Menurut penelitian tersebut, dengan berbekal sebuah amplifier dengan daya 1 watt, TV cerdas bisa terjangkit serangan "man-in-the-middle-attack." Serangan yang disebut dengan "Red Button" attack tersebut (sesuai dengan tombol merah di remote TV), adalah metode injeksi sinyal seperti yang pernah terjadi di masa-masa awal TV kabel.
Malware yang disebar akan berjalan secara otomatis saat pengguna menonton saluran TV yang telah diretas. Malware tersebut akan berjalan di background tanpa sepengetahuan pemilik TV.
Setelah malware menyebar, maka peretas bisa mencuri aliran data dan mengirimkannya kembali dengan frekuensi yang sama.
Dalam waktu singkat, perangkat elektronik pemilik rumah, seperti komputer dan printer bisa dikendalikan. Peretas bisa membuat postingan di akun Facebook dengan data login yang dicuri, dan membuat printer mencetak kupon berhadiah tipuan.
Diberitakan oleh Forbes (6/6/2014), serangan tersebut juga sulit dilacak, sebab peretas tidak pernah mempresentasikan dirinya di jaringan internet yang memiliki alamat IP atau DNS server.
Satu-satunya cara mengetahui keberadaan peretas adalah dengan mengirim banyak kendaraan dengan antena ke lokasi, dan melakukan triangulasi sinyal. Namun pada saat itu, peretas pasti sudah kabur.
Ada beberapa cara untuk mencegah hal itu terjadi. Cara yang paling ekstrim adalah memutuskan koneksi internet. Pendekatan kedua adalah dengan memonitor perangkat itu sebagai jaringan. Cara ketiga adalah dengan meminta konfirmasi dari pengguna saat akan menjalankan suatu aplikasi dalam TV cerdas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.