Aplikasi terkenal semacam Twitter dan Google Maps bisa beradaptasi dengan baik, namun tampilan beberapa judul lainnya, seperti benchmark dalam screenshot di bagian "Performa" dari artikel ini, menampilkan font dalam ukuran yang relatif kecil dibanding ukuran layar sehingga agak sulit dibaca. Situ web versi mobile dari sejumlah situs -termasuk Kompas Tekno- pun bisa terlhat seperti "melar" karena efek scaling tadi.
Ketika dipakai bermain game atau menonton video, Layar Xperia Z Ultra mampu memukau penggunanya. Selain karena ukurannya, teknologi Triluminos yang diterapkan Sony pada ponsel ini benar-benar mampu menghasilkan tampilan berkualitas tinggi, dipandang dari sudut manapun.
Software
Xperia Z Ultra datang dengan sistem operasi Android 4.2.2 dalam balutan user interface khas Sony. Secara default terdapat lima buah homescreen yang tak terlalu disesaki berbagai macam service atau aplikasi ekstra. Dalam hal ini, yang disertakan termasuk player musik Sony Walkman dan layanan toko konten Sony Select.
Tampilan menu utama aplikasi bisa diorganisasikan lewat sejumlah pilihan yang bisa diakses dengan menggeser layar ke kiri sehingga memunculkan sidebar tambahan. Menghapus aplikasi juga bisa dilakukan dari sini.
Tambahan lain yang cukup menarik untuk soal multi-tasking adalah kemampuan menampilkan lebih dari satu window aplikasi sekaligus dalam satu layar. Ukuran window dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Bisa memenuhi setengah layar, seperempatnya, atau hanya menempati sudut kecil saja.
Masih soal layar, layaknya phablet, pengguna bisa menggambar dan menulis dengan tangan di layar Xperia Z Ultra. Tak ada perangkat khusus semacam stylus yang disertakan, tapi Sony mengklaim bahwa pengguna bisa memakai pulpen atau pensil biasa untuk menggambar di layar ponsel ini.
Dalam praktiknya, hal tersebut ternyata relatif sulit dilakukan. Untuk beberapa jenis alat tulis, Xperia Z Ultra kesulitan mendeteksi input. Layar pun rawan tergores ujung pena yang tajam meski sudah dilapis Gorilla Glass.
Performa
Ponsel lain mungkin ada yang ukurannya menyaingi Xperia Z Ultra, tapi perangkat ini menunjukkan kelas tersendiri sebagai perangkat high-end versi "jumbo" yang menjadi andalan pembuatnya.
Di balik fisiknya yang elegan, minimalis dan dibuat dengan indah itu, Xperia Z Ultra menyimpan tenaga buas. Dapur pacu perangkat ini diperkuat prosesor Snapdragon 800 berkecepatan 2,3 GHz yang tak lain merupakan salah satu prosesor mobile berbasis ARM terkencang yang ada sekarang.
Besarnya kekuatan Xperia Z Ultra tersalur pada pengalaman memakainya yang bebas lag, meski ponsel ini terasa sedikit panas ketiga menjalankan aplikasi kelas berat, seperti game dengan grafis kompleks.
Performa mumpuni tak lantas membuat Xperia Z Ultra jadi boros daya. Berdasarkan pengalaman Kompas Tekno, baterai 3.000 mAh milik perangkat ini ternyata bisa bertahan lebih dari seharian tanpa terhubung ke charger.
Untuk memperpanjang umur baterai Xperia Z Ultra, Sony turut menyediakan sebuah mode khusus bernama "Stamina Mode", di mana perangkat ini akan mematikan koneksi data dari jaringan seluler dan wifi ketika ponsel dalam keadaan Sleep.
Download dan upload yang sedang dilakukan akan diselesaikan dulu sebelum memutus koneksi data dalam Stamina Mode. Pengguna pun masih bisa menerima panggilan dan SMS, serta mendengar musik.
Sisi negatifnya, ponsel hanya akan mengambil data dari koneksi seluler dan WiFi begitu "dibangunkan" dari kondisi Sleep. Ini berarti notifikasi dari media sosial dan update aplikasi bisa datang bertubi-tubi karena sebelumnya tidak diteruskan ke ponsel.
Ingin lebih hemat lagi? Ada pilihan "Low Battery Mode" yang akan menekan penggunaan daya lebih jauh dengan mematikan beberapa fungsi non-vital.