar sunyi saat beroperasi, bahkan lebih senyap dibandingkan lensa dengan motor ultrasonik (USM) yang masih menimbulkan bunyi gesekan internal.

Saking sunyinya autofokus lensa ini, Kompas Tekno berkali-kali mengecek switch AF/MF karena khawatir telah menggesernya tanpa sengaja. Kenyataannya, EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM memang beroperasi dengan sangat senyap, seperti bisa dilihat pada video perbandingan di bawah

Anda baru akan bisa mendengar bunyi motor STM di dalamnya apabila menempelkan telinga ke bodi lensa selagi berada di lingkungan yang juga sunyi.

Selain itu, ring fokus pada EF-S 18-135mm F3.5-5.6 tidak berputar ketika melakukan fokus. Panjang lensa ini pun tetap sama karena menggunakan mekanisme internal focusing.

Kinerja autofokus EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM pun sangat kencang, bisa disetarakan dengan lensa-lensa EF-S lain sejenisnya (normal zoom/ general purpose) yang menggunakan motor ultra sonik seperti EF-S 15-85mm F3.5-5.6 IS USM dan EF-S 17-55mm F2.8 IS USM yang juga sempat dicoba sebagai pembanding oleh Kompas Tekno. AF bisa dilakukan dengan gesit, nyaris instan, termasuk dalam kondisi low-light sekalipun.

Soal kualitas hasil tangkapan gambar, dari sample yang diterima Kompas Tekno, EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM mampu menghasilkan gambar yang kualitasnya kurang lebih setara dengan dua lensa EF-S yang disebut di atas, bahkan dalam kondisi wide-open (F3.5 di 18mm hingga F5.6 di 135mm).

DIbanding pendahulunya, EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS tanpa embel-embel STM, hasil gambar lensa ini lebih tajam, dengan kontras yang lebih tinggi terutama di setting zoom terpanjang yang biasanya merupakan titik kelemahan lensa-lensa zoom. Contohnya bisa dilihat pada gambar di bawah.

EOS_650D_lens_test
Crop 100 persen dari titik tengah foto (135mm F5.6) dengan fokus optimum. Hasil tangkapan gambar lensa EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM (kanan) terlihat lebih tajam dengan kontras lebih tinggi dibandingkan EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS (kiri)

Saat dipasangkan dengan EOS 650D, lensa ini benar-benar menunjukkan kemampuan penuhnya. Live View AF mampu dilakukan dengan lebih kencang dibanding lensa-lensa lain, termasuk yang memakai motor USM.

Sebaliknya, ketika dipasang ke bodi kamera lain seperti EOS 60D, EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM tak berfungsi optimal. Kemampuan yang hilang antara lan continuous autofocus di video. Fitur ini memang hanya tersedia di EOS 650D.

Jadilah EOS 650D dan EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM ibarat dua sejoli yang saling membutuhkan. Kemampuan asli dari keduanya hanya bisa keluar apabila saling "bertemu".

Karena itu, ada baiknya peminat EOS 650D turut mempertimbangkan paket kit dengn EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM apabila kebetulan juga membutuhkan lensa general-purpose berkualitas.

EOS_650D_CAMERA_PICS-21 Pasangan sejati: Canon EOS 650D dan EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM

Antarmuka

Interface layar sentuh pada EOS 650D tentu mensyaratkan layout antarmuka berbeda agar mudah dipakai. Nah, dalam hal ini Canon telah melakukan sejumlah perubahan dalam tampilan menu.

Yang paling kentara adalah tampilan Quick Menu mode Live View (diakses dengan tombol berlambang kamera di sisi kanan viewfinder) di mana semua pilihan konfigurasi -mulai dari white balance, AF/ drive mode, hingga wireless flash yang baru ditambahkan- ditampilkan dalam icon kotak-kotak berukuran cukup besar agar gampang dipilih dan diatur menggunakan jari.

EOS_650D_live_view
Tampilan live view Canon EOS 650D. Frame putih (kiri) melambangkan area jangkauan autofokus. Berbagai informasi termasuk live histogram bisa turut ditampilkan (tengah), sementara quick menu memuat interface baru yang lebih mudah digunakan dengan touchscreen (kanan)

Dengan memanfaatkan layar sentuh ini pengguna bisa memilih area fokus hanya dengan menyentuhnya menggunakan ujung jari, mirip seperti pada kamera pocket ataupun smartphone.

Ingin langsung menjepret dengan jari di layar sentuh? Ini pun bisa dilakukan, tapi pilihan "Touch Shutter" dalam menu harus diaktifkan terlebih dahulu. Jika tidak kamera hanya akan memilih area fokus menurut sentuhan jari pengguna sementara pengambilan gambar tetap dilakukan dengan menekan tombol Shutter release.

Seperti biasa, layar LCD saat pembidikan live view pun dapat diimbuhi berbagai macam keterangan parameter shooting, grid overlay untuk komposisi, dan histogram real-time. Tampilan live view bisa diperbesar 5x atau 10x untuk memudahkan proses fokus.

EOS_650D_stills_menu
Tampilan quick menu (kiri) pada EOS 650D. Struktur menu utama (tengah) kamera ini relatif tidak berubah. EOS 650D juga menyediakan tab "my menu"  (kanan) yang bisa memuat sejumlah parameter pengaturan agar gampang diakses

Sayang, tampilan menu utama (diakses dengan tombol "Menu") dengan tab horizontal ala Canon hanya mengalami perubahan kosmetik dengan dhilangkannya kode warna icon kategori pengaturan yang justru malah sedikit mempersulit.

Kini masing-masing kategori hanya dilambangkan oleh icon berwarna sama. Ukuran header tab dan pilihan parameter pun masih tetap kecil sehingga sulit ditelusuri menggunakan layar sentuh. Agaknya untuk navigasi di menu utama ini pengguna lebih baik mengandalkan 4-way controller seperti sebelumnya.

Struktur menu pada EOS 650D sendiri relatif bersahabat, mudah dimengerti dan digunakan, layaknya menu pada kamera DSLR lain dari Canon. Tak menemukan parameter yang Anda cari? Pindahlah ke tab kategori berikutnya. Parameter konfigurasi tak pernah "tertimbun" di dalam susunan menu.

Pun demikian halnya dengan quick menu (non-live view) yang disusun membentuk kotak-kotak. Berkat dukungan touchscreen, parameter-parameter konfigurasi dapat dipilih dan diatur dengan mudah menggunakan jari.

Touchscreen ini pun bisa digunakan di mode Playback. Gestur seperti scrolling dengan jari serta pinch to zoom bisa dilakukan dengan responsif dan mulus layaknya smartphone atau tablet sehingga membuat preview foto menjadi menyenangkan

Kualitas Gambar

Pembaruan yang diusung Canon pada EOS 650D meliputi sensor autofokus baru yang, meskipun sama-sama berjumlah 9-titik seperti pada EOS 600D, kini seluruhnya terdiri dari jenis cross-type yang sensitif terhadap kontras baik horizontal maupun vertikal.

Kecepatan burst pun naik dari 3,7 FPS pada EOS 600D menjadi 5 FPS pada 650D. Sebagai informasi, angka tersebut sudah menyamai EOS 60D yang secara teoritis mampu menangkap 5,3 frame per detik.

Dari segi penangkapan gambar, EOS 650D dibekali prosesor Digic 5 yang mengolah gambar dari sensor beresolusi 18 megapixel. Entah sensor ini merupakan desain baru atau barang yang sama seperti dipakai sebelumnya di EOS 550D, 600D, 60D, dan 7D.

Yang jelas, Canon menambahkan satu tingkat sensitivitas yaitu ISO 25600 (expanded). Rentang ISO 12800 kini masuk kategori native.

Berikut ini gambaran kualitas gambar JPEG dari mulai ISO 100 hingga ISO 25600:

EOS_650D_ISO
Gambar utama: kotak-kotak merah mewakili area cropping 100 persen dari gambar. Lensa yang digunakan adalah EF 40mm F2.8 STM (F8, dengan timer 3 detik)

EOS_650D_ISO100
Canon EOS 650D ISO 100

EOS_650D_ISO200
Canon EOS 650D ISO 200

EOS_650D_ISO400
Canon EOS 650D ISO 400

EOS_650D_ISO800
Canon EOS 650D ISO 800

EOS_650D_ISO1600
Canon EOS 650D ISO 1600

EOS_650D_ISO3200
Canon EOS 650D ISO 3200

EOS_650D_ISO6400
Canon EOS 650D ISO 6400

EOS_650D_ISO12800
Canon EOS 650D ISO 12800

EOS_650D_ISO25600
Canon EOS 650D ISO 25600

Pada ISO 100, EOS 650D tentu saja menampilkan kualitas gambar terbaik. Sensor 18 megapixel pada kamera ini mampu menangkap banyak detail. ISO 200 dan 400 pun hampir-hampir tak ada bedanya.

Pada ISO 800, noise mulai muncul terutama pada area-area gelap. Noise pada ISO 1600 mulai menghancurkan detail-detail halus, chroma noise yang berwarna-warni mulai kentara.

ISO 3200 merusak gambar lebih jauh, tapi sebagian detail masih bisa terlihat. Degradasi kualitas gambar berlanjut pada ISO 6400, di mana penurunan kualitas sudah tampak di layar komputer, bahkan sebelum gambar di zoom-in.

Kualitas foto pada ISO 12800 benar-benar hancur akibat Noise luminance dan Chroma yang bertebaran. Tergantung penggunaan, foto mungkin masih bisa dipakai untuk keperluan web, atau cetak ukuran kecil. ISO 25600 merusak semua detail yang masih tertinggal di tingkat sebelumnya. Setting sensitivitas paling tinggi ini sebaiknya dihindari, kecuali sangat terpaksa.

Dalam keseharian, EOS 650D mampu menghasilkan gambar-gambar berkualitas tinggi layaknya kamera DSLR sekelasnya. Berikut beberapa contoh foto dari kamera ini:

650D_Samples-0010
F2.8, 1/60, ISO 400

650D_Samples-0019
F5.6, 1/320, ISO 200

650D_Samples-0118
F10, 1/1600, ISO 400

650D_Samples-0712
F3.5, 1/125, ISO 6400

650D_Samples-0264
F2.8, 1/400, ISO 800

650D_Samples-1260
F5.6, 1/160, ISO 1600

Begitupun ketika matahari mulai terbenam dan kamera dipaksa menaikkan sensitivitasnya ke ISO 6400. Dengan setting noise reduction "Low" untuk format gambar JPEG, Chroma noise yang muncul dalam foto dapat ditekan, sementara Luminance noise yang masih bertebaran memiliki pola seperti grain film sehingga dapat dengan mudah diabaikan. Sebagian detail dalam gambar pun masih tampak, meski dibuat amburadul oleh noise.

650D_Samples_high_iso_big
650D_Samples_high_iso_little
Kotak merah menunjukkan area crop 100 persen (F11, 1/100, ISO 6400)

Performa autofokus yang ditunjukkan tidak berbeda dari kamera lain sejenisnya ketika membidik dari viewfinder. Lain cerita begitu pengguna membidik dari LCD.

Meski belum segesit kamera-kamera mirrorless, peningkatan kecepatan yang diterapkan Canon pada AF Live View EOS 650D dibanding para pendahulunya ternyata lumayan terasa. Combo EOS 650D dan lensa EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM dalam kebanyakan waktu hanya memerlukan 1 detik atau kurang untuk mengunci fokus dalam live view.

Sebagai perbandingan, kamera-kamera pendahulunya rata-rata memerlukan waktu 2-3 detik untuk mengunci fokus dalam live view, dengan lensa yang sama serta situasi yang kurang lebih sebanding.

Apabila Anda sedang tidak memerlukan autofokus ekstra cepat, kemampuan AF pada EOS 650D sudah terbilang nyaman untuk sepenuhnya mengandalkan layar LCD dalam membidik gambar.

Kamera ini pun bisa diajak memotret olahraga atau action dengan burst rate 5 FPS yang dapat menangkap cukup banyak momen.

Sayang, baterai LP-E8 ketika dipakai di EOS 650D tak mampu bertahan lama. Dalam beberapa kali pemakaian, kamera ini hanya mampu megambil sekitar 300 frame sebelum indikator baterai mulai berkedap-kedip tanda butuh re-charge.

HDR, Multi-shot Noise Reduction, dan Chromatic Aberration Correction

Canon EOS 650D menambahkan sejumah fitur baru yang berguna. Contohnya seperti kemampuan menciptakan foto High-Dynamic Range (HDR), mode noise reduction multi-shot dengan sampling dari banyak frame yang menjanjikan hasil gambar bersih di ISO tinggi, dan koreksi Chromatic Aberration otomatis.

Mode HDR bisa diakses lewat dial exposure mode yang menampilkan sejumlah besar pilihan scene modes disamping mode P, Av, Tv, dan M seperti biasa. Gambar HDR dihasilkan melalui tiga frame (under, normal, over) yang akan diambil secara otomatis begitu tombol shutter ditekan selagi berada dalam mode ini.

Canon menjanjikan Auto allign hasil akhir foto HDR sehingga pengguna  tidak perlu menggunakan tripod. Akan tetapi, penggunaan alat ini tetap direkomendasikan agar framing gambar benar-benar stabil. Perhatikan juga agar tidak ada obyek bergerak seperti orang yang lalu lalang atau kendaraan lewat dalam gambar, atau hasil akhirnya akan memuat "bayangan-bayangan" dari obyek tersebut.

Ketika dibandingkan dengan foto yang diambil dalam mode exposure normal, mode HDR pada Canon EOS 650D mampu menghasilkan peningkatan yang kasat mata. Detail daerah gelap dan terang dalam foto mampu ditampilkan dengan sama baiknya, dengan rentang tonal yang luas sesuai dengan nama mode ini.

EOS_650D_HDR
Kotak merah menunjukkan area crop 100 persen. Mode HDR (kanan) mampu "mengangkat" area shadows pada gambar sekaligus mencegah highlights clipping, tapi sebaiknya menggunakan tripod dan menghindari subyek bergerak agar tak terjadi bayangan (bawah). Mode HDR ini juga memotong/ cropping sedikit pinggiran frame

Akan tetapi ada beberapa kekurangan yang agak mengganggu. Pertama, mode HDR pada EOS 650D berjalan secara otomatis. Artinya pengguna tak bisa mengatur Parameter exposure agar mendapat hasil sesuai keinginan. Ini juga berakibat pada hasil akhir yang sulit ditebak.

Pada suatu scene, EOS 650D bisa menghasilkan image HDR yang bagus. Begitu berpindah ke scene lain, bukan tidak mungkin hasilnya mengecewakan.

Kedua, EOS 650D hanya menyimpan hasil akhir dari foto HDR yang Anda buat. Tiga frame under, normal, dan over yang dipakai sebagai materi HDR akan dihilangkan secara otomatis begitu proses pengambilan gambar selesai sehingga tidak bisa dibuka setelahnya.

Lalu, mode HDR pada EOS 650D melakukan cropping gambar dengan cukup signifikan. Sudah cukup untuk membuat pemakainya tersadar begitu sekilas melihat hasil  yang agak berbeda dari tangkapan viewfinder/ LCD.

Beralih ke Multi-shot Noise Reduction (NR), ini adalah bagian dari pilihan tingkatan noise reduction yang disediakan oleh EOS 650D. Jadi secara keseluruhan ada lima tingkat noise reduction yang bisa dipilih, yaitu "disable", "low","standard", "strong", dan "Multi-shot NR". Multi-shot NR hanya bisa digunakan dengan file JPEG.

Untuk memperoleh hasil terbaik dari Multi-shot NR ini, sebaiknya gunakan tripod karena kamera akan mengambil 4 exposure untuk kemudian digabungkan, mirip HDR tetapi dengan tujuan mereduksi noise. Seperti HDR pula, sebaiknya tak ada obyek yang bergerak dalam gambar untuk menghindari motion blur.

Gambar yang dihasilkan oleh Multi-shot NR ternyata sedikit lebih baik dari tingkat noise reduction "strong" dalam hal intensitas noise yang berhasil ditekan dan detail gambar yang dipertahankan, terutama pada setting ekstrim ISO 6400 ke atas. Memang terdapat softening secara keseluruhan, tapi foto yang dihasilkan masih terlihat cukup bagus dalam ukuran tidak terlalu besar.  

EOS_650D_NR_big EOS_650D_NR_little
Contoh gambar yang diambil pada setting ISO 25600. Kotak merah menunjukkan area crop 100 persen. Multi-shot NR (kanan) mampu menghasilkan gambar yang lebih bersih dibanding setting "Strong" (tengah), terutama di area gelap. Hasil gambarnya terlihat lebih soft dibandingkan setting "Low" (kiri)

Akan halnya koreksi Chromatic aberration, fitur yang dibawa oleh prosesor Digic 5 ini tersedia di bawah menu "Lens Correction", bersama dengan peripheral illumination (vignetting) correction yang sudah tersedia lewat prosesor generasi sebelumnya.

Kini, EOS 650D bisa menghilangkan Color fringing berwarna merah-hijau-biru (di gambar JPEG) yang kerap muncul di sekeliling obyek yang memiliki kontras tinggi dengan sekelilingnya. Sama seperti Peripheral illumination correction, profil lensa yang bersangkutan harus sudah dimuat di kamera agar fitur ini bisa diaktifkan.

EOS_650D_CA_little
Fitur Auto-CA Correction pada EOS 650D (kanan) mampu menghilangkan warna merah-hijau (kiri) yang kerap muncul di sekeliling obyek berkontras tinggi

Sebagai informasi, software pengolah foto modern seperti Adobe Lightroom mulai versi 4.0 sudah bisa mengkoreksi color aberration seperti ini dengan sangat mudah melalui slider pada parameter "lens correction".

Video

Mode video kini lebih mudah diakses lewat Switch yang menyatu dengan Power on/ off. Parameter aperture, shutter speed, dan ISO bisa diatur secara manual sehingga memberikan keleluasaan dalam merekam footage sesuai keinginan.

Akan tetapi opsi pengaturan ini hanya tersedia jika mode dial berada di posisi manual exposure (M). Apabila berada dalam mode P, Av, atau Tv, maka parameter yang tersedia hanya Exposure compensation, bukan pengaturan aperture/shutter secara independen seperti halnya ketika mengambil gambar foto.

EOS650D_CAMERA_Dials_Modes
Perekaman video kini tak kagi diakses melalui mode dial, melainkan switch yang menyatu dengan power on/ off sehingga lebih mudah dan praktis

Seperti pendahulunya, EOS 650D menyediakan lima pilihan format resolusi dan frame rate, yaitu 1920x1080 @ 24 FPS, 1920x1080 @25 FPS, 1920x1080 @30 FPS, 1280x720 @60 FPS, dan 1280x720 @ 50 FPS. Dua mode terakhir biasa dimanfaatkan untuk adegan slow motion.

EOS 650D menjadi kamera DSLR pertama dari Canon yang dilengkapi mikrofon stereo. Grill mikrofon ini bisa ditemukan di bagian atas flash pop-up, persis di depan hotshoe.

EOS_650D_video_menu
Tampilan menu video pada EOS 650D, dengan opsi "Movie Servo" (kiri) dan kontrol volume audio manual

Kualitas rekaman video EOS 650D terlihat bagus. Gambar tampak indah dan kaya warna dengan kontras tinggi tergantung pengaturan oleh pengguna. Efek rolling shutter relatif tidak terlihat, kecuali dengan gerakan panning yang benar-benar cepat.

EOS_650D_video_view
Tampilan layar pengambilan gambar pada mode video. Frame putih melambangkan area cakupan autofokus. Informasi-informasi tambahan seperti historgram dan grid bisa turut ditampilkan (kanan)

Continuous AF dalam video bisa diaktifkan lewat parameter "movie servo" yang akan muncul dalam menu ketika kamera berada dalam mode video. Ada tiga pilihan metode AF yang bisa dipilih, yaitu "Face Detection", "Flexi Zone Auto", dan "Flexi Zone Single" yang memungkinkan pengguna memilih area fokus dengan touchscreen.

Kompas Tekno menjajal kemampuan Movie Servo EOS 650D dengan merekam pertandingan futsal malam hari. Lensa yang digunakan adalah EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM.

Kinerja continuous autofocus EOS 650D dalam mode video sangat bergantung pada lensa yang digunakan, begitupun dengan kualitas rekaman suaranya ketika menggunakan mic internal.

Lensa EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM, misalnya, terlihat mampu melakukan continuous AF dengan cepat dan tidak menimbulkan suara dalam rekaman video. Beda halnya dengan lensa pancake EF 40mm STM.

Berikut ini perbandingan kinerja movie servo kedua lensa tersebut dalam kondisi pencahayaan ideal. Mode AF yang digunakan adalah Flexizone-Single Point dengan titik fokus tepat di bagian tengah frame.

Kesimpulan

EOS 650D datang di tengah-tengah serbuan kamera mirrorless dari berbagai macam merk, termasuk Canon sendiri dengan EOS-M. Sebagai model entry level yang antara lain ditujukan bagi pengguna pemula, kamera ini pun membekali diri dengan layar sentuh dan kapabilitas touch-focus agar tetap menarik di depan calon konsumennya.

Layar sentuh ini pun terasa menyenangkan saat dipakai. Saat ingin memilik area fokus dalam mode flexi-zone, cukup sentuhkan jari pada layar pada titik yang dikehendaki.

Akan tetapi, bagi Kompas Tekno, peningkatan yang paling terasa manfaatnya justru kinerja AF EOS 650D dalam mode live-view yang jauh lebih kencang dibanding pendahulunya. Pada kamera-kamera seperti EOS 60D dan EOS 600D, fungsi live-view terbatasi oleh kinerja contrast detect AF yang sangat pelan.

Memang ada "quick mode" yang memanfaatkan sensor phase detect milik kamera yang bersangkutan, tapi metode ini kurang praktis karena menimbulkan blackout layar saat proses fokus dan terbatas hanya pada 9 titik saja, seperti pada viewfinder.

Pada EOS 650D, kinerja AF dalam mode live view jauh meningkat sehingga kamera ini boleh dibilang sudah bisa dipakai membidik gambar sepenuhnya lewat layar LCD. Ini tentu praktis untuk penggunaan sehari-hari, terutama untuk mengambil foto lewat angle yang sulit -merapat ke tanah ataupun tinggi di atas kepala. Terlebih lagi, layar pada EOS 650D juga dilengkapi engsel fleksibel (articulated) sehingga bisa diputar ke berbagai arah sesuai kebutuhan.

Memang, kinerja AF live view camera ini mash jauh di bawah model-model mirrorless teranyar yang mampu memfokuskan lensa secepat kilat. Tapi asalkan memakai lensa STM (18-135mm) dan menyetel lensa ke posisi wide di mana DOF tidak terlalu sempit, performa AF EOS 650D masih bisa diandalkan untuk situasi-situasi di mana kecepatan fokus tidak terlalu vital.

EOS650D_CAMERA_LCD2
Akan halnya autofokus dalam video, sepertinya DSLR masih sulit menandingi camcorder soal yang satu ini. Bahkan dengan lensa EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM yang sangat cepat sekalipun, EOS 650D masih sering "bingung" dan kehilangan fokus, lalu berputar-putar antar jarak fokus selama beberapa saat (hunting) sebelum berhasil mengunci fokus dengan tepat. Akibatnya, gambar dalam video seringkali memburam, lalu kembali tajam lagi.

Fitur-fitur baru lain yang juga berguna termasuk kemampuan mengoreksi vignetting dan chromatic aberration secara otomatis, ditambah mode multi-shot noise reduction dan HDR. Sayang, mode HDR berjalan otomatis sehingga hasil akhirnya sulit ditebak.

Terakhir, ada kecepatan burst yang meningkat menjadi 5 FPS sehingga praktis menyamai EOS 60D dan sangat membantu ketika kamera dipakai mengambil gambar action. Titik-titik AF yang berjumlah 9 buah pun kini seluruhnya terdiri dari jenis cross-type sehingga lebih sensitif.

Tentu, di balik semua kemampuan layar sentuhnya itu, EOS 650D pun bisa dioperasikan layaknya kamera DSLR konvensional, yaitu dengan memakai tombol-tombol fisik. Pengguna yang lebih berpengalaman mungkin akan lebih suka dengan cara ini, karena navigasi bisa dilakukan dengan lebih cepat.

Handling EOS 650D pun relatif tidak berbeda dari EOS 600D pendahulunya, dengan layout tombol dan fungsi-fungsi yang kebanyakan sama.

Saat ini versi body-only EOS 650D dijual dengan kisaran harga Rp 6,8 juta, berselisih sekitar Rp 1 juta dibandingkan model kamera yang diposisikan persis di atasnya, yaitu Canon EOS 60D. Pengguna yang membutuhkan ergonomi lebih baik (hand grip, viewfinder lebih besar, layar LCD dan command dial kedua) mungkin lebih cocok dengan EOS 60D.

Sebaliknya, mereka yang menginginkan fitur-fitur terbaru serta ukuran fisik yang lebih ringkas boleh jadi akan lebih menyukai EOS 650D. EOS 600D pun masih tersedia dengan harga yang lebih ekonomis. Apabila memilih EOS 650D, ada baiknya turut mempertimbangkan lensa kit EF-S 18-135mm F3.5-5.6 IS STM yang mampu memaksimalkan potensi kamera ini.

Akhir kata, EOS 650D mungkin bisa dilihat sebagai kombinasi kamera mirrorless (kecuali ukuran tubuhnya) dan DSLR. Pengguna pemula dapat memakai kamera ini dengan memanfaatkan layar LCD touchscreen yang menawarkan kemudahan pakai. Lalu, ketika diperlukan nanti, EOS 650D pun bisa berfungsi layaknya DSLR sejati dengan kemampuan menghasilkan gambar berkelas profesional.

Canon EOS 650D
Kelebihan:

+ Memiliki layar sentuh dengan engsel fleksibel
+ Kecepatan AF contrast detect (live view) jauh meningkat dibandingkan generasi terdahulu
+ Koreksi vignetting dan chromatic aberration otomatis
+ Burst rate 5 FPS
+ Mikrofon stereo built-in

Kekurangan:

- Mode HDR otomatis dan sulit ditebak hasilnya
- Baterai tidak tahan lama
- Autofokus di video masih belum sempurna
 
Spesifikasi
- Resolusi sensor: 18 megapixel
- Ukuran sensor: 22,3 x 14,9mm (APS-C, faktor pengali 1,6)
- Image processor: Digic 5
- Rentang ISO: 100, 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400, 12800, (25600 expanded mode)
- Flash terintegrasi: Ya, guide number 13m, mampu mengendalikan flash eksternal hingga 2 grip
- Titik focus: 9, cross-type
- Layar LCD: 3 inci, dengan engsel fleksibel dan touchscreen, 1.040.000 pixel
- Cakupan viewfinder: 95 persen
- Kecepatan rana: 30 detik-1/4000 detik
- Pilihan format video: 1920x1080 (30,25, dan 24 FPS), 1280x720 (60 dan 50 FPS), 640x480 (60 dan 50 FPS)
- Tipe media peyimpanan: SD/ SDHC/ SDXC
- Jenis konektor: USB 2.0, A/V output, HDMI output, remote, jack mikrofon 3,5 inci

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com