Jakarta, KOMPAS - Anak pendek umumnya kecerdasannya rendah dan rentan terkena penyakit degeneratif, seperti diabetes, hipertensi, stroke, gangguan jantung, dan kanker.
”Anak pendek (stunting) mengalami hambatan pertumbuhan organ, termasuk otak. Semakin banyak anak pendek, semakin banyak penerus bangsa yang potensial mengidap penyakit dan berinteligensia rendah. Tantangan kita adalah menekan jumlah anak pendek,” kata Soekirman dari Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia pada peluncuran program Gerakan Peningkatan Nutrisi (SUN Movement), Rabu (17/4), di Jakarta.
Jumlah anak pendek di Indonesia sekitar 7 juta orang (36 persen dari jumlah anak). Indonesia merupakan negara dengan anak pendek terbanyak kelima setelah India, China, Nigeria, dan Pakistan.
Menurut ahli gizi dari Universitas Indonesia, Endang L Achadi, anggapan bahwa anak pendek akibat faktor genetik tidak tepat. Faktor penentunya adalah kecukupan gizi. Hal itu harus terpenuhi sejak ibu hamil.
”Delapan minggu pertama kehamilan merupakan fase pembentukan organ tubuh, termasuk otak. Dilanjutkan fase pembelahan sel yang menentukan jumlah sel otak. Dua fase ini masuk dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Jika gizi tidak cukup, pembelahan sel dan pembentukan organ terganggu,” katanya.
Endang menyarankan agar remaja perempuan mempersiapkan fisik menjelang menikah. Sebab, kecukupan gizi janin di kandungan ditentukan dari kecukupan gizi calon ibu. ”Perempuan kurus berisiko mengandung janin dengan gizi kurang. Setelah melahirkan, kecukupan gizi ibu memengaruhi ketersediaan air susu. Jadi, persiapkan dengan benar jika hendak menikah,” ujarnya.
Permasalahan gizi khususnya anak pendek paling banyak terdapat di Indonesia bagian timur, seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat. Untuk mengatasinya, Kepala Subdirektorat Bina Konsumsi Makanan Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan Iip Syaiful mengatakan, mulai tahun 2014, pemerintah daerah akan menganggarkan dana untuk kegiatan gerakan nasional percepatan gizi. (K03)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.