Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Flexi dan StarOne ke GSM, Apa Hambatannya?

Kompas.com - 20/12/2013, 09:02 WIB
Aditya Panji

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sedang mengkaji permohonan Telkom Flexi dan Indosat StarOne yang ingin beralih teknologi dari Code Division Multiple Access (CDMA) ke Extended-Global System for Mobile (E-GSM).

E-GSM merupakan upaya untuk memanfaatkan teknologi GSM di spektrum frekuensi 900 MHz. Telkom dan Indosat mengusulkan kepada pemerintah agar E-GSM diterapkan di rentang frekuensi 850 MHz.

Ada beberapa kendala terkait peralihan teknologi ini yang mungkin akan menggangu kenyamanan pelanggan, termasuk masalah penomoran, tarif, hingga interferensi.

Dirjen Sumberdaya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kemenkominfo, Muhammad Budi Setiawan, berusaha meminimalkan agar jika peralihan teknologi terjadi, jangan sampai mengganggu kenyamanan pelanggan.

Dengan adanya perubahan teknologi ini, salah satu konsekuensi yang harus diterima pelanggan adalah membeli ponsel baru yang mendukung teknologi GSM. Menurut Budi, Telkom dan Indosat harus memikirkan bagaimana menyediakan ponsel terjangkau yang berkualitas.

“Mungkin nanti bisa dibundel dengan ponsel yang disubsidi. Kedua operator itu tidak boleh merugikan pelanggan setianya,” terang Budi saat dihubungi KompasTekno, Kamis (19/12/2013).

Hingga saat ini, StarOne memiliki 3.000 pelanggan, sementara Flexi memiliki total pelanggan 11,6 juta pelanggan. Namun, menurut laporan Telkom kepada Kemenkominfo, pelanggan Flexi yang masih aktif tinggal 7 juta. “Sisanya sudah memasuki masa tenggang, atau tidak lagi mengisi ulang pulsa,” tuturnya.

Penomoran

Telkom dengan merek Flexi dan Indosat dengan merek StarOne, memegang lisensi Fixed Wireless Access (FWA) atau Telepon Tetap Nirkabel, yang berarti layanan mobilitasnya terbatas.

Sistem penomoran Flexi dan StarOne menggunakan nomor telepon tetap berdasarkan geografis atau dikenal dengan nomor telepon rumah yang memakai kode area seperti “021” untuk Jakarta atau “022” untuk Bandung.

Sementara teknologi GSM atau seluler, dengan layanan mobilitas tak terbatas, sistem penomorannya menggunakan standar National Destination Code (NDC), seperti awalan "0812" untuk nomor telepon Telkomsel Simpati, "0815" untuk Indosat Mentari, atau 0818 untuk XL Axiata.

Menurut Heru Sutadi, peneliti telekomunikasi dari ICT Institute, sistem penomoran Flexi dan StarOne juga harus berubah dalam peralihan teknologi CDMA ke GSM. Sementara itu, layanan Flexi tidak hanya digunakan oleh pelanggan telepon genggam, namun juga dijadikan sebagai telepon rumah.

“Masalah penomoran ini harus jelas dulu, tidak bisa tiba-tiba pindah. Pelanggan harus dimintai persetujuan apakah mereka setuju berganti nomor? Karena pelanggan tentu telah membagikan nomor teleponnya ke banyak orang,” tegas Heru.

President Director & CEO Indosat, Alexander Rusli mengaku, telah mendiskusikan masalah penomoran dengan pemerintah dan coba untuk mencari jalan keluarnya.

Tarif

Selama ini layanan dari operator telekomunikasi CDMA dikenal menyediakan tarif murah, terutama untuk layanan telepon. Karena, tarifnya menggunakan skema telepon tetap atau telepon rumah.

“Operator telekomunikasi dengan lisensi FWA menyediakan skema tarif yang lebih murah karena perhitungannya berbasis zona,” kata Heru. Jika pelanggan StarOne menghubungi pelanggan Flexi, maka dikenakan tarif telepon rumah.

Nah, jika peralihan teknologi StarOne atau Flexi menjadi GSM terjadi, maka pelanggan yang melakukan panggilan telepon dikenakan tarif dengan skema seluler atau GSM, yang bisa jadi lebih mahal.

Ada usulan agar kedua operator itu merancang tarif khusus bagi layanan Flexi dan StarOne meskipun basis teknologinya telah beralih ke GSM. Budi sendiri mengharapkan agar tidak terjadi banyak perubahan untuk tarif karena hal ini terkait kenyamanan pelanggan.

Interferensi

Masalah teknis lain yang tak kalah penting dalam peralihan teknologi CDMA ke GSM adalah interferensi.

Frekuensi 850 MHz selama ini digunakan untuk menggelar layanan berbasis CDMA oleh operator pemegang lisensi FWA. Nah, jika kemudian ada operator telekomunikasi yang menggelar GSM di 850 MHz, Heru memprediksi akan terjadi interferensi di mana sinyal suatu operator akan mengganggu sinyal operator lain.

“Teknologi CDMA dengan GSM sangat berbeda. CDMA punya power lebih besar, dan kemungkinan akan terjadi interferensi jika CDMA dan GSM berada dalam satu rentang frekuensi,” ujar Heru.

Selama ini pemerintah Indonesia memanfaatkan satu rentang frekuensi untuk satu jenis jaringan. Frekuensi 850 MHz digunakan untuk jaringan CDMA, 1.800 MHZ untuk jaringan 2G, sementara 2.100 MHz digunakan untuk 3G.

Untuk mengatasi hal itu, Budi mengatakan, Telkom akan melakukan uji coba di Papua, daerah di mana jumlah pelanggan Flexi tidak terlalu banyak. “Kita akan lihat hasil uji cobanya, lalu cari solusi. Apakah Flexi dan StarOne perlu pasang filter atau tidak, yang jelas jangan sampai ganggu operator CDMA lainnya,” tukas Budi.

Telkom & Telkomsel, dua entitas yang berbeda

Telkom berencana mengalihkan pelanggan Flexi ke Telkomsel yang telah lama menyediakan layanan GSM. Meskipun Telkomsel adalah anak perusahaan Telkom, namun secara regulasi keduanya adalah entitas yang berbeda.

Dalam kasus ini, menurut Heru, pemerintah harus memperlakukan Telkom dan Telkomsel seperti proses akuisisi Axis oleh XL Axiata.

Vice President Public Relations Telkom, Arif Prabowo mengatakan, pihaknya masih mengevaluasi segala sesuatu yang berhubungan dengan peralihan teknologi ini, termasuk masalah infrastruktur hingga sumber daya.

Baik Telkom dan Indosat, berpendapat bahwa bisnis CDMA yang mereka lakoni terus menurun. Ekosistem CDMA dipandang tak lagi didukung oleh produsen perangkat telkomunikasi. Karena itulah, kedua operator itu memilih GSM yang dipandang memiliki masa depan.

Kemenkominfo belum dapat menargetkan kapan keputusan tentang permohonan Telkom Flexi dan Indosat StarOne akan dikeluarkan. Karena, banyak masalah teknis yang harus dikaji dan disesuaikan dengan aturan yang berlaku.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com