Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/08/2013, 10:04 WIB
Aditya Panji

Penulis

Sumber Reuters
KOMPAS.com — BlackBerry mempertimbangkan beberapa langkah untuk meningkatkan nilai perusahaan, termasuk membentuk perusahaan patungan, kembali menjadi perusahaan privat, sampai menjual perusahaan. Apa pun keputusannya nanti, ada tokoh sentral bernama Prem Watsa yang punya pengaruh besar dalam menentukan nasib BlackBerry.

Watsa lahir pada 1950 di Hyderabad, India. Ia pendiri sekaligus CEO perusahaan Fairfax Financial Holdings yang berbasis di Toronto, Kanada, yang kini jadi pemegang saham terbesar di BlackBerry.

Watsa sering disebut sebagai Warren Buffet versi Kanada karena kesuksesannya dalam berinvestasi.

Ketika dewan direksi BlackBerry membentuk komite khusus untuk menentukan nasib BlackBerry, Watsa undur diri dari dewan direksi, Senin (12/8/2013). Namun, ia masih memiliki saham terbesar dan tak mau melepas sahamnya di BlackBerry.

Watsa menghindari konflik kepentingan dalam diskusi komite khusus yang diketuai Timothy Dattels, dan di dalamnya terdapat beberapa orang penting seperti Barbara Stymiest, Richard Lynch, Bert Nordberg, serta CEO BlackBerry Thorsten Heins.

Fairfax menjadi pemegang saham terbesar di BlackBerry pada tahun 2012 setelah membeli 5,7 persen saham yang dimiliki pendiri dan mantan co-CEO BlackBerry, Mike Lazaridis. Reuters mencatat, Fairfax adalah pemegang saham terbesar BlackBerry, pemilik dua pertiga suara untuk menentukan keputusan apa pun.

"Saya membayangkan jika Fairfax menentang kesepakatan tertentu, mereka akan membawa banyak pengaruh," kata Richard Steinberg, yang mengepalai sekuritas, merger, dan akuisisi di Toronto Fasken Martineau.

Mengutip dari Reuters, beberapa perusahaan ekuitas swasta besar di dunia diprediksi tertarik membeli saham BlackBerry.

Perusahaan teknologi besar juga berniat meminang BlackBerry, seperti Lenovo, Cisco, Microsoft, Hewlett-Packard, sampai IBM, karena mungkin tertarik dengan aset perusahaan BlackBerry termasuk hak paten dan pesan instan BlackBerry Messenger (BBM).

"Saya tidak berpikir Watsa akan melihat berbagai penawaran dan mengambil keputusan kualitatif. Dia akan membuat keputusan kuantitatif (berdasarkan siapa yang membayar paling tinggi)," kata Ross Healy, seorang manajer portofolio di MacNicol Associates, yang kliennya memiliki saham BlackBerry.

Perusahaan apa pun nanti yang ingin meminang atau bermitra dengan BlackBerry harus meminta persetujuan dari pihak berwenang Kanada, dan tentu saja mendapat restu dari Watsa.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
Gonjang-Ganjing BlackBerry

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com