Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikin Bangga, Semangat Kolaborasi Teknologi untuk Pilpres 2014

Kompas.com - 23/07/2014, 10:40 WIB
Aditya Panji

Penulis

Situs web Pilpres2014.org dibuat oleh Henry Tan Setiawan. Ia adalah warga negara Indonesia yang bekerja di kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington, Amerika Serikat, sejak tahun 2006.

Aditya Panji/Kompas.com Henry Tan Setiawan.
Kini, ia bekerja sebagai peneliti untuk machine learning yang disebut Project Adam oleh Microsoft. (Baca profil Henry Tan Setiawan di "Orang Sukabumi yang Ikut Membangun Mesin Pencari Microsoft")

Henry mengerjakan Pilpres2014 seorang diri. Ia menyusun sistem algoritma yang membuat kerja situs tersebut menjadi autopilot. Begitu ada pembaruan data formulir DA1, DB1, dan DC1 pada situs KPU, maka sistem Pilpres2014.org secara otomatis menarik data tersebut, mengolahnya, dan menampilkan hitungan suara terbaru di halaman utama setiap dua jam.

Henry menyambut baik sistem keterbukaan data yang telah dilakukan KPU. Namun, ia menyarankan agar KPU lebih menyempurnakan sistem tersebut.

"Sebaiknya Application Programming Interface (API) dibuat lebih formal dengan full documentation dan lebih disempurnakan, seperti halnya Facebook dan Twitter membuka API mereka," kata Henry dalam perbincangan dengan KompasTekno.

Henry pun berharap KPU dapat menyiapkan sistem pemrosesan formulir menggunakan teknologi image recognation yang bisa langsung membaca angka-angka. Langkah ini, menurut Henry, membuat kesalahan-kesalahan penghitungan terdeteksi secara otomatis dan mempersulit oknum yang ingin memanipulasi data.

Menampilkan hasil pindai lebih bisa diterima

Sejak 1999, hasil penghitungan suara Pemilu yang dilakukan KPU sudah bisa dilihat secara online hingga ke tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS). Namun, semua data itu sudah dimasukkan dalam dokumen digital lembar lajur (seperti dokumen spreadsheet Microsoft Office Excel) dan dihitung secara real time.

Di tahun 2014 ini terdapat perbedaan, di mana KPU memutuskan untuk memperlihatkan hasil pindai (format .JPEG) formulir C1 yang ditulis tangan dan ditandatangani langsung oleh petugas di TPS. Semua itu bisa dilihat di situs web KPU, lengkap dengan navigasi provinsi hingga TPS di kelurahan/desa.

Menurut praktisi teknologi Johar Alam Rangkuti, keputusan KPU tahun ini secara psikologis lebih bisa diterima masyarakat. "Dengan memberi dokumen asli dan tidak menjumlahkan suara, ternyata lebih bikin masyarakat peduli pada pemilu. Dan masyarakat lebih merasa terlibat dalam pesta demokrasi. Jadi, ide menampilkan C1 secara utuh di situs web KPU adalah ide yang brilian," ucap Johar.

Tak mengherankan jika keputusan itu disambut para praktisi teknologi untuk menciptakan situs web yang, tidak hanya memberi gambaran hasil hitung suara melalui akses internet, namun juga berfungsi mengawal proses penghitungan suara.

Sistem keterbukaan data yang dilakukan KPU tahun ini telah melahirkan sesuatu yang luar biasa; sebuah partisipasi dan kolaborasi dari rakyat dan untuk rakyat dengan memanfaatkan teknologi dan internet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com