Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Datacenter Indonesia Banyak Dikerjai Peretas Asing

Kompas.com - 23/06/2014, 17:15 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Ilustrasi peretas.

KOMPAS.com - Indonesia sempat mencatat "prestasi" mengejutkan pada laporan State of the Internet lembaga riset Akamai yang dirilis pada Oktober tahun lalu. Negeri ini tercatat sebagai sumber serangan cyber terbesar di dunia untuk kuartal kedua 2013 dengan pangsa 38 persen.

Angka tersebut berangsur menurun pada periode-periode setelahnya, hingga mencapai 5,7 persen pada laporan State of the Internet terakhir yang dipublikasikan pada April lalu.

Ada apa di balik tingginya serangan cyber yang berasal dari Indonesia? Achmad Arif dari HP Enterprise Securities menuding para peretas asing sebagai biang kerok di balik hal tersebut.

"Ini sebenarnya gara-gara datacenter kita banyak di-compromise (peretas asing) sehingga terlihat seolah-olah banyak serangan berasal dari dalam (Indonesia)," kata Arif dalam acara media gathering PT Virtus Technology Indonesia di Belitung, pekan lalu.

Menurut Arif, para peretas asing menanam program jahat di pusat-pusat data yang berlokasi di Indonesia, lantas memanfaatkan program-program tersebut untuk melancarkan serangan cyber.

Ini disebutnya bisa terjadi karena rendahnya kesadaran para pelaku industri terkait di Tanah Air akan besarnya bahaya cyber.

"Negara yang paling banyak diserang adalah negara seperti kita di mana terdapat pertumbuhan namun pengguna hanya concern soal fungsional saja, bukan sekuriti," lanjut Arif.

Lantas, bagaimana mengatasi kerentanan sekuriti ini? Regional Channel Director HP Enterprise Security Products Derrick NG berpendapat caranya tiada lain adalah dengan meningkatkan kesadaran soal keamanan lewat edukasi.

"Banyak yang bisa disampaikan lewat edukasi. Konsumen boleh punya tool yang paling canggih, namun belum tentu mereka ikut menyadari kelemahan-kelemahan yang ada," tutur Derrick.

Perihal sebutan sebagai sumber serangan terbesar yang sempat disematkan ke Indonesia, Arif berpendapat bahwa terdapat hal lain yang seharusnya turut dipertimbangkan. "Cyber attack itu sebenarnya bukan soal dari negara mana, namun soal impact yang dihasilkan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com