Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meroket, Saham Twitter Terlalu Mahal?

Kompas.com - 08/11/2013, 08:13 WIB
Aditya Panji

Penulis

KOMPAS.com - Twitter menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di New York Stock Exchange (NYSE) yang mempersilakan para investor membeli sahamnya, Kamis (7/11/2013). Saham Twitter diminati oleh para investor, dan membuat harga per lembar sahamnya meroket.

Harga per lembar saham Twitter dibuka pada 45,10 dollar AS, naik dari harga IPO yang ditetapkan pada Rabu malam sebesar 26 dollar AS. Pada tengah hari, saham Twitter naik 73,7 persen menjadi 45,15 dollar AS.

Dengan kode emiten TWTR, Twitter melempar 70 juta lembar saham ke publik.

Para eksekutif Twitter, termasuk CEO Dick Costolo dan tiga pendiri, Evan Williams, Biz Stone serta Jack Dorsey, turun ke lantai bursa NYSE untuk menyaksikan perdagangan perdana saham perusahaan.

Harga saham perdana yang ditetapkan sebesar 26 dollar AS, akan menambah dana Twitter sebesar 1,82 miliar dollar AS, dan membuat nilai perusahaan naik menjadi 14,2 miliar dollar AS.

Taruhan besar

Twitter berharap perdagangan saham perdana di NYSE bisa menjadi momentum positif. Namun, bagi para investor, Twitter adalah taruhan besar. Sejak didirikan pada 2006 di San Francisco, California, AS, Twitter belum pernah untung dalam tiga tahun terakhir.

Dalam dokumen IPO tercatat, pendapatan Twitter melonjak hingga 534,5 juta dollar AS dalam 12 bulan terakhir yang berakhir 30 September. Namun, Twitter mencatat kerugian 64,6 juta dollar AS pada kuartal tiga 2013.

Menurut Jeffrey Sica, Presiden dan Kepala Investasi Sica Wealth Management yang berbasis di New Jersey, AS, harga per lembar saham Twitter yang melebihi 40 dollar AS membuat perusahaan itu terlalu berisiko dari sisi investasi.

“Tidak ada yang mendukung kisaran ini. Saya pikir ini hanya cara, jauh di atas realistis dan kita harus mempertimbangkan hal stabilitas,” katanya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Hal senada diungkapkan analis Brian Wieser dari Pivotal Research Group. “Dengan harga yang didorong ke atas 30 dollar AS dan seterusnya, harga Twitter terlalu mahal,” tulis Wieser dalam sebuah catatan kepada investor.

Twitter memiliki sejarah yang kacau saat dipimpin oleh sang pendiri, Jack Dorsey dan Ev Williams. Kedatangan Dick Costolo yang kemudian menjabat sebagai CEO, membawa ketertiban bagi perusahaan dan mulai mengutamakan profitablitas.

Di bawah kepemimpinan Costolo, Twitter berhasil membangun bisnis periklanan dan mengejar kemitraan dengan perusahaan media besar. Twitter saat ini memiliki 230 juta pengguna secara global, yang melontarkan tweet sebanyak 500 juta setiap hari.

Costolo berjanji, perusahaan akan mengalami pertumbuhan cepat. Salah satu strategi yang akan dilakukan adalah menampilkan iklan di aplikasi Twitter di situs web maupun perangkat mobile.

Uang dari hasil IPO akan digunakan untuk membangun bisnis di luar Amerika Serikat, di mana 77 persen pengguna Twitter berada, namun hanya memberi pendapatan sebesar 26 persen pada kuartal tiga 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com