Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WhatsApp Terinspirasi dari "Lupa Password"

Kompas.com - 21/02/2014, 08:45 WIB
Aditya Panji

Penulis

Sumber Wired
KOMPAS.com — Salah satu inspirasi yang mengilhami pembuatan aplikasi WhatsApp adalah lupa kata sandi (password). Salah seorang pendiri WhatsApp, Jan Koum, ternyata tidak suka mengingat nama pengguna dan password sebuah akun.

Pernah suatu waktu, selama musim panas, Koum membuat akun Skype hingga tiga kali dan sebagian besar akunnya hilang begitu saja. Hal ini disebabkan ia sulit mengingat nama pengguna dan password.

"Kebenciannya" atas password itulah yang membuat Koum tidak mau menggunakan password untuk verifikasi identitas pengguna. Ia bertekad untuk membuat layanan yang dapat bekerja dengan mudah dan cukup sekali log-in.

Pada 24 Februari 2009, tepat saat hari ulang tahunnya, Koum mendaftarkan sebuah perusahaan yang akan membuat layanan aplikasi digital untuk ponsel.

Sebelum membentuk perusahaan ini, Koum adalah mantan karyawan Yahoo!. Pada tahun 2007, ketika usianya 31 tahun, Koum mengundurkan diri dan memulai bisnisnya sendiri.

Aplikasi yang dibuat Koum itu diberi nama "WhatsApp," yang kala itu memiliki pesaing bernama "Zap". Meskipun pernah bekerja di Yahoo!, Koum tak ingin membuat WhatsApp terlihat seperti Yahoo Messenger.

Koum memikirkan agar serangkaian nomor telepon bisa menjadi kode untuk log-in. Ia berpikir, sebagian besar pemilik ponsel pasti mengingat nomor teleponnya.

Daftar kontak sebagai jejaring sosial

Kemudian, nomor telepon yang terdaftar di daftar kontak ponsel dijadikan sebagai "jejaring sosial" dalam layanan yang dibuat oleh Koum.

Ide yang berasal dari kegelisahan Koum atas lupa password ini lantas menjadi daya tarik tersendiri untuk WhatsApp. Antar-pengguna WhatsApp tak perlu repot mencari akun berdasarkan nama pengguna, cukup menyimpan nama dan nomor telepon di daftar kontak, maka sesama pengguna secara otomatis sudah "berteman" dan bisa saling berkirim pesan melalui jalur internet.

WhatsApp pertama kali dirilis pada Mei 2009 untuk sistem operasi Apple iOS.

Untuk memperluas konsep jejaring sosial di antara para pengguna WhatsApp, Koum akhirnya memutuskan untuk mengembangkan WhatsApp di platform lainnya, termasuk Android buatan Google.

Kehadiran Brian Acton

Pada bulan September 2009, seorang bernama Brian Acton memutuskan untuk bergabung di WhatsApp. Ia adalah teman Koum ketika bekerja Yahoo!. Hubungan pertemanan antara keduanya cukup akrab.

Koum adalah orang yang mewawancara Acton saat masuk ke Yahoo! untuk urusan sistem keamanan. Keduanya meninggalkan Yahoo! pada hari yang sama, 31 Oktober 2007.

Ketika bergabung di WhatsApp, Acton memimpin putaran investasi di perusahaan itu. Tak hanya itu, Acton juga membawa WhatsApp bereksperimen mengembangkan model bisnis, tetapi tetap mengontrol pertumbuhan pengguna yang dibarengi dengan pembangunan infrastruktur.

Cara menghasilkan uang

Kepada majalah Wired, Acton menjelaskan bahwa WhatsApp mulanya bisa diunduh secara gratis. Kala itu, jumlah unduhan di WhatsApp mencapai 10.000 unduhan per hari.

"Dan ketika kami menarik bayaran, kami akan mulai menurun, turun ke 1.000 per hari," kenang Acton.

WhatsApp membuat strategi untuk menetapkan biaya unduhan sekali seumur hidup. Kebijakan itu akhirnya diubah, di mana kini setiap pengguna diharuskan membayar biaya per tahun sebesar 0,99 dollar.

Dari sinilah WhatsApp menghasilkan uang, dan mereka berjanji untuk tidak menampilkan iklan yang dapat mengganggu kenyamanan pengguna. Dalam mengembangkan bisnis, WhatsApp punya filosofi anti-iklan, bahkan perusahaan itu memiliki manifesto menentang iklan.

WhatsApp memanfaatkan 600 server untuk melayani pengiriman hingga 50 miliar pesan per hari, dari sekitar 27 juta per hari yang terekam pada Juni 2013. Angka itu disebut-sebut sudah melebihi jumlah SMS yang beredar di seluruh dunia sehingga WhatsApp dianggap sebagai salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan SMS di dunia.

Nama WhatsApp begitu cepat populer, menjadi aplikasi pesan instan yang paling banyak digunakan, dengan 430 juta pengguna aktif pada Januari 2014.

Hingga Desember 2013, WhatsApp memiliki 50 karyawan dengan kantor di Mountain View, California, Amerika Serikat. Sebanyak 25 karyawan di antaranya merupakan teknisi, sementara 20 lagi menangani dukungan multibahasa untuk pengguna.

WhatsApp diinvestasi oleh perusahaan pemodal Sequoia Capital sebesar 8 juta dollar AS pada awal 2011. Sejak saat itu, WhatsApp tidak membuka investasi tahap baru karena mereka mampu menghasilkan uang dari layanannya.

Diakuisisi Facebook

Pada Rabu (19/2/2014), WhatsApp mengejutkan industri teknologi dan para penggunanya. Perusahaan ini diakuisisi oleh raksasa jejaring sosial Facebook senilai 19 miliar dollar AS (sekitar Rp 223 triliun).

Pembayaran tersebut tidak sepenuhnya berupa uang tunai. Pada awalnya, Facebook akan menggelontorkan dana sebesar 16 miliar dollar AS, yang terdiri dari 12 miliar dollar AS saham Facebook dan 4 miliar dollar AS dalam bentuk uang tunai.

Facebook juga memberi 3 miliar dollar AS saham terbatas untuk pendiri dan karyawan WhatsApp yang akan diberikan selama empat tahun setelah akuisisi tersebut selesai.

Nantinya, Koum akan bergabung ke Dewan Direksi Facebook. Namun, WhatsApp akan tetap bekerja secara mandiri, sama seperti Instagram yang diakuisisi Facebook pada April 2012 lalu senilai 1 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Wired
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com