Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BlackBerry Panen Pengguna "Eksklusif"

Kompas.com - 05/12/2013, 11:28 WIB
Aditya Panji

Penulis

Sumber Reuters
KOMPAS.com - Meskipun pangsa pasar BlackBerry mengalami penurunan secara global di segmen konsumen, namun BlackBerry terus berusaha meningkatkan jumlah pelanggan "eksklusif" dari segmen korporasi dan pemerintahan.

Reuters melaporkan, Selasa (3/12/2013), bahwa jumlah pelanggan korporasi dan pemerintah yang menggunakan dan menguji perangkat lunak komunikasi mobile BlackBerry Enterprise Service (BES) tumbuh 20 persen selama enam bulan terakhir.

Perusahaan besar seperti Morgan Stanley dan Boeing, saat ini sudah mengadopsi dan menguji BES versi 10. Perusahaan asal Kanada ini mengatakan, saat ini ada 30.000 organisasi yang telah memakai dan menguji BES 10, dari 25.000 organisasi pada pertengahan tahun 2013.

Produk ini memungkinkan divisi teknologi informasi sebuah perusahaan mengelola perangkat mobile karyawan dengan cara aman pada jaringan internal perusahaan. Bukan hanya perangkat berbasis sistem operasi BlackBerry, tetapi juga perangkat berbasis iOS dan Android.

"Kami memungkinkan instansi organisasi dan pemerintah untuk mengelola perangkat iOS, Android, dan BlackBerry, tanpa harus mengorbankan keamanan," kata Stephen Bates, kepala unit bisnis segmen perusahaan di BlackBerry, seperti dikutip dari Reuters.

BlackBerry juga menjanjikan akan terus memperbarui perangkat lunak BES 10, menjadi versi 10.2.

Di Indonesia, baru operator seluler Indosat saja yang menyediakan layanan BES 10. Operator seluler lain, termasuk Telkomsel dan XL Axiata, masih menawarkan BES versi lama.

Beberapa waktu lalu, Senior Product Manager BlackBerry South East Asia, Ardo Fadhola mengatakan kepada KompasTekno, pihaknya akan menjalin kerjasama dengan operator seluler lain di Indonesia untuk menawarkan layanan BES 10.

Selain produk ponsel BlackBerry, perangkat lunak BES merupakan aset BlackBerry yang berharga karena produk tersebut terkenal aman untuk melindungi data perusahaan dari program berbahaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com