Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendiri WhatsApp Bicara Libur dan Mati Rasa

Kompas.com - 05/06/2014, 17:27 WIB
Wicak Hidayat

Penulis

Kepada karyawannya, Acton juga memberikan kemudahan-kemudahan. Misalnya dalam hal berpakaian yang tidak harus resmi. Hal ini menurutnya akan memudahkan bagi mereka yang baru lulus, karena tak perlu banyak mengubah gaya berpakaian.

Selain itu, lokasi kantornya di Mountain View memiliki beberapa keunggulan. Salah satunya, ujar Acton, kantornya dekat dengan jalan Castro di mana ia sewaktu mahasiswa sering makan mie.

Ia juga mengatakan lokasi kantor mereka dekat dengan stasiun kereta, sehingga karyawan yang ingin tinggal di San Francisco bisa menggunakan kereta. "Kami bahkan menyediakan MiFi buat mereka, agar bisa tetap terkoneksi dan bekerja di kereta," ujar Acton.

Mati Rasa

Kemunculan Acton di StartX, Palo Alto, California, AS, adalah pertamakalinya ia muncul di publik sejak WhatsApp dibeli Facebook seharga 19 milliar dollar AS.

Tanpa bermaksud mengutip gaya pertanyaan yang biasa dilontarkan wartawan televisi tertentu: Bagaimana perasaan Acton setelah akuisisi itu?

Ia mengaku belum benar-benar merasakannya. "Saya masih bengong. Masih mati rasa," ujarnya.

Salah satunya karena, pada saat yang hampir bersamaan dengan akuisisi itu, Acton baru memiliki anak pertamanya. Secara emosional, Acton mengakui bahwa kelahiran anaknya itu menutupi perasaannya pada akuisisi yang terjadi.

Lagipula, Acton melanjutkan, akuisisi itu belum tuntas. "Belum selesai sepenuhnya. Jika sudah, saya bayangkan, pertama-tama akan ada perasaan lega," tuturnya.

"Saya akan merasakan (dampak akuisisi) itu secara bertahap. Saya yakin hal itu akan mengubah hidup saya," Acton melanjutkan.

Sedangkan saat ini, Acton menggambarkan proses yang terjadi sebagai sesuatu yang sangat merepotkan. Misalnya, ia dan Koum harus berhadapan dengan banyak pengacara, berjam-jam berdiskusi soal aspek legalnya.

Hal sama dari sisi akuntansinya, ia berhadapan dengan banyak auditor dan ahli akuntansi yang harus mengubah pembukuan WhatsApp agar cocok dengan Facebook. Padahal, bagi Acton dan Koum, mereka hanya ingin memfokuskan diri pada pengembangan produk.

Hal itu yang, ujar Acton, ditegaskan Mark Zuckerberg dan Sherryl Sandberg pada mereka. "Mark dan Sherryl bilang, kami bisa fokus pada pertumbuhan dan melayani pengguna. Mereka yang akan urus hal-hal lainnya. Saya dan Jan (Koum) memang maunya begitu," ujar Acton.

Startx/Paul Sakuma Brian Acton, pendiri WhatsApp.


Pilihan

Acton mengatakan WhatsApp lebih memilih akuisisi daripada melepas sahamnya ke bursa karena prosesnya relatif lebih sederhana. "Saya kagum dengan Mark (Zuckerberg) yang sudah melalui proses (go public). Itu bukan hal mudah," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com