Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TNI AD Manfaatkan Teknologi OpenBTS

Kompas.com - 07/04/2014, 17:30 WIB
Aditya Panji

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) memamerkan sejumlah alat teknologi yang dikembangkan sendiri untuk meningkatkan kapabilitas alat utama sistem pertahanan (Alutsista), Senin (7/4/2014). Salah satu teknologi yang dipamerkan adalah OpenBTS.

OpenBTS merupakan teknologi alternatif untuk membangun Base Transceiver Station (BTS) sendiri dalam telekomunikasi GSM berbasis peranti lunak bersifat terbuka (open source).

Pengembangan teknologi OpenBTS oleh TNI AD dilakukan bersama Universitas Surya. Onno W. Purbo, praktisi telekomunikasi sekaligus dosen Universitas Surya, terlibat dalam penelitian dan pengembangan ini.

Menurut Onno, OpenBTS ini akan digunakan untuk operasi TNI di wilayah perbatasan atau di daerah yang terkena bencana alam. “Kami sedang memberi pelatihan selama 6 bulan untuk tim inti, selanjutnya mulai sosialisasi teknologi ini ke Komando Daerah Milter (Kodam),” katanya.

Perangkat dengan software OpenBTS ini memanfaatkan daya amplifier 1W dan 50W dengan jangkauan jaringan sekitar 10 sampai 15km.

OpenBTS memang memungkinkan penggunanya tidak bergantung pada operator selular yang jaringannya tak merambah wilayah terpencil dan membantu telekomunikasi jika infrastruktur milik operator seluler mengalami kerusakan akibat bencana alam.

Selain OpenBTS, ada 15 alat hasil riset teknologi TNI AD yang sebagian besar merupakan hasil pengembangan dengan Universitas Surya dan beberapa di antaranya hasil rancang bangun yang dilaksanakan sendiri oleh TNI AD.

Kepala Staf TNI AD Budiman, mengatakan, kerjasama dengan Universitas Surya diharap mampu mendorong para prajurit untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menghasilkan produk yang dapat mendukung tugas TNI AD, sehingga tidak harus membeli produk dari luar negeri.

Ia menjelaskan, jika membeli Alutsista dari luar negeri, maka negara produsen akan menyimpan alat terhebat untuk digunakan sendiri. Alat “layer kedua” akan diberikan kepada sekutunya, sementara “layer ketiga” akan dijual kepada negara lain yang membeli.

Selain itu, dengan memproduksi Alutsista sendiri dapat menghemat keuangan negara. Budiman mengatakan riset alat teknologi yang dipamerkan saat ini membutuhkan dana Rp 31 miliar.

Berikut rincian Satuan pelaksana serta hasil program penelitian dan pengembangan pertahanan (Litbanghan) TNI AD Tahun 2014 yang baru saja diluncurkan:

1. Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad): Gyrocopter.

2. Direktorat Perhubungan Angkatan Darat (Dithubad): Nano satelit, OpenBTS (base transceiver station), mesh networking communication system, radio VHF produk PT. CMI Teknologi, battle management system (BMS)

3. Direktorat Peralatan Angkatan Darat (Ditpalad): Konversi BBM ke BBG, simulasi modifikasi mobil tempur anti panas, simulasi senjata api anti panas

4. Direktorat Perbekalan dan Angkutan Angkatan Darat (Ditbekangad): Energi mandiri

5. Direktorat Topografi Angkatan Darat (Dittopad): GPS (global positioning system) tracking system APRS (automatic package reporting system), multirotor, flapping wing air vehicle

6. Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad): UAV (unmanned aerial vehicles) Autopilot, simulasi menembak dengan laser gun, integrated optronics defence system

7. Dinas Informasi dan Pengolahan Data (Disinfolahtad): migrasi jaringan IPV4 ke IPV6.

8. Direktorad Zeni Angkatan Darat (Dirziad): Jammer perusak sinyal, penyala ledakan fungsi ganda, alat koreksi perkenaan senapan lapangan, aplikasi garjas dan pola hidup sehat, alat pengendali senjata jarak jauh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com