Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andy Rubin, "Si Gila" di Balik Android

Kompas.com - 14/03/2013, 19:23 WIB

Di tempat yang penuh dengan berbagai mainan robot koleksi Rubin, lahirlah sebuah ide untuk produk baru. Bersama beberapa rekannya, Rubin kemudian mendirikan Danger Inc.

Sukses awal dengan Sidekick

Sukses diraih Danger melalui sebuah perangkat bernama Sidekick. Aslinya, perangkat ini dinamai Danger Hiptop. Namun, di pasaran ia dikenal sebagai T-Mobile Sidekick.

"Kami ingin membuat sebuah perangkat, kira-kira seukuran batang cokelat, dengan harga di bawah 10 dollar AS, dan bisa digunakan untuk men-scan sebuah benda dan mendapatkan informasi soal benda itu dari internet. Lalu, tambahkan perangkat radio dan transmiter, jadilah Sidekick," tutur Rubin soal Sidekick.

Saat ini, Sidekick memang sudah terlihat usang. Namun pada masanya, Sidekick adalah sebuah benda yang ganjil dengan konsep teknologi yang melampaui zaman.

Perangkat itu, menurut Rubin, merupakan pengakses data dengan kemampuan telepon. Ketika muncul di pasaran, Sidekick harus menghadapi kenyataan bahwa PDA sedang kehilangan pasar. Namun, Rubin menegaskan bahwa Sidekick bukanlah PDA.

"Seharusnya, orang-orang bukan bertanya apakah ini PDA atau ponsel. Mereka harusnya bertanya, apakah ini platform untuk pengembang pihak ketiga? Ini adalah hal yang baru. Ini adalah untuk kali pertama sebuah ponsel dijadikan platform untuk pengembang pihak ketiga," kata Rubin.

Sekarang, apa yang dikatakan Rubin bukan hal aneh lagi. Lihat saja Apple dengan jutaan aplikasi pihak ketiga yang hadir di iPhone.

Hal lain yang dilakukan Danger, yang pada masa itu belum terpikirkan, adalah menjembatani antara pembuat handset dan penyedia jaringan. Danger memutuskan untuk berbagi keuntungan dengan T-Mobile dalam layanan Sidekick.

Dengan demikian, Danger tak mengandalkan penjualan handset sebagai sumber penghasilan satu-satunya, tetapi juga dari layanannya. Ini membuat perusahaan pembuat perangkat (Danger) memiliki tujuan yang sama dengan penjual perangkat (operator telekomunikasi T-Mobile).

Dicaplok Microsoft

Rubin meninggalkan Danger pada 2004. Pada 2008, perusahaannya itu dibeli oleh Microsoft.

Sang Raksasa rupanya tertarik untuk memasuki bisnis ponsel dengan lebih agresif lagi. Nilai yang ditawarkan pun tidak tanggung-tanggung. Menurut kabar yang beredar, Microsoft membeli Danger dengan harga 500 juta dollar AS.

Namun, pembelian Danger oleh Microsoft ternyata tidak membawa hasil yang berbunga-bunga. Para eksekutif yang tersisa dari Danger digabungkan oleh Microsoft ke dalam Mobile Communication Business, dari divisi Entertainment dan Devices.

Kemudian, mereka diminta mengembangkan sebuah ponsel yang dikenal dengan sebutan Project Pink. Targetnya, ponsel ini harusnya bisa menjadi pesaing iPhone, BlackBerry, dan Android.

Gagalnya Project Pink

Menurut ComputerWorld, Project Pink menderita penyakit klasik di sebuah perusahaan besar. Karena proyeknya cukup bergengsi, ia diperebutkan oleh beberapa pihak. Lebih parahnya lagi, perkembangannya makin melenceng dari yang diinginkan.

Contohnya, awalnya ponsel itu akan dikembangkan dengan basis Java, tetapi kemudian diminta untuk menggunakan sistem operasi Microsoft. Sayangnya, Windows Phone 7, yang seharusnya bisa digunakan untuk Project Pink, belum siap.

Walhasil, saat diluncurkan, ponsel yang akhirnya bernama Microsoft Kin ini menggunakan sistem operasi Windows untuk ponsel yang "lawas". Sambutan pasar yang dingin pun membuat Kin akhirnya harus ditutup, hanya beberapa bulan sejak diluncurkan.

Nasib layanan Sidekick, yang diwarisi Microsoft dari Danger, juga tak terlalu baik. Dalam satu insiden, yang masih belum diketahui pasti apa penyebabnya, pelanggan Sidekick tiba-tiba kehilangan semua data mereka.

Satu yang perlu diketahui, semua data pada Sidekick memang disimpan "di awan" (dalam hal ini pada server yang dikelola Microsoft dan bisa diakses melalui internet). Nah, ketika server itu mengalami gangguan, semua data pengguna Sidekick pun lenyap.

Memikat pendiri Google

Pada awal 2002, Rubin sempat memberikan sebuah kuliah di Stanford mengenai pengembangan Sidekick. Pasalnya, meski penjualan Sidekick di pasaran tak meledak, perangkat itu dinilai cukup baik dari sisi engineering.

Sebuah kebetulan bahwa Larry Page dan Sergei Brin, pendiri Google, ikut hadir dalam kuliah tersebut. Selepas kuliah, Page menemui Rubin untuk melihat Sidekick dari dekat.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com