Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GPS Membantu Peringatan Dini Tsunami

Kompas.com - 19/05/2013, 11:54 WIB

GPS dapat memperbaiki persoalan sinyal ketika bencana tsunami Jepang pada 2011.

Para ilmuwan mengatakan mereka telah menemukan cara lebih cepat dan akurat dalam sistem peringatan dini tsunami.

Tim peneliti Jerman mengatakan, posisi GPS berbasis satelit bisa menawarkan informasi rinci tentang peristiwa tsunami dalam beberapa menit setelah gempa terjadi.

Mereka meyakini bahwa teknologi dapat memperbaiki persoalan sinyal ketika bencana tsunami melanda Jepang pada 2011 lalu.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di Natural Hazards and Earth Systems Sciences.

Ketika gempa bawah laut terjadi, dengan kekuatan yang dapat melahirkan tsunami, setiap hitungan detik.

Pergeseran lempeng tektonik dapat menghasilkan dinding raksasa air yang dapat melaju ke daratan dalam satu menit, sehingga memberikan sedikit waktu untuk melakukan tindakan evakuasi.

Pengukuran yang akurat

Sistem peringatan dini yang berlaku saat ini menggunakan data seismologi, yaitu mengukur gelombang energi yang diakibatkan gerakan dan getaran bumi.

Namun di masa-masa awal ketika gempa terjadi, sistem ini tidak selalu dapat diandalkan.

Saat ini, sebuah tim dari pusat penelitian GFZ, German Research Centre for Geosciences mengatakan, teknologi navigasi satelit dapat menutupi kelemahan itu.

Sensor GPS, yang ditempatkan di sekitar garis pantai di negara-negara yang rentan tsunami, dapat melakukan pengukuran yang sangat tepat ketika getaran air menggeser dasar lautan.

Peneliti utama Dr Andreas Hoechner menjelaskan: "Dalam kasus gempa subduksi, satu lempeng di bawah lempeng lainnya".

"Hal ini diukur berdasarkan pergeseran lempeng itu. Perubahan formasi ini sebagian besar terjadi pada sumbernya, tapi wilayah pesisir pantai juga bakal terkena dampaknya. Di sinilah GPS menjadi berguna."

Dia mengatakan, informasi GPS dapat digunakan untuk melacak sumber gempa dan menghitung skala besarnya.

"Lalu Anda kemudian dapat memprediksi tsunami dan melihat seberapa tinggi gelombang yang diakibatkannya, dengan lebih akurat."

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com