Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operator Telekomunikasi Indonesia Siap Berbagi Infrastruktur

Kompas.com - 18/03/2014, 15:51 WIB
Aditya Panji

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan operator telekomunikasi menyambut rencana saling berbagi infrastruktur di tengah kompetisi yang makin ketat dalam industri telekomunikasi. Langkah ini dinilai mampu menekan investasi belanja modal perusahaan telekomunikasi.

Setidaknya, ada lima jenis infrastruktur yang dapat dibagi sebuah perusahaan telekomunikasi dengan perusahaan telekomunikasi lainnya. Kelima infrastruktur itu adalah, site, menara, radio access network (RAN), roaming jaringan, dan jaringan utama termasuk kabel serat optik atau tembaga.

Telkom, selaku perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, menyatakan kesiapannya untuk berbagi infrastruktur. “Kami terbuka atas rencana infrastruktur sharing. Tinggal dibicarakan saja,” kata Direktur Network IT & Solution Telkom, Rizkan Chandra, dalam diskusi IndoTelko Forum dengan tema “Berbagi Infrastruktur Kurangi Defisit Neraca Perdagangan” di Jakarta, Selasa (18/3/2014).

Perusahaan telekomunikasi Indosat, XL Axiata, dan Biznet Networks, juga sepakat dengan rencana tersebut. Mereka berharap pemerintah segera membuat aturan main atas semangat berbagi infrastruktur tersebut. "Sekarang kita tinggal menunggu regulasi, karena dulu kalau mau sharing kita sering terkendala regulasi," tegas Presiden Direktur dan CEO Indosat, Alexander Rusli.

Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang mendorong penyelenggaraan layanan secara efektif dan efisien. Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemenkominfo, Kalamullah Ramli mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan tata cara penggunaan infrastruktur secara bersamaan dalam penyelenggaraan telekomunikasi. Regulasi ini telah didiskusikan dengan para penyelenggara dan akan masuk ke tahap konsultasi publik.

“Regulasi ini mengatur kerangka pelaksanaan penggunaan infrastruktur secara bersama dalam penyelenggaraan telekomunikasi, termasuk dimungkinkannya penetapan kewajiban pembukaan infrastruktur untuk digunakan secara bersama pada kondisi tertentu,” lanjut Kalamullah.

Kemudian, regulasi yang juga tengah digarap adalah penggunaan keterbukaan akses dalam penyelenggaraan telekomunikasi dengan berbagai tujuan. Dalam regulasi ini, juga diatur keterbukaan akses di gedung dan kawasan yang dimonopoli satu penyelenggara.

Presiden Direktur dan CEO XL Axiata, Hasnul Suhaimi, berpendapat, berbagi infrastruktur dari sisi teknis tidak akan mengalami banyak kendala di lapangan. Namun, secara komersial, antara perusahaan telekomunikasi yang ingin berbagi infrastruktur akan menemukan banyak kendala.

Hasnul memberi contoh ketika XL menjalin kerjasama roaming nasional dengan Axis. Saat kerja sama itu sudah berjalan, pihak Axis menawarkan harga layanan lebih murah sehingga membuat ancaman tersendiri bagi XL.

“Waktu itu kita berpikir, Axis sudah pakai infrastruktur kita, lalu mereka tawarkan harga lebih murah. Ini yang jadi alasan untuk kita menghentikan kerjasama nasional roaming, walaupun akhirnya kita kerjasama lagi,” terangnya.

Antara XL dan Indosat juga sempat ingin bekerjasama untuk infrastruktur kabel serat optik. Namun, setelah masuk ke hitung-hitungan bisnis, kedua perusahaan itu membatalkan perjanjian.

Mengurangi defisit neraca perdagangan

Jalan yang selama ini ditempuh perusahaan telekomunikasi dalam membangun infrastruktur sendiri-sendiri, telah membuat tingginya defisit neraca perdagangan yang salah satunya dipicu oleh tingginya angka impor produk telekomunikasi dari hulu ke hilir. Mulai dari impor ponsel terbaru hingga infrastruktur jaringan untuk ekspansi layanan.

Ketua Komtap Bidang Telekomunikasi Kamar Dagang Indonesia, Johnny Swandi Sjam, mengaku khawatir dengan beban modal untuk belanja perangkat jaringan telekomunikasi.

"Masalah ini yang ingin kami bahas bersama-sama seluruh stakeholder telekomunikasi di Indonesia. Kita harus segera mencari solusi terbaik agar penggunaan infrastruktur tidak menambah defisit neraca perdagangan," kata Johnny yang juga Ketua Dewan Penasihat IndoTelko Forum.
 
Seperti diketahui, operator telekomunikasi mengeluarkan modal belanja infrastruktur jaringan seperti perangkat radio dan stasiun pemancar, yang nilainya diperkirakan lebih dari 10 miliar dollar AS atau sekitar Rp 120 triliun dalam setahun terakhir di 2013.
 
Angka impor perangkat jaringan telekomunikasi ini bukan tak mungkin semakin meningkat lagi seiring kehadiran teknologi baru. Menyambut era 4G, misalnya, para operator sudah pasti akan terus memperkuat jaringannya. Mulai dari backbone, backhaul, dan akses, yang tentunya diimpor dan dibayar dalam mata uang asing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com