KOMPAS.com - Puluhan anak muda terlihat sibuk mengoprek komputer dan peralatan elektronik di beberapa meja yang tersebar di lantai 3 Gedung Mitra Hadiprana, Jakarta, Minggu (1/12/2013) kemarin.
Mereka terbagi ke dalam beberapa kelompok, masing-masing mengerjakan alat dengan fungsi unik yang dirancang untuk mendorong orang-orang agar berolahraga.
Ada yang berbentuk drone yang memproyeksikan gambar seperti garis "start" di lintasan lari, ada pula yang mengembangkan game serupa Minesweeper di dunia nyata. Di lain meja, sebuah tim membuat MP3 player yang tempo musiknya mengikuti detak jantung.
Para anak muda ini adalah peserta Hackathon #BajakJKT yang diselenggarakan oleh Nike, bekerjasama dengan agensi pemasaran BBH, GDG Jakarta, dan Project Kinarya. Kompetisi tersebut berlangsung selama tiga hari dari 29 November hingga 1 Desember 2013.
Seperti telah disebut di atas, temanya cukup unik, yaitu membuat sesuatu yang mampu mengajak warga Jakarta untuk meninggalkan tempat duduk dan mulai "bergerak".
Lalu, mengapa Jakarta? "Soalnya, di sini relatif kurang nyaman untuk olahraga, karena macet, polusi, dan sebagainya. Maka kami coba mengajak para individu kreatif mencari cara mendorong masyarakat sekaligus membuat kondisi kota jadi lebih enak untuk olahraga," jelas David Webster, Direktur Pengembangan Bisnis Digital BBH ketika ditemui di lokasi.
Webster menjelaskan bahwa terdapat 25 orang ikut serta dalam kompetisi hackathon ini. Sebagian merupakan mahasiswa aktif dari berbagai perguruan tinggi, termasuk ITB, Universitas Gunadarma, dan UIN Syarif Hidayatullah.
Arduino
Platform micro-controller terbuka Arduino dipilih sebagai basis pengembangan alat dalam hackathon #BajakJKT. Para peserta terlebih dulu mendapatkan perkenalan mengenai platform ini dari panitia.
Tak kurang pendiri Arduino David Cuartielles ikut didatangkan untuk memandu peserta. "Saya juga membantu menyolder beberapa alat yang dikerjakan," ucapnya.
Pihak penyelenggara menyediakan semua kebutuhan peserta, termasuk beberapa tipe board Arduino. Ada juga printer flatbed dan laser cutter yang termasuk jarang ditemui di Indonesia, untuk keperluan housing perangkat dan dekorasi.
Para peserta mengaku senang bisa berpartisipasi dalam kompetisi ini. "Soalnya, di sini jarang yang membuat hackathon untuk micro-controller," ujar Saggaf Arsyad, salah satu peserta yang berasal dari jurusan Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah.
Bersama dengan dua temannya, yaitu Yudha dan Amrico, Saggaf berhasil menjadi pemenang pertama hackathon #BajakJKT.
Ketiga mahasiswa ini membuat konsep alat bernama Bajak Lampu Merah yang fungsinya memberitahu pelari apabila lampu lalu lintas di depannya sedang menyala hijau atau merah. "Maksudnya, agar pelari tak perlu berhenti karena menunggu kendaraan berlalu dan bisa memilih rute," terang Saggaf.
Aplikasi pendamping turut dibuat di platform Android, berikut game untuk membuat kegiatan berlari jadi makin menarik.
Tim Saggaf diganjar hadiah uang senilai 1.800 dollar AS untuk pengembangan proyek lebih lanjut. Pihak penyelenggara dan Nike akan mengevaluasi purwarupa-purwarupa perangkat yang dihasilkan oleh para peserta untuk implementasi di Jakarta pada 2014 mendatang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.