Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bikin Bangga, Semangat Kolaborasi Teknologi untuk Pilpres 2014

Kompas.com - 23/07/2014, 10:40 WIB
Aditya Panji

Penulis

KOMPAS.com - Partisipasi praktisi teknologi dalam Pemilu Presiden RI 2014 ini memberi warna baru dalam ruang demokrasi.

Sangat membanggakan, mereka tanpa pamrih secara aktif melakukan penghitungan suara dengan memanfaatkan keterbukaan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), sehingga proses hitung suara bukan monopoli institusi pemerintah.

Sebelum KPU mengumumkan perolehan suara capres dan cawapres, di luar sana ada beberapa situs web yang memberi gambaran hasil penghitungan suara, antara lain Pilpres2014.org, KawalPemilu.org, Data-Pilpres.umm.ac.id (dari Lembaga Informasi dan Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang), dan Kawal-Suara.appspot.com.

Berdasarkan pantauan KompasTekno, hasil penghitungan suara yang dilakukan situs web di atas mampu mendekati angka rekapitulasi 33 provinsi yang dirilis KPU dengan selisih terbanyak 0,37 persen.

Sementara itu, penghitungan suara yang dilakukan situs web KawalPemilu.org dan Pilpres2014.org bisa sama persis dengan rekapitulasi final KPU.

Berdasarkan data final KPU yang dirilis Selasa (22/7/2014), tercatat bahwa pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla unggul dengan raihan suara 53,15 persen sementara pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa 46,85 persen.

Kecanggihan sistem hitung suara yang diolah situs-situs di atas tak lepas dari kerja keras sang kreator dalam menyusun kode pemrograman dan peran para relawan yang terlibat dalam pengelolaannya.

KawalPemilu.org

KawalPemilu.org, misalnya, digarap oleh seorang warga negara Indonesia bernama Ainun Najib yang bekerja sebagai konsultan teknologi di Singapura. (Baca profil lengkap Ainun Najib di tautan ini).

Ainun Najib Ainun Najib.
Untuk membangun sistem itu, ia dibantu oleh dua teman yang sempat memenangi olimpiade matematika dan kini tinggal di Amerika Serikat. Sayangnya, identitas dua teman itu tidak diungkap ke publik.

Ainun mengatakan, KawalPemilu.org memiliki relawan sebanyak 700 orang yang meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, untuk berkontribusi tanpa dibayar dalam memasukkan dan mengolah data ke sistem situs web. Kolaborasi macam ini populer disebut crowdsourcing

"Open data KPU itulah yang paling pertama perlu kita kasih jempol. Tanpa itu, kami tidak akan bisa bikin crowdsourcing tabulasi C1," kata Ainun dalam pesan singkat kepada KompasTekno. "KPU sudah di jalur yang tepat, open data, dan profesionalitas tim IT mereka luar biasa."

Seperti diketahui, situs web KawalPemilu.org dan Kawal-Suara.appspot.com melakukan tabulasi dengan memanfaatkan formulir C1, kemudian situs Data-Pilpres.umm.ac.id memanfaatkan formulir DB1, sedangkan situs Pilpres2014.org memanfaatkan formulir DA1, DB1, dan DC1.

Ainun mengakui bahwa hasil tabulasi C1 yang ia dan para relawan lakukan belum sempurna. Di halaman utama KawalPemilu.org tercatat perolehan suara pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla adalah 52,89 persen, sementara pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa 47,10 persen. Ini berarti, terdapat selisih 0,26 persen dari data final KPU.

Pilpres2014.org

Situs web Pilpres2014.org dibuat oleh Henry Tan Setiawan. Ia adalah warga negara Indonesia yang bekerja di kantor pusat Microsoft di Redmond, Washington, Amerika Serikat, sejak tahun 2006.

Aditya Panji/Kompas.com Henry Tan Setiawan.
Kini, ia bekerja sebagai peneliti untuk machine learning yang disebut Project Adam oleh Microsoft. (Baca profil Henry Tan Setiawan di "Orang Sukabumi yang Ikut Membangun Mesin Pencari Microsoft")

Henry mengerjakan Pilpres2014 seorang diri. Ia menyusun sistem algoritma yang membuat kerja situs tersebut menjadi autopilot. Begitu ada pembaruan data formulir DA1, DB1, dan DC1 pada situs KPU, maka sistem Pilpres2014.org secara otomatis menarik data tersebut, mengolahnya, dan menampilkan hitungan suara terbaru di halaman utama setiap dua jam.

Henry menyambut baik sistem keterbukaan data yang telah dilakukan KPU. Namun, ia menyarankan agar KPU lebih menyempurnakan sistem tersebut.

"Sebaiknya Application Programming Interface (API) dibuat lebih formal dengan full documentation dan lebih disempurnakan, seperti halnya Facebook dan Twitter membuka API mereka," kata Henry dalam perbincangan dengan KompasTekno.

Henry pun berharap KPU dapat menyiapkan sistem pemrosesan formulir menggunakan teknologi image recognation yang bisa langsung membaca angka-angka. Langkah ini, menurut Henry, membuat kesalahan-kesalahan penghitungan terdeteksi secara otomatis dan mempersulit oknum yang ingin memanipulasi data.

Menampilkan hasil pindai lebih bisa diterima

Sejak 1999, hasil penghitungan suara Pemilu yang dilakukan KPU sudah bisa dilihat secara online hingga ke tingkat Tempat Pemungutan Suara (TPS). Namun, semua data itu sudah dimasukkan dalam dokumen digital lembar lajur (seperti dokumen spreadsheet Microsoft Office Excel) dan dihitung secara real time.

Di tahun 2014 ini terdapat perbedaan, di mana KPU memutuskan untuk memperlihatkan hasil pindai (format .JPEG) formulir C1 yang ditulis tangan dan ditandatangani langsung oleh petugas di TPS. Semua itu bisa dilihat di situs web KPU, lengkap dengan navigasi provinsi hingga TPS di kelurahan/desa.

Menurut praktisi teknologi Johar Alam Rangkuti, keputusan KPU tahun ini secara psikologis lebih bisa diterima masyarakat. "Dengan memberi dokumen asli dan tidak menjumlahkan suara, ternyata lebih bikin masyarakat peduli pada pemilu. Dan masyarakat lebih merasa terlibat dalam pesta demokrasi. Jadi, ide menampilkan C1 secara utuh di situs web KPU adalah ide yang brilian," ucap Johar.

Tak mengherankan jika keputusan itu disambut para praktisi teknologi untuk menciptakan situs web yang, tidak hanya memberi gambaran hasil hitung suara melalui akses internet, namun juga berfungsi mengawal proses penghitungan suara.

Sistem keterbukaan data yang dilakukan KPU tahun ini telah melahirkan sesuatu yang luar biasa; sebuah partisipasi dan kolaborasi dari rakyat dan untuk rakyat dengan memanfaatkan teknologi dan internet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com