Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: Beri Ponsel, Perusahaan di Indonesia Untung

Kompas.com - 11/04/2013, 13:32 WIB

oik yusuf/ kompas.com Mobile and Security Senior Product Marketing Symantec Asia Pacific and Japan Marie Pettersson (kiri) dan System Engineer Symantec Indonesia Fransiskus Andi Indromojo

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren mobility alias mengadopsi perangkat mobile, seperti smartphone dan tablet dalam menjalankan perusahaan makin menggejala di kalangan enterprise dunia teknologi informasi.

Di Indonesia sendiri, menurut hasil survei dari Symantec, sebagian besar atau 55 persen perusahaan merasa bahwa manfaat yang bisa diperoleh dari mobility lebih besar dari potensi resikonya.

Survei Symantec ini dilakukan antara bulan September-Oktober 2012 dengan jumlah responden sebanyak 100 perusahaan dengan jumlah karyawan antara 5 orang hingga lebih dari 5.000 orang.

Dalam survei ditemukan bahwa, di lingkungan korporasi Indonesia yang menjadi responden, sebanyak 45 persen smartphone yang digunakan oleh pegawai ternyata disediakan oleh pihak perusahaan.

Keuntungan-keuntungan pun yang diperoleh dari mengadopsi perangkat mobile ini. Tak hanya membuat pegawai dan pelanggan lebih bahagia, sebanyak 42 persen perusahaan Indonesia dalam survei mengaku mengalami pertumbuhan pendapatan sementara 32 persen melihat peningkatan profit.

Di samping itu, adopsi perangkat mobile juga memberi efek-efek lain seperti meningkatkan mobilitas pegawai, efisiensi kerja, dan membuat perusahaan lebih kompetitif secara keseluruhan.

Bagaimana dengan jenis perangkat mobile yang diberikan oleh perusahaan ke pegawainya?

Menurut hasil survei Symantec, sebagian besar atau 32 persen perusahaan memberikan perangkat BlackBerry, 26 persen memberikan perangkat Android, 19 persen memberikan perangkat iPhone, sementara perangkat Windows Phone hanya diberikan oleh 17 persen perusahaan.

Perangkat BlackBerry dan iPhone dinilai senior product marketing Symantec APAC Marie Pettersson sebagai dua platform yang paling aman. "BlackBerry, misalnya, adalah sistem yang sangat tertutup. Anda hanya bisa melakukan hal-hal tertentu dengan BlackBerry," ujarnya dalam acara briefing media di Jakarta, Rabu (10/3/2013).

Ada harganya

Meski menguntungkan, ada pula risiko yang datang bersama adopsi trend mobility, terutama bila perusahaan yang bersangkutan menerapkan kebijakan Bring Your Own Device (BYOD).

Sebanyak 37 persen perusahaan Indonesia dalam survei  Symantec, misalnya, mengaku mengalami kehilangan keuntungan finansial secara langsung sementara 35 persen lainnya mengaku kehilangan produktivitas.

Untuk mengakali ini, menurut System Engineer Symantec Indonesia Fransiskus Andi Indromojo, sebaiknya perusahaan yang menerapkan BYOD memberi batasan-batasan tertentu untuk karyawan yang membawa sendiri perangkatnya.

"Bisa diberi akses ke informasi korporat, tapi datanya sendiri harus bisa diamankan oleh perusahaan," ujar Frans.

Dia menjelaskan, salah satu cara melakukan ini adalah dengan mengunci perangkat yang bersangkutan dengan password. Bisa pula perusahaan membuat aplikasi khusus untuk mengakses hal-hal sensitif seperti data korporat atau e-mail kantor. "Jadi, datanya bisa diamankan kalau perangkatnya hilang," imbuh Frans.

Perkara kehilangan perangkat ini, tambah Frans, memang masih menjadi momok yang menghantui trend mobility karena perangkat mobile yang mudah dibawa kemana-mana memang berpotensi terpisah dari tangan penggunanya.

Toh, kendati demikian, seperti telah disebut sebelumnya, sebagia besar perusahaan di Indonesia masih merasa potensi keuntungan dari trend mobility ini masih lebih besar dibandingkan risikonya.

Symantec sendiri menyarankan agar perusahaan mengikuti tren adopsi perangkat mobile tetapi
sambil berhati-hati menerapkannya.

Symantec mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dan menerapkan risiko mobility, yaitu mengamankan akses ke aplikasi, melindungi aplikasi dan data, mengimplementasikan pengelolaan perangkat dan keamanan yang efektif, dan mengamankan proses file sharing dalam lingkungan perusahaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com