Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
TIPS & CATATAN

Kamera "Mirrorless" Vs DSLR

Kompas.com - 16/04/2013, 02:34 WIB

ARBAIN RAMBEY

Pertanyaan yang sangat sering saya dapat di akun Twitter saya adalah bagus mana kamera mirrorless (MLC) dan digital single-lens reflex (DSLR). Itu adalah pertanyaan yang wajar dilontarkan karena memang MLC adalah barang yang relatif baru di dunia fotografi.

Jawaban untuk pertanyaan tadi jelas tidak ada karena itu pertanyaan yang tidak berdasar. Mirip pertanyaan ini, kuat mana antara orang Sumatera dan orang Bali? Artinya, orang Sumatera yang mana dan orang Bali yang mana dulu?

MLC seharga Rp 15 juta jelas jauh lebih baik dalam segalanya dibandingkan dengan DSLR seharga Rp 5 juta. Dengan kata lain, sesungguhnya MLC bukanlah kamera aneh atau kamera setara DSLR yang menganut paham ada harga ada mutu. MLC semata DSLR yang dibuang cermin (mirror)-nya sehingga disebut ”tanpa cermin” alias mirrorless.

Cobalah melepas lensa yang ada pada sebuah DSLR. Di lubang lensa itu, Anda pasti akan melihat sebuah cermin yang dipasang miring. Nah, cermin itulah yang merupakan ciri khas DSLR. Cermin itu memantulkan imaji dari lensa ke viewfinder bagi sang fotografer.

Di era fotografi film, cermin itu wajib hadir sebab hanya itulah ”komunikasi” antara dunia nyata dan mata fotografer. Di dunia fotografi digital, cermin itu tidak diperlukan lagi karena sensor kamera (pengganti film) bisa langsung mengirimkan imaji kepada fotografer baik ke layar LCD maupun ke viewfinder elektronik.

Cermin di DSLR membutuhkan sistem yang rumit dan harus sangat akurat. Akibatnya, ada harga tambahan yang harus dibayar pembeli kamera. Maka, MLC sesungguhnya sudah melakukan penghematan dengan pembuangan sistem reflex pada cermin itu.

Faktanya, MLC memang kecenderungan kamera digital di masa depan. Kini, semua merek kamera besar sudah memiliki MLC setelah Canon akhirnya melepas EOS-M akhir tahun lalu.

Sistem MLC akhirnya meleburkan dua sistem sekaligus, yaitu DSLR dan range finder camera (RFC). Leica seri M, yang termasuk RFC, setelah memasuki sistem digital, akhirnya menjadi sama dengan MLC yang lain.

MLC kelas premium

Bahwa MLC akan menjadi kecenderungan masa depan terlihat dari beberapa kenyataan. Yang paling menonjol adalah kembalinya Fuji Film ke kancah perkameraan, bahkan langsung mengusung MLC kelas premium, Fuji X-1Pro. Kamera yang harganya di atas Rp 20 juta ini jelas menunjukkan keoptimisan Fuji bahwa MLC memang sasaran ke depan mereka. Di beberapa kalangan, seri Fuji XF ini disebut-sebut sebagai Leica Jepang.

Sekadar informasi, kamera Leica M-9, yang kategori MLC, adalah kamera yang harga kameranya saja tanpa lensa sekitar Rp 80 juta.

Olympus pun demikian. Setelah menjadi pelopor MLC dengan seri PEN-nya, merek yang berbau Eropa padahal Jepang ini kini menjagokan seri premium mereka, yaitu seri OMD, yang harganya belasan juta rupiah. Demikian pula Sony yang memiliki MLC kelas belasan juta rupiah, NEX-7.

Pentax yang sempat terseok saat memasuki era digital juga terjun di MLC bahkan dengan dua sistem sekaligus, yaitu sistem K yang memakai sensor APSC dan mounting lensa K, serta sistem Q yang mungil.

Jangan dilupakan pula pemain baru Panasonic yang kini berkonsentrasi di MLC dengan seri G-nya yang memakai sistem kembar dengan Olympus, yaitu sistem Fourthirds. Demikian pula pemain ”sangat baru” Samsung yang sudah menggebrak dengan kamera MLC-nya yang berseri NX.

Yang agak mengundang pertanyaan adalah Nikon yang bertahan pada MLC dengan sensor sangat kecil. Sebagai informasi, Leica M-p memakai sensor berukuran 36 mm x 24 mm (disebut fullframe), sedangkan Fuji X, EOS-M, Pentax K, Samsung NX, dan Sony NEX memakai sensor APSC yang sedikit lebih kecil daripada fullframe, yaitu 23,4 mm x 15,6 mm (ukuran APSC berbeda-beda sedikit antarmerek). Olympus dan Panasonic memakai sensor Fourthirds yang berukuran 17,3 mm x 12,98 mm.

Ukuran sensor Nikon seri J dan V adalah 13,2 mm x 8,8 mm, sangat kecil dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Yang bisa dibayangkan pada MLC Nikon adalah mungkin perusahaan ini memikirkan masa depan di mana sensor kecil pun menghasilkan gambar bagus. Maka, di masa depan, sensor kecil, seperti seri V dan J dari Nikon, mungkin makin menjadi pilihan karena kemungilannya.

Pertanyaan penting lain, kalau beli kamera sekarang, lebih baik MLC atau DSLR?

Jawabannya tentu tidak semudah itu. Kalau Anda fotografer olahraga, MLC belum bisa dijadikan pilihan karena secara umum MLC belum ada yang bisa memotret belasan bingkai per detik selayaknya DSLR, seperti EOS- 1DX atau Nikon D4. Namun, kalau Anda butuh kamera untuk menemani perjalanan, MLC adalah pilihan lebih bijaksana karena lebih ringan dan mungil.

Berikut ini adalah sebuah kenyataan yang mungkin membantu Anda memutuskan saat akan membeli kamera digital.

Kamera telepon genggam 8 megapiksel ke atas, kamera saku 8 megapiksel ke atas, dan DSLR hasilnya tak bisa dibedakan dengan mata telanjang bila:

1. Cahaya saat pemotretan melimpah, misalnya siang hari cerah.

2. Fotonya hanya dicetak sampai 30 cm x 20 cm saja.

3. Adegan yang dipotret tidak bergerak atau kalaupun bergerak tidak terlalu cepat.

Silakan memutuskan!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com