Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Samsung, Meniru "Juara" lalu "Mencipta"

Kompas.com - 24/09/2014, 10:15 WIB
Budi Suwarna,
Hamzirwan

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Sebagian perusahaan Korea Selatan berkembang dengan menjiplak produk perusahaan-perusahaan Jepang dan Amerika Serikat. Namun, dalam waktu singkat, ”sang penjiplak” mengalahkan kekuatan yang ditiru. Ini cerita tentang periode "penjiplakan" di belakang capaian besar industri Korea, termasuk teknologi informasi.

= = =

Setiap Minggu pagi pada awal 1980-an, rombongan insinyur Jepang memenuhi pesawat komersial yang terbang dari Negeri Sakura ke Korea Selatan. Mereka bukan turis, melainkan para ahli semikonduktor Jepang yang didatangkan Samsung untuk mengajari para insinyur Korsel memperbaiki fasilitas produksi dan mereorganisasi pekerja teknis Samsung semikonduktor. Ini adalah sayap bisnis baru Samsung Electronics yang dikembangkan mulai 1974.

Rombongan insinyur Jepang itu hanya bekerja setengah hari. Pada Minggu sore itu juga, mereka pulang kembali ke negerinya. Di antara sesama insinyur Jepang, aktivitas setiap akhir pekan di Korsel itu sudah seperti rahasia umum. Namun, di antara mereka ada kesepakatan tidak tertulis: "Jangan pernah bertanya apa yang mereka lakukan di Korea!"

Kisah akhir pekan para insinyur Jepang itu disinggung dalam esai "Mari Berpikir Sebelum Kita Melihat Dunia" (1997) yang ditulis Lee Kun-hee, penerus bisnis perusahaan elektronik Samsung yang didirikan Lee Byung-chull.

Dari pedagang sembako

Samsung pada awal pendiriannya, akhir 1930-an, hanyalah perusahaan lokal yang berbisnis sembako, seperti sayur-mayur, buah-buahan, gula, beras, dan ikan kering. Lalu, perusahaan itu mengembangkan bisnis terigu dan tekstil pada 1950-an.

Ketika Presiden Park Chung-hee menggulirkan program industrialisasi Korsel pada kurun waktu 1961-1979, Samsung beralih ke sektor manufaktur dan berfokus memproduksi peranti elektronik.

Samsung termasuk konglomerasi (chaebol) generasi pertama Korsel yang lahir dari rahim transformasi ekonomi Korsel bersama perusahaan lain, seperti LG, Hyundai, dan Posco.

Perusahaan-perusahaan yang mendapat berbagai fasilitas khusus dari pemerintah pada awal masa transformasi ekonomi itu kemudian berubah menjadi perusahaan global. Kini, perusahaan-perusahaan tersebut menjadi motor penggerak utama perekonomian Korsel.

Bisnis semikonduktor

Awal 1980-an, Samsung Electronics sedang gencar-gencarnya mengembangkan bisnis semikonduktor. Pendiri Samsung yakin, bisnis semikonduktor akan menjadi primadona dan menentukan masa depan Korsel.

Ketertarikannya bermula ketika perusahaan Jepang kesulitan mendapatkan semikonduktor selama krisis minyak. Tanpa pasokan komponen semikonduktor yang stabil, kegiatan produksi televisi dan kulkas di Jepang akan terhenti. Keyakinan Byung-chull makin teguh ketika ia berkunjung ke AS untuk melihat jalannya bisnis semikonduktor di sana.

Namun, menjadi produsen semikonduktor bukanlah perkara mudah. Pemimpin Samsung harus menerima kenyataan bahwa sumber daya manusia Korsel ketika itu belum siap 100 persen untuk menjalankan bisnis teknologi tinggi tersebut. Karena itulah, Byung-chull memutuskan untuk "mengimpor" para insinyur semikonduktor Jepang pada tiap akhir pekan.

"Kami (para insinyur Korsel) didorong untuk menyerap ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya dari para insinyur Jepang," kenang Park Sang-il, mantan Kepala Perencanaan Strategis dan Chief Technology Officer Samsung Electronics. Kini, Sang-il menjadi guru besar di Seoul National University for Sciences and Technology.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com