Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korut Akhiri Gencatan Senjata

Kompas.com - 14/03/2013, 02:47 WIB

SEOUL, RABU - Setelah sepekan terakhir terus melontarkan sejumlah ancaman, Korea Utara, Rabu (13/3), akhirnya resmi menyatakan diri keluar dari kesepakatan gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea tahun 1953. Tanpa kesepakatan tersebut, perang terbuka bisa kembali terjadi.

Penegasan soal keluarnya Korea Utara (Korut) dari perjanjian gencatan senjata itu dilontarkan seorang pejabat kementerian angkatan bersenjata.

Dalam pernyataan resmi, yang dimuat media resmi pemerintah Korut (KCNA), sang pejabat Korut juga menuduh Amerika Serikat (AS) dan negeri bonekanya, Korea Selatan (Korsel), menjadi penghasut peperangan sebenarnya selama ini.

”Sekarang mereka harus ingat bahwa Korut sudah tidak lagi terikat pada deklarasi non-agresi utara-selatan, yang sekarang sudah tak lagi valid itu,” ujar si pejabat Korut.

Selain menyatakan diri keluar, Korut juga mengancam akan langsung melancarkan serangan tak berbelas kasih, baik terhadap Korsel maupun AS.

Pejabat Korut secara mengejutkan juga melontarkan kecaman dan pernyataan, yang dinilai menyerang Presiden Korsel Park Geun-hye secara pribadi dan bernuansa seksis.

Walau tak spesifik menyebut nama, lontaran hinaan seksis tersebut disampaikan dengan menyebut ”kegilaan” yang terjadi disebabkan para penyulut perang (warmonger) Korsel, diramaikan pula oleh ”kibasan beracun rok” (swish of the skirt) pemilik kantor kepresidenan (Chongwadae atau Blue House).

Istilah swish of the skirt dalam bahasa Korea identik dengan cemoohan untuk sosok perempuan, yang dianggap terlalu arogan, agresif, dan ingin selalu dominan.

Pihak Korut diketahui memang kerap melontarkan pernyataan seksis dan nyinyir dalam mengomentari sejumlah tokoh perempuan asal negara lain.

Sebelum terpilih dan menjabat, Park juga dihina lewat sebuah puisi yang dimuat dalam situs resmi Pemerintah Korut, Uriminzokkiri. Park disebut seperti ”pelacur kotor” yang menyingkapkan roknya di depan Pemerintah AS.

Selain Park, pada tahun 2009 Korut juga menjuluki Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Hillary Clinton dengan sebutan ”perempuan lucu”. Hillary diejek kadang mirip seperti seorang ”anak sekolahan” atau malah seorang ”pensiunan yang sedang sibuk berbelanja”.

Tahun 2005, menlu AS ketika itu, Condoleezza Rice, juga dihina dan disebut seperti ”seekor anjing betina yang berlarian di pantai dengan suara berisik”. Hinaan itu disuarakan sebuah program radio Korut, yang lalu diwartakan kantor berita Korsel, Yonhap.

Tak mungkin sepihak

Lebih lanjut menanggapi pengunduran diri sepihak Korut, pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang dahulu menyetujui kesepakatan gencatan senjata, menilai hal itu tak bisa dilakukan.

”Istilah gencatan senjata sendiri tak memungkinkan salah satu pihak melepas diri begitu saja dengan kemauan sendiri,” ujar juru bicara PBB, Martin Nesirky.

Namun dicemaskan pula, secara teori pernyataan mundur Korut bisa diartikan kemungkinan terbukanya kembali permusuhan atau peperangan di antara kedua Korea.

Apalagi, mengutip pernyataan seorang pejabat militer senior Korsel yang dilansir Yonhap, jumlah penerbangan bolak-balik pesawat tempur Korut melonjak tinggi sepekan terakhir. Angkanya bisa mencapai 700 penerbangan untuk satu hari, Senin (11/3) saja. (AFP/AP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com