Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Potong Tangan dan Kaki Dua Pemuda Afganistan

Kompas.com - 22/04/2013, 11:27 WIB

KABUL, KOMPAS.com  Pemberontak Taliban Afganistan memotong tangan dan kaki dua pria yang bekerja untuk perusahaan yang menyediakan logistik bagi konvoi NATO di Provinsi Herat, Afganistan barat. Demikian kata polisi dan salah seorang korban, Sabtu (20/4/2013). Menurut Taliban, mereka memotong masing-masing tangan kanan dan kaki kiri kedua orang itu sebagai hukuman karena keduanya merupakan perampok di jalan raya.

Salah seorang korban, yang lengan kanan dan kaki kirinya terbalut perban berlumuran darah, diwawancarai Tolo TV di ranjang rumah sakit di kota Herat. Pria 25 tahun itu, yang namanya tidak disebutkan, mengatakan, dia dan rekannya diculik beberapa hari sebelumnya oleh militan Taliban. "Mereka meminta kami untuk menanam bahan peledak di perusahaan (tempat kami bekerja) dan mengatakan mereka akan membayar kami untuk itu. Namun, kami mengatakan tidak (mau)," kata pria itu kepada si pewawancara dengan suara gemetar, seperti dikutip media online Pakistan, paktribune.com, Minggu.

"Mereka kemudian membawa kami ke pengadilan mereka dan hakim mereka memutuskan bahwa tangan dan kaki (kami) harus dipotong. Kami protes dan mengatakan bahwa kami hanya bekerja untuk cari uang."

Seorang juru bicara polisi Herat mengatakan, anggota keluarga dan warga melaporkan bahwa kedua orang itu menjadi target karena mereka bekerja untuk sebuah perusahaan keamanan swasta yang menjaga konvoi pasokan buat pasukan asing. "Kedua orang itu berasal dari distrik Sangi Robat Koshk. Mereka tertangkap Taliban. Masing-masing telah kehilangan satu tangan dan satu kaki," kata Noor Khan Nekzad, juru bicara polisi Herat, kepada AFP.

Taliban, dalam sebuah pernyataannya di situs webnya, menyatakan bahwa kedua pria itu mengaku kepada "pengadilan Distrik Imarah Islam" bahwa mereka telah merampok wisatawan di jalan-jalan di daerah itu.

Taliban sempat memerintah Afganistan pada tahun 1996 sampai 2001. Kelompok itu menerapkan hukum cambuk, amputasi, dan eksekusi. Mereka digulingkan oleh invasi pimpinan AS tahun 2001 dan sejak itu melancarkan pemberontakan terhadap pasukan Pemerintah Afganistan dan pasukan asing. Warga sipil yang bekerja untuk militer sering menjadi sasaran.

Serangan terhadap dua pria itu kemudian disusul dua serangan lainnya. Rangkaian serangan itu menjadikan April sebagai bulan paling mematikan di Afganistan tahun ini. Sejauh ini, tercatat 222 orang tewas dalam aksi kekerasan.

Sebelumnya, kaum militan menembak mati enam polisi di sebuah pos pemeriksaan di distrik Dayak di Provinsi Ghazni, yang melukai satu orang dan menyebabkan satu lagi hilang. Demikian kata wakil kepala polisi Kolonel Mohammad Hussain. Serangan kedua menghantam Provinsi Paktika, di mana seorang pengebom bunuh diri menewaskan tiga orang dan melukai tujuh lainnya, termasuk dua petugas polisi, di pusat perbelanjaan.  Zabiullah Mujahid, juru bicara Taliban, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

LSM Afghanistan Safety Office melaporkan, hari Minggu, sebagaimana dikutip MailOnline, serangan yang diprakarsai militan meningkat sebesar 47 persen selama kuartal pertama 2013 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Departemen Pertahanan Afganistan mengatakan, tentara Afganistan telah melakukan 2.209 operasi militer selama sebulan terakhir yang berakhir hari Minggu. Selama waktu itu, 467 pemberontak dan 107 tentara tewas dan 362 militan ditangkap.

Taliban menghentikan pembicaraan formal dengan NATO tahun lalu dan tetap menolak perundingan dengan Pemerintah Afganistan, yang mereka pandang bertindak di bawah instruksi negara-negara sekutu. Di Afganistan, terdapat sekitar 100.000 tentara internasional, termasuk 66.000 dari AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com