Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyadapan Pemerintah AS, dari Telegram hingga Internet

Kompas.com - 28/11/2013, 09:43 WIB
Aditya Panji

Penulis

KOMPAS.com - Biro Cipher (Cipher Bereau) yang dikenal sebagai Black Chamber, merupakan organisasi pertama di AS yang melakukan kegiatan kriptoanalisis. Black Chamber sering disebut sebagai asal-muasal Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat atau National Security Agency (NSA), yang belakangan ini menjadi sorotan publik.

Black Chamber didirikan pada 1919 setelah Perang Dunia I. Para agen dilatih untuk memecahkan kode komunikasi dari pemerintah negara lain, ketika komunikasi elektronik di dunia masih mengandalkan telegraf.

Black Chamber yang didukung oleh Departemen Luar Negeri dan Departemen Perang AS, berhasil membujuk perusahaan penyedia layanan telegram terbesar di AS, Western Union, untuk memungkinkan pemerintah memantau komunikasi pribadi lewat kabel perusahaan.

Kala itu, ada peraturan di AS yang menjamin komunikasi elektronik. Jika ada karyawan perusahaan telekomunikasi yang memberberkan isi pesan, hukumannya sangat berat. Namun, peraturan itu memberi pengecualian pada Black Chamber.

Usia Black Chamber tak bertahan lama. Pada 1929, Departemen Luar Negeri AS menarik pendanaan, Angkatan Darat AS menolak menanggung seluruh dana, dan Black Chamber akhirnya ditutup.

Selama Perang Dunia II, Signal Security Agency (SSA) didirikan untuk menangkap dan menguraikan komunikasi elektronik. Ketika perang berakhir, SSA direorganisasi sebagai Army Security Agency (ASA), dan berada di bawah kepemimpinan Direktur Intelijen Militer.

Pada tanggal 20 Mei 1949, semua kegiatan kriptoloanalisis terpusat di bawah sebuah organisasi nasional yang disebut Armed Forces Security Agency (AFSA). Namun, AFSA dinilai gagal mencapai tujuan intelijen.

Kelahiran NSA

NSA lahir tahun 1952 saat AS dipimpin Presiden Harry S. Truman. Tugas NSA adalah memantau, mengumpulkan, menerjemahkan, menganalisa informasi dan data intelijen dari dalam maupun luar negeri.

Dalam operasinya, NSA kerap "membujuk" perusahaan penyedia layanan telekomunikasi agar dapat "mendengar" komunikasi pribadi.

Sejumlah operasi rahasia telah digelar oleh NSA beberapa tahun setelah kelahirannya. Seperti dikutip dari The New York Times, mulai tahun 1960-an, ada operasi mata-mata AS yang diberi kode Echelon. Targetnya kala itu adalah Uni Soviet dan sekutunya.

Bahkan, ada pula operasi rahasia yang diberi kode "Minaret" untuk menyadap komunikasi warga negara AS yang mengkritisi pemerintah dalam Perang Vietnam. The Guardian melaporkan, warga negara AS yang disadap kala itu termasuk pemimpin hak sipil Dr. Martin Luther King, petinju Muhammad Ali, dan jurnalis.

NSA, yang beroperasi di bawah kewenangan Departemen Pertahan AS, kini dipimpin oleh jenderal bintang empat dari Angkatan Darat AS, Keith Brian Alexander. NSA adalah organsasi mata-mata terbesar di dunia, dengan puluhan ribu karyawan dan berkantor pusat di Fort Meade, Maryland, AS.

Sebagai bagian dari praktik pengawasan massa, NSA mengumpulkan dan menyimpan semua catatan telepon warga AS. Seorang anggota senat AS, Mark Udall, sempat mempertanyakan kepada Alexander tentang tujuan NSA mengumpulkan catatan telepon warga.

Alexander menjawab, langkah itu dilakukan demi kepentingan bangsa. "Ya, saya percaya itu adalah kepentingan terbaik bangsa untuk menempatkan semua catatan telepon ke lockbox bahwa kita bisa mencari ketika bangsa perlu melakukannya. Ya," kata Alexander seperti dikutip dari Associated Press.

Era internet

Ketika internet mulai digunakan secara massal pada 1990-an, NSA membuat sistem baru untuk menghadapi banjir informasi atas akses internet dan telepon seluler.

Satelit dan kabel serat optik, dicurigai menjadi jalan bagi NSA untuk menyadap komunikasi. Hal ini juga tercantum dalam dokumen rahasia yang dibeberkan mantan pekerja lepas NSA, Edward Snowden, yang kini mendapat suaka politik di Rusia.

Lalu lintas komunikasi elektronik yang disadap bukan lagi sebatas telepon, SMS, dan faks saja, namun kuat dugaan, komunikasi data (internet) juga dipantau.

Perusahaan teknologi dan internet yang memiliki basis pengguna besar, seperti Google dan Yahoo selaku penyedia platform email terlaris, dilaporkan juga disadap oleh NSA.

Sumber-sumber yang memiliki banyak pengetahuan tentang infrastruktur Google dan Yahoo mengatakan kepada The New York Times, bahwa NSA menyadap perusahaan internet melalui kabel serat optik milik perusahaan telekomunikasi besar, seperti Verizon Communications, BT Group, Vodafone Group, dan Level 3 Communications.

Begitu mengetahui layanannya disadap dan untuk mengatasi kerentanan tersebut, Google dan Yahoo sekarang mengenkripsi data yang berjalan antara pusat data mereka dengan kabel serat optik. Microsoft sedang mempertimbangkan langkah serupa.

Pada 2002, John M. Poindexter, mantan penasehat keamanan nasional di bawah Presiden Ronald Reagan, mengusulkan agar pemerintah AS melalukan pemindaian atas informasi elektronik di seluruh dunia, termasuk telepon, email, keuangan, dan catatan perjalanan. Langkah ini diklaim sebagai upaya keamanan nasional AS. Namun, upaya tersebut dibatalkan pada 2003 setelah publik memprotes bahwa hal itu melanggar privasi.

Teknologi pemantau yang diusulkan Poindexter mirip dengan apa yang kemudian diterapkan NSA dalam program Prism dan Bullrun.

"Dari Echelon ke Prism, semua program (mata-mata) ini telah pergi dengan nama yang berbeda, tetapi pada dasarnya mereka melakukan hal yang sama," kata Chip Pitts, dosen hukum di Stanford University, kepada The New York Times.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com