Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Situs Diretas, Israel Tetap Kalem

Kompas.com - 08/04/2013, 11:19 WIB

Gambar yang digunakan kelompok hacker Anonymous untuk memberi peringatan kepada Pemerintah Indonesia.

KOMPAS.com - Kelompok aktivis peretas Anonymous telah meluncurkan serangan siber kedua terbesar ke Israel, yang dijuluki #OpIsrael. Mereka mengklaim telah meretas sejumlah situs web penting. Namun, pemerintah Israel menyatakan belum ada gangguan berarti dan masih belum panik.

Serangan tersebut masih termasuk dalam aksi global Anonymous, yang mengajak seluruh peretas untuk menjalankan misi "menghapus Israel dari internet" di bulan April 2013. Ajakan ini disampaikan melalui jejaring sosial Twitter.

Beberapa situs web pemerintahan nampaknya jadi target serangan. Situs milik Perdana Menteri, Kepolisian, Kementerian Pertahanan, Kementerian Imigrasi dan Statistik, selama beberapa saat tak bisa diakses. Tetapi beberapa jam kemudian, situs tersebut sudah kembali normal.

Anonymous, melalui pengumuman di Twitter, mengklaim telah melumpuhkan 100.000 situs sejak #OpIsrael dilancarkan pada awal April. Selain itu, sekitar 30.000 rekening bank di Israel juga turut dibobol hingga menyebabkan kerugian mencapai 3 miliar dollar AS.

Media massa Haaretz melaporkan, para peretas juga merilis daftar alamat email dan nomor kartu kredit, yang diklaim berasal dari katalog online pihak militer Israel, sampai katalog bisnis milik swasta.

Pemerintah Israel membantah kabar itu. Juru bicara mengatakan, data kartu kredit itu bukan berasal dari situs web militer.

Yitzhak Ben Yisrael dari Biro Keamanan Siber Israel, mengatakan kepada AP, Sabtu (6/4/2013), bahwa sebagian besar peretas gagal melumpuhkan situs web penting. "Seperti yang kita harapkan, hampir tidak ada kerusakan. Anonymous tidak memiliki kemampuan untuk merusak infrastruktur vital negara," ujarnya.

Dalam sebuah pesan video yang dipublikasi ke YouTube, kelompok Anonymous menyatakan, "Elit siber dari seluruh dunia memutuskan untuk bersatu dalam solidaritas rakyat Palestina untuk melawan Israel, sebagai upaya untuk mengganggu dan menghapus Israel dari dunia maya."

"Anda tidak berhenti melanggar hak asasi manusia. Anda tidak berhenti menduduki pemukiman ilegal. Anda tidak menghormati gencatan senjata. Anda telah menunjukan bahwa Anda tidak menghormati hukum internasional," demikian sebagian pesan video tersebut.

Ancaman itu tidak dianggap sebagai isapan jempol semata. Radio Israel melaporkan, sejumlah organisasi memilih untuk menutup sementara situs mereka untuk melindungi data dari serangan siber.

Menurut Annie Machon, mantan agen lembaga keamanan Military Intelegence, Section 5 (MI5) dari Inggris, serangan yang dilancarkan Anonymous tidaklah berusaha untuk mencuri informasi apapun. Ia berpendapat, ini hanyalah aksi protes terorganisir terhadap negara tertentu.

"Apa yang mereka lakukan hanyalah melumpuhkan dan membuat celaka situs organisasi besar, sehingga masyarakat dapat menyadari bahwa di sini adalah masalah yang harus ditangani," ucap Machon.

Hal senada diungkapkan pendiri sekaligus CEO MiddleEasterNet, Dr Tal Pavel. "Meskipun beberapa situs telah dibajak dan rusak, tapi tidak ada informasi yang bocor. Tidak ada kerusakan yang telah dilakukan untuk sistem inti atau infrastruktur situs utama Israel," jelas Pavel.

Ia juga berpendapat, serangan terorganisir Anonymous kali ini tidak mendapat perhatian media massa.

Pada November 2012, Anonymous pernah melakukan serangan siber pertamanya ke Israel selama delapan hari. Sekitar 700 situs web Israel lumpuh karena DDoS, seperti Kementerian Luar Negeri, Bank of Jerusalem, Kemeterian Pertahanan, sampai situs resmi Presiden Israel.

Kala itu, Kementerian Keuangan Israel mengakui ada sekitar 44 juta serangan ke situs webnya selama empat hari. Anonymous juga mempublikasi data pribadi 5.000 pejabat Israel, termasuk nomor identitas dan email pribadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com