Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Satelit Canggih AS Tak Bisa Lacak MH370?

Kompas.com - 24/03/2014, 12:25 WIB
Reska K. Nistanto

Penulis

KOMPAS.com — Pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 memasuki minggu ketiga. Sejumlah temuan baru mengungkap adanya serpihan di Samudra Hindia yang disinyalir adalah bagian dari pesawat. Meski demikian, belum ada titik terang dari beberapa temuan tersebut.

Lamanya pencarian pesawat yang hilang sejak Sabtu (8/3/2014) tersebut mengundang sejumlah pertanyaan dari masyarakat awam.

Salah satunya adalah mengapa satelit canggih atau satelit mata-mata milik negara-negara maju tak bisa mendeteksi keberadaan pesawat ini? Bukankah satelit-satelit ini bisa digunakan untuk mengambil gambar dengan resolusi tinggi?

Menurut News Scientist, saat ini terdapat 10 satelit yang memiliki kemampuan mengambil foto resolusi tinggi. Satelit-satelit tersebut sebagian dioperasikan oleh Amerika Serikat, Rusia, dan beberapa negara Eropa.

Satelit tersebut mengorbit Bumi sekitar satu setengah jam sekali. "Masing-masing satelit mungkin hanya mencakup beberapa persen wilayah Bumi tiap harinya," ujar Jonathan McDowell, seorang ilmuwan yang bekerja di Harvard-Smithsonian Center For Astrophysics, di Cambridge, Massachusetts.

Namun, satelit tersebut juga memiliki keterbatasan, misalnya sedang dalam masa perawatan, awan yang menutup area pencarian, dan satelit-satelit tersebut juga tidak mengambil foto setiap waktu.

Selain itu, area yang sering diambil fotonya adalah wilayah perkotaan ketimbang samudra yang biasanya tidak ada obyek menarik.

Di sisi lain, menurut McDowell, satelit mata-mata memiliki cakupan yang lebih luas dan bisa digunakan untuk mengambil foto dengan resolusi lebih tinggi. Satelit tersebut juga disebut McDowell memiliki software pengolah gambar yang lebih canggih yang bisa mengidentifikasi serpihan di lautan, atau bahkan melihat ledakan di angkasa.

Namun, McDowell mengatakan bahwa satelit mata-mata tidak memiliki fungsi utama untuk mengikuti pergerakan pesawat. Lintasan orbitnya juga tidak banyak yang tahu. Namun, jika pihak agen rahasia memiliki data tersebut, McDowell percaya bahwa mereka pasti akan memberikan informasi kepada pihak yang berwenang.

Semua sinyal dari MH370 diperiksa

Mencari serpihan pesawat (jika memang jatuh) di luasnya lautan bukan perkara yang mudah. Kasus MH370 mengingatkan kita pada tragedi Air France dengan nomor penerbangan AF447 yang jatuh di Samudra Atlantik pada tahun 2009. Saat itu, tim yang ditugaskan mencari serpihan pesawat butuh waktu hingga dua tahun.

Beberapa alat bantu navigasi dan komunikasi di pesawat kini mulai diperiksa datanya untuk melacak keberadaan pesawat B777-200ER milik Malaysia Airlines tersebut, di antaranya transponder, ADS-B, dan ACARS.

Semua pesawat memang dilengkapi dengan radar transponder yang memancarkan informasi identitas dan lokasi pesawat. Informasi tersebut disalurkan melalui sinyal radio. Namun, begitu berada di luar jangkauan, maka radar tidak bisa menjejakinya. Begitu pun dengan sinyal yang dipancarkan oleh black box (kotak hitam) pesawat yang hanya bertahan selama 30 hari.

Selain radar transponder, alat bantu navigasi baru yang kini populer digunakan adalah ADS-B (Automatic Dependent Surveillance-Broadcast). Sinyal tersebut mentransmisikan informasi GPS pesawat, komplet dengan identitas dan ketinggian jelajahnya.

Sinyal ADS-B inilah yang digunakan beberapa aplikasi plane-tracking, seperti FlightRadar24 (FR24). Bahkan, menurut pengakuan FR24, sinyal ADS-B MH370 pun masih berada dalam jangkauan mereka beberapa saat sebelum hilang.

Sistem komunikasi ACARS (Aircraft Communications Addressing and Reporting System) milik MH370 juga dibedah datanya. ACARS digunakan untuk melaporkan data sistem dalam pesawat melalui radio VHF atau satelit. Rolls Royce, pabrikan mesin yang digunakan oleh B777-200ER Malaysia Airlines, melaporkan bahwa MH370 sempat mengirim laporan ACARS secara real time sebelum menghilang.

Sinyal yang dipancarkan kotak hitam juga bisa dijadikan sumber pencarian, tetapi sinyal yang dipancarkan setelah terjadi benturan ini hanya bertahan selama 30 hari. Dan, untuk mencari sinyal tersebut di lokasi pencarian yang luas bukanlah hal yang mudah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com